Friday, January 09, 2009

STILL GAY ANYWAY

Ketika bertemu dengan seorang teman lama (gay, tentu saja), pertanyaan apa yang akan kau ajukan? "Apa kabar?", "Kerja di mana sekarang?", "Sudah menikah?", atau "Sudah berapa anaknya sekarang?" Too hetero, isn't it? Sebagai seorang gay, appropriate question pada situasi seperti tersebut di atas adalah, "Hi! Are you still gay?" Mengapa kita harus bertanya seperti itu? Well, kabarnya seorang gay bisa berubah menjadi tidak gay, lagi tentu saja dikarenakan beberapa alasan. Really?! Not quite sure, but let's take a look.

Ketika keluarga yang kita sayang (dalam hal ini orang tua, ayah ataupun ibu) meninggal, hal yang mungkin ada di otak seorang gay adalah untuk berhenti menjadi gay sebagai bakti kepada orang tua yang telah meninggal. Kalau selama hidupnya kita kerap mengabaikan nasihat mereka, maka sepeninggalnya ingin rasanya kita patuhi semua wejangannya, termasuk dalam hal ini keinginan menjadi anak laki-laki seperti yang mereka harapkan. Tentu saja, setiap orang tua tidak mengharapkan atau tidak mau menerima kalau anak laki-lakinya tumbuh menjadi seorang gay bukan?

Aktivitas seks yang kaum homo membuat kita rentan terserang berbagai jenis penyakit kelamin, HIV/AIDS adalah yang paling menyeramkan. Semua gay aware akan hal itu, tapi kita tetap melakukan seks mengingat dorongan birahi kadang mampu mengalahkan logika yang ada di kepala. Ketika kemudian seorang gay terserang salah satu penyakit kelamin, hal pertama yang ada di kepalanya adalah untuk segera berhenti menjadi gay. Ia beranggapan bahwa penyakit yang ia derita adalah semacam kutukan yang mengharuskannya menyudahi semua petualangan seks homoseksualnya selama ini.

Mencintai dan dicintai, memutuskan dan diputuskan, mengkhianati dan dikhianati, serta membohongi dan dibohongi dalam kisah percintaan kaum gay sepertinya telah menjadi mata rantai-mata rantai yang saling berkaitan. Pada satu titik kita menganggapnya wajar sebagai sebuah bumbu percintaan. Namun ketika hal tersebut terjadi berulang-ulang tanpa ada tanda-tanda mengarah ke hal yang lebih baik, pada titik ini seorang gay akan berpikir, "Apa tidak sebaiknya aku berhenti saja menjadi gay dan mencari pacar atau istri (seorang perempuan, tentu saja) yang tidak sebrengsek laki-laki yang bisanya hanya menyakiti hati kita saja."

More or less, tiga kondisi tersebut di atas yang dapat membuat seorang gay berpikir untuk berhenti menjadi gay. Pertanyaanya, apakah mereka benar-benar berhenti ketika mengalami ketiga atau salah satu kondisi tersebut di atas? Well, kabar baiknya di samping tiga kondisi yang dapat mempengaruhi seorang gay untuk bertobat, ada pula sekian (penulis dapat memastikan bahwa alasan tersebut lebih dari tiga) kondisi yang dapat mengubah seorang mantan gay kembali kenjadi homo. Seks adalah satu dari sekian alasan tersebut.

Jadi, suatu hari nanti kamu bertemu dengan teman gay lamamu, pastikan kau bertanya apakah dia masih gay atau tidak. Sekadar memastikan.

No comments: