Monday, December 07, 2009

DIVA

Gay mana yang tidak mengidolakan Mariah Carey, Whitney Houston, Beyonce, Christina Aguilera, Rihanna, dan juga Britney Spears. Atau dalam versi lokal, gay mana yang tidak menggilai Krisdayanti, Reza, Titi DJ, Agnes Monica, dan juga Bunga Citra Lestaro. Jawabannya, tidak ada! Sudah hampir dapat dipastikan bahwa semua gay menyukai diva, baik lokal maupun internasional.

Apa yang membuat mereka menyukai para Diva? Tidak lain adalah karena para diva itu dapat mewakili semua fantasi kaum gay yang susah terwujud kalau disebut tidak bisa terlalu skeptis. Terkenal, memiliki tubuh indah, talenta (tidak hanya dalam hal musik tapi juga dalam hal seni peran) luar baiasa, gaya hidup serba glamor, serta dikelilingi (baik yang sudah menjadi suami ataupun yang baru sekadar menjadi pacar) laki-laki kaya, tampan, dan sangat mencintainya adalah fantasi terindah semua gay.

Satu hal yang paling penting dari keberadaan seorang Diva adalah pesonanya untuk selalu menjadi pusat perhatian, dimanapun dan kapanpun. Kalau kemudian penulis berkesimpulan bahwa ada Diva dalam diri setiap gay, maka hal itu tidaklah terlalu berlebihan. Sudah menjadi kodratnya bahwa semua gay selalu ingin menjadi pusat perhatian terlepas dari besar kecilnya keinginan tersebut. Tidak peduli apakah ia berada di pusat perbelanjaan, tempat-tempat umum, gathering party, bahkan ketika ia hanya berkumpul dengan teman-teman satu genk; seorang gay selalu ingin tampil mejadi pusat perhatian.

Kalau Beyonce berkata bahwa Diva is a female version of a hustler, maka penulis berpendapat bahwa Diva adalah versi gay dari seorang lelaki yang selalu ingin tampil (dengan berbagai cara) dan karenanya ia eksis (baik dalam pencitraan yang baik maupun buru) dalam komunitasnya. Tentu, di sini kita tidak bicara tentang talenta bernyanyi ataupun kepiawaian bermain watak dalam sebuah adegan film.

Seorang teman pernah curhat bahwa adik lelakinya terlihat sangat cowok and there's noway he could be a gay. Namun demikian, sang adik adalah penggemar berat Beyonce Knowles. Mulai dari koleksi lengkap semua album yang dikeluarkan Beyonce baik sebagai soloist maupun ketika tergabung dalam grous Destiny's Child sampai menjadi member situs resmi sang Diva. Di akhir curhat, penulis hanya bisa berpesan, "Jangan terlalu yakin dulu adikmu bukan homo."

Sunday, December 06, 2009

STRAIGHT, ARE YOU SURE?

Hanya ada dua tipe laki-laki di muka bumi ini. Pertama adalah lelaki homo yang menyadari dirinya homo dan mereka nyaman dengan hasrat seksualnya kepada sesama laki-laki. Kepada lelaki tipe ini, kita ucapkan, "Congratulation and enjoy." Kedua adalah lelaki hetero yang tidak mengetahui bahwa seks juga bisa dilakukan dengan sesama lelaki. Kepada lelaki tipe ini, kita ucapkan, "Yaiks! Berapa umurmu sekarang? 25? Well, itu adalah 25 tahun yang sia-sia." Adalah tugas tugas besar kita untuk menyadarkan mereka bahwa mereka memiliki pilihan alternatif seks selain dengan perempuan. Bagaimana caranya?

Seorang teman pernah memberikan tips; dapatkan respek darinya terlebih dahulu. Ya, ketika kamu menyukai seorang laki-laki (di pusat perbelanjaan, kendaraan umum, pameran, dsb.) dan kamu yakin sekali bahwa orang yang bersangkutan straight, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah berteman dengannya. Ajak dia ngobrol berbagai hal yang menjadi konsern-nya. Di akhir pembicaraan, mintalah nomor teleponnya. Ketika telah terjamin kenyamanan via SMS-an, ajaklah dia bertemu di suatu tempat untuk lebih mengakrabkan persahabatan tersebut. Setelah pertemuan ke-sekian dan berdua kalian sudah benar-benar merasa nyaman satu sama lain, ajaklah dia ke tempat yang lebih bersifat personal, misal tempat kosnya ataupun tempat tinggal kita. Dan disinilah ritual pemletekan bisa kamu lakukan. Tentunya, semua harus dilakukan dengan smooth dan penuh pertimbangan.

Takut dia menolak dan akhirnya membenci kita? Kekhawatiran tersebut tidak seharusnya ada. Mengapa? Paling tidak, ada beberapa indikator bahwa ia memiliki potensi menjadi homo. Pertama, seorang lelaki straight yang benar-benar lurus tidak akan sembarangan memberikan nomor teleponnya kepada lelaki asing yang baru pertama ia kenal. Kedua, tanpa adanya something in common misal hobby atau semacamnya, seorang lelaki straight yang benar-benar lurus tidak akan mau diajak bertemu dan berduaan dengan lelaki meski di tempat umum. Dan ketiga, lelaki straight yang benar-benar lurus akan menolak diajak ngamar di tempat kos.

Memang, kemungkinan terburuk bahwa dia akan menolak dan bertindak agresif tentu saja akan ada. Namun demikian, seperti disebutkan di awal, respek yang telah tumbuh sebagai konsekwensi pertemanan yang sebelumnya telah terjalin akan meminimalisir kemungkinan buruk tersebut. Paling tidak, dia akan menolak dengan cara halus. Kalaupun setelah kejadian tersebut dia mejauh atau menjaga jarak, nothing to lose, rite?

Sebagian lelaki straight menikmati seks dengan sesama jenis. Namun demikian, terkadang mereka enggan disebut homo karena stereotipe gay di mata masyarakat adalah lelaki kemayu yang kerap menjadi bahan cemoohan masyarakat. "Banci!" kata mereka. Menanggapi hal ini, kita bisa mengatakan pada lelaki seperti ini bahwa seks dengan sesama lelaki tidak akan secara otimatis mengubahnya menjadi gay. Kalau dia ingin tetap disebut sebagai lelaki tulen, so be it! Kita tidak perlu mati-matian berargumen bahwa dia sebenarnya memang gay.

Seks dengan sesama jenis, bagi sebagian lelaki straight mungkin terdengar menggelikan. Di sini kita perlu memberikan pengertian kepada lelaki seperti ini bahwa semua tentang melampiaskan hasrat seksual. Tidak usahlah dipikirkan dengan siapa hal tersebut dilakukan. Yang jelas, sensasi yang akan didapatkannya dari seks dengan sesama lelaki tidak akan kalah dengan sensasi seks yang ia dapatkan dengan lawan jenis, bahkan mungkin lebih. Tidak percaya? Seorang lelaki straight yang pernah merasakan seks dengan sesama jenis akan memiliki kecenderungan untuk melakukaknnya lagi jika ia memiliki kesempatan. Mengapa? Karena ada tantangan di sana. Sementara lelaki gay yang pernah mencoba melakukan seks dengan lawan jenisnya tidak akan merasakan excitement berlebihan. Ia akan menjadikan hal itu sebagai sebuah pembuktian dan ketika hal tersebut sudah dilakukan, maka tidak ada alasan lagi dia melakukannya lagi.

Memberikan pengalaman seks (dengan sesama pria) untuk pertama kali pada seorang laki-laki straight tentu memberikan sebuah tantangan tersendiri. Bagi lelaki straight, penulis berpesan agar tidak terlalu yakin diri Anda straight sampai pernah mencoba seks dengan sesama jenis. Kalau setelah melakukan seks dengan sesama jenis kecenderungan seksual masih lebih berat ke perempuan, well penulis tidak akan bayak bicara lagi. Namun kalau setelah melakukan seks dengan sesama Anda ketagihan dan hasrat untuk melakukannya lagi bertambah besar dari hari ke hari, well, you know what to do.

Friday, December 04, 2009

PSIKOLOGI KEBALIKAN (GAY VERSION)

Laki-laki. Mereka kerap melakukan segala cara demi mendapatkan yang diinginkan. Lelaki kadang bisa bersikap sangat manis meski dibalik semua itu ia menimpan maksuid tertentu. Adalah wanita, makhluk yang mudah terbuai dengan tipu muslihat itu. Ya, wanita kadang terlalu buta untuk menyadari bahwa dirinya telah dimanfaatkan oleh laki-laki karena sebelumnya telah dijanjikan 'surga'. Well, hal tersebut tidak akan terjadi pada lelaki homo. Kaum gay sudah teramat sangat paham dengan perangai dasar lelaki tersebut sehingga ia tidak mudah terbuai. Ya, siapa yang lebih mengenal laki-laki selain kaumnya sendiri?

Dalam dunia gay, ada beberapa perangai laki-laki yang sudah seharusnya diwaspadai kalau memang ia tidak mau dipermainkan. Sebut ini bebagai psikologi kebalikan, sebuah perilaku berlawanan dengan kenyataan demi menutupi kebenaran yang yang tidak ingin diketahui oleh si calon korban. Apa saja psikologi kebalikan tersebut? Berikut 5 hal yang patut diwaspadai.

Saat pertama berkenalan via SMS, sebagian lelaki kadang kerap membanggakan keindahan fisiknya kepada calon teman kencannya. Menghadapi laki-laki seperti ini, kita harus waspada. Jangan keburu membayangkan keindahan ragawi para model itu kalau tidak mau nanti saat bertemu Anda kecewa. Ya, kemungkinan besar, lelaki yang kerap menyamakan fisiknya dengan beberapa artis tanpan pada kenyataanya tidak tampan sama sekali. Psikologi kebalikannya adalah; seroang lelaki yang memang benar-benar tampan dia tidak perlu menyombongkan diri dengan menyamakan dirinya dengan artis tertentu dan hanya lelaki buruk rupalah yang dengan arogannya menyatakan diri setampan artis X atau Y.

Beberapa gay bottom akan mengaku dirinya versatile. Mengapa mereka malukan hal ini? Tidak lebih karena bottom cenderung diasosiasikan sebagai gay kemayu dan ya bahkan gay yang jelas-jelas ngondek sekalipun kerap il-feel pada gay kemayu. Psikologi kebalikannya adalah; dengan mangaku versatile seorang bottom akan memiliki lebih banyak peluang melakukan seks entah dengan top atau dengan dengan yang bottom sekalipun. Tentu saja, tujuan mereka adalah mendapatkan teman kencan top. Namun kalau ternyata dia menemukan teman bottom juga, ya apa boleh buat. Sex must go on. "Apa susahnya menjadi top. Toh untuk menjadi top kita hanya butuh ereksi, bukan?"

Jangan percaya dengan laki-laki yang dengan mudah mengatakan cinta. Yupe, easy come easy go. Sesuatu yang dengan mudah diucapkan akan mudah pula dilupakan. Karenanya, kita tidak boleh percaya pernyataan cinta dari seorang gay pada saat kencan pertama, terlebih lagi ketika belum bertemu langsung atau melakukan seks. Psikologi kebalikannya adalah; sebelum ini ia pernah melakukan hal yang sama dengan orang yang berbeda dan ditolak. Baginya, ini tidak lebih dari sebuah iseng-iseng berhadiah. Syukur kalau diterima, kalau tidak ya cari yang lain lagi. Bukankah untuk menjalani sebuah hubungan, kita harus diperlakukan spesial dan bukannya sekadar objek iseng-iseng berhadiah?

Waspadai pacar yang tiba-tiba bersikap manis atau memberikan gift tanpa adanya specail occasion. Bisa jadi, di belakang kita dia telah melakukan sebuah tindakan yang melanggar komitmen. Psikologi kebalikannya adalah; dia berusaha mati-matian (dengan bersikap manis atau pemberiah hadiah tersebut) untuk menyembunyikan sesuatu. Ya, semua itu dilakukan agar sang pacar tidak mengendus sesuatu yang mencurikan karena ia sudah cukup bahagia denga perlakukan masin atau hadiah diberikan sebagai surprise. Well, well, wel... We can't fell for it.

Apalagi yang dapat menjadi kebanggaan seorang laki-laki kalau bukan memiliki ukuran alat kelamin yang di atas rata-rata. Namun demikian, lelaki yang kerap mengatakan dirinya memiliki alat kelamin yang besar, sudah hampir dapat dipastikan ukuran penisnya tidak sebesar omong kosongnya. Psikologi kebalikannya adalah; ukuran penis yang besar tidak butuh dipromosikan melalui kata-kata tapi pembuktian. Si empunya penis besar dan panjang tidak harus mati-matian mempromosikan sang junior karena orang-orang yang pernah merasakannya tentu akan bercerita pada orang lain dan hal ini dinilai sebagai penilaian yang lebih valid karena base on experience.

Ya, seharusnya semua gay sudah sangat aware dengan perilaku tersebut di atas. Namun demikian, toh masih ada saja gay yang termakan omong kosong. Well, gay seperti itu harus sering menunjungi blog ini. Gay, you have to learn.

Wednesday, November 25, 2009

ANTI AGING

Seorang gay pernah barkata bahwa umur laki-laki homo akan berhenti pada usia 25 tahun. Tentu saja, terjemahan statement ini adalah bukan berarti seorang gay memiliki kekuatan untuk terus menerus menjadi muda.

Adalah lelaki gay selalu ingin terlihat mudah dan menarik. Hal ini diperlukan untuk menarik sesama jenisnya (lelaki homo) yang notabene adalah makhluk visual yang selalu mengutamakan penampilan (baca: yang mudah dan segar). Ya, semua laki-laki (bukan hanya homo) akan memilih teman kencan yang lebih muda ketika ia disuruh memilih antara teman kencan yang masih brondong atau yang paruh baya. Sebagian gay berpendapat bahwa melakukan seks dengan partner yang lebih muda adalah salah satu cara mempertahankan kemudaan yang bersangkutan. Tentu saja, kebenaran hal ini masih diragukan.

Mahfum adanya ketika kemudian seorang gay merahasiakan umur yang sebenarnya dengan menyebutkan digit angka yang lebih muda ketika ditanya perihal usia. Seorang teman yang berumur akhir kepala dua pernah mendapatkan pengalaman kurang mengenakkan tentang hal ini. Diceritakan ia tengah chatting dan ketika dia ditanya tentang usia dan dijawab 29 tahun, sang teman chatting berkata, "Udah tua ya? Sorry, gue nyari yang muda." Damn! Jujur, dari penampilannya, sang teman tidak terlihat terlalu tua. Untuk ukuran pria 29 tahun, dia masih terlihat segar dan bisa saja disebut 25 atau 26 tahun. Sedikit korupsi umur tidak mengapa. Toh, ini tidak terdengar seperti sensus penduduk atau semacamnya. Dan seperti telah dinyatakan sebelumnya bahwa kebanyakan gay memang telah men-discount umurnya ketika berkenalan dengan seorang teman gay.

Apakah kemudian hal ini membuat gay terobsesi dengan kemudaan dan mengidap gerascophobia atau fobia tua? Mungkin tidak sampai sejauh itu. Tapi yang jelas, seorang gay akan berusaha mempertahankan kemudaannya dengan berbagai cara semisal pemakaian produk perawatan tubuh serta mengenakan pakaian yang bernuansa muda. Kalau dilihat ke dalam kamarnya, seorang gay pasti memiliki aneka face-cream yang berfungsi untuk meremajakan kulit baik yang bermerek dan mahal harganya ataupun yang tidak jelas labelnya dan harganya 5 kali lipat lebih murah. Dalam hal pakaian, seorang gay sangat anti mengenakan setelah kemeja dan celana bahan. Pakaian seperti ini diyakini hanya akan dipakai oleh laki-laki yang berusia 30 tahun ke atas. Karenanya, dalam lemarinya, seorang gay mengoleksi t-shirt aneka warna, bentuk, dan gambar-sablonan agar ia terlihat muda. Kemeja-kemeja ini akan ia padukan dengan jeans aneka bentuk dan warna.

Jadi, terjemahan statement pembuka artikel ini adalah bahwa ketika seorang gay berusia 26 tahun, maka ia akan menyembunyikan 1 tahun usia sebenenarnya ketika berkenalan. Ketika seorang gay berusia 27 tahun, maka ia akan menyembunyikan 2 tahun usia sebenenarnya ketika berkenalan. Ketika seorang gay berusia 28 tahun, maka ia akan menyembunyikan 3 tahun usia sebenenarnya ketika berkenalan. Dan demikian seterusnya sehingga selamanya ia akan berkata, "Umurku 25 tahun." kepada kenalannya.

Well, anything to keep you fabulous...

Monday, November 23, 2009

ENAM KESALAHAN SAAT KENCAN SATU MALAM

Gay mana yang tidak pernah melakukan kencan satu malam atau biasa disebut ONS (one nite stand/sex). Kalau mau jujur, malah mungkin bisa dibilang sebagaian besar kehidupan seks kaum homoseksual diwarnai ONS. Well, siapa yang bisa menyalahkan seseorang yang berusaha menikmati hidupnya (baca: memuaskan hasrat seksualnya) tanpa harus diribetkan oleh tetek bengek komitmen dan tanggung jawab? Apakah dengan demikian, secara otomatis kehidupan seksual para gay (dengan ONS-nya) senantiasa indah tanpa masalah? Ternyata tidak.

Rutinitas ONS kadang bisa juga menyebalkan dan tidak jarang membuat marah. Bagaimana tidak, ritual ONS yang seharusnya dibuat simpel, oleh sebagaian gay dibuat ribet. Beberapa hal yang tidak seharusnya dilakukan atau dikatakan saat ONS, entah sengaja atau tidak, dilakukan sehingga hal tersebut merusak keindahan ONS. Paling tidak, ada enam hal menyebalkan yang dapat merusak mood saat ONS, yaitu...

Pertama, tidak terlebih dahulu diawali dengan saling tukar foto. Ini sangat penting untuk menghindari kekecewaan keduabelah pihak menakalah teman kencan tidak sesuai dengan selera. Ketika hal ini terjadi, sebagian gay pengecut memilih diam-diam kabur meninggalkan teman kencannya. Sungguh sebuah perbuatan tidak tepuji. Kalau memang tidak selera, alangkah lebih baiknya kita mencari alasan untuk tidak melanjutkan kencan. Entah dengan menyuruh teman menelpon mengabarkan seolah-olah ada hal penting yang harus dilakukan atau berpura-pura di rumah ada saudara yang sedang berkunjung. Terdengar murahan memang tapi hal ini lebih baik daripada bertingak pengecut seperti tersebut di atas.

Kedua, basa-basi yang tidak perlu atau bahkan obrolan showing-up membosankan. Memang, basa-basi diperlukan tapi hal itu hendaknya tidak menghabiskan durasi yang lebih lama dibandingkan inti pertemuan tersebut yaitu seks. Sebagaian gay mengisi ritual basa-basi ini dengan mengisahkan kelebihan di dirinya seperti memamerkan kampus favorit tempanya kuliah, orang tua yang melimpahinya dengan uang saku berlebih, serta pacar tampan dan setianya yang toh ia sendiri tidak bisa berlaku setia kepadanya. Well, ini juga tidak diperlukan mengingat ini tidak terdengar seperti kita akan menikah atau semacamnya.

Ketiga, mengajak hang-out dengan teman-temannya. Ketika berkunjung ke tempat partner ONS, kadang kita menjumpai teman-teman partner ONS sedang berada di sana. Sekadar diperkenalkan dan basa-basi singkat tentu tidak akan menjadi masalah. Namun ketika mereka tidak kunjung enyah dan malah berlama-lama di sana, tentu ini akan menjadi masalah. Apalagi masalahnya kalau tidak ada kesempatan berdua untuk segera melakukan seks. Bagi gay yang gemar sex-party, hal ini bisa dimanfaatkan untuk memuaskan birahi dengan beberapa pria sekaligus. Namun bagi gay yang menabukan hal tersebut, segeralah minta kejelasan mengenai kapan teman-teman tersebut pulang dan kapan waktu melakukan seksnya.

Keempat, pemutaran blue-film. Memang, ini tidak menjadi masalah bagi sebagian gay. Namun demikian, sebagian gay yang lain memiliki aturan tegas mengenai hal ini. Mereka tidak mau seks diawali dengan ritual menonton film porno karena secara tidak langsung hal tersebut mengatakan bahwa ia kurang bisa membangkitkan gairah si partner ONS. "Bagaimana kita tidak kesal, ia terangsang dengan para pemain film porno tersebut dan kita hanya dijadilan semacam pelampiasan terakhir saja. Sementara penisnya keluar-masuk di lubang anus kita, matanya tertuju dan membayangkan melakukan seks dengan para pemain bokep itu. It's disgusting!"

Kelima, menganggap benar perkataan cinta dan sayang yang diucapkan pasangan kencan saat melakukan seks. Ya, perkataan sayang dan cinta yang dikatakan seorang lelaki yang sedang penetrasi ataupun ejakulasi, sekali-kali tidak bisa dijadikan landasan kebenaran atas perasaan orang yang bersangkutan. Ini tidak lebih dari sekadar pemanis suasana bercinta. Karenanya, kalau pernyataan cinta dan sayang yang diucapkan tersebut tidak serta merta membuat mereka jadian.

Dan keenam, marah dan sewot manakah di kemudian hari sang teman kencan lupa nama kita karena tidak ia save di phone-booknya. Kalau hal ini terjadi, tidak usah diambil dalam hati. Cukup ingatkan dia dan tanyakan apakah masih mau kencan ulang. Ketika waktu dan kesempatan berdua matching, tidak ada salahnya mengatur janji bertemu. Kalau tidak, tinggal cari pasangan kencan yang lain. Mudah bukan?

Friday, October 30, 2009

WONDERING HOW?

Ini mungkin akan terkesan vulgar atau semacamnya. Namun demikian, penulis merasa berkewajiban menyampaikan informasi sekaligus edukasi kepada pembaca setia blog ini khususnya dan semua kaum gay pada umumnya. Well, here it is...

Kepada para top, pernahkah anda merasa ilfeel (atau mungkin lebih tepatnya gairah seksual ngedrop) ketika sedang asik penetrasi, tercium aroma tidak sedap dari lubang anus partner seks Anda? Kepada para bottom, pernahkan Anda merasa sudah memberishkan lubang anus dengan sebersih-bersihnya namun tetap saja ketika penis partner seks Anda dicabut, ia berlumuran cairan feses. Tentu saja, ini adalah tragedi paling memalukan dalam sex-record seorang bottom dan untuk menghibur diri dia akan berkata, "Itu kan resiko anal-sex. Kau memasukkan penis ke lubang feses. Kok masih jijik ketika penismu bersentuhan dengan feses. Hello..." Tentu saja, menghibur diri tidak akan melahirkan solusi.

Sebenarnya, banyak faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi. Kita tidak bisa hanya mengahkan bottom karena ia tidak membersihkan lubang anusnya terlebih dahulu sebelum melakukan seks. Sekali lagi, tidak! Sebelum melakukan seks, seorang bottom sudah ngeh dengan yang harus dilakukannya terlebih dahulu (membersihkan lubang anus) demi tercapainya kenikmatan seks bagi kedua belah pihak. Namun demikian, besar dan panjangnya ukuran penis pasangan seks terkadang membuat insiden ini tersebut terjadi.

Kondisi perut sang bottom (misal sedang menderita maag ataupun mencret) memang sangat mempengaruhi kebersihan anus. Bisa jadi, ketika ia membersihkan lubang anus memang rectumnya telah bersih. Namun aktivitas penetrasi yang diluar dugaan kadang menyebabkan reaksi dalam perutnya yang berakibat keluarnya sejumlah feses yang kemudian bercampur dengan cairan pelicin sehingga ketika dicabut, kondom yang dipakaikan di penis sang top berubah warna.

Kunci untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan mengetahui teknik pembersihan lubang anus yang baik dan benar. Para bottom di level beginer kadang merasa cukup dengan melakukan ritual BAB (Buang Air Besar) sebelum melakukan seks. Ya, bukankah setelah buang air bisar, ia akan membersihkan lubang anusnya bahkan dengan menggunakan sabun? Seandainya mereka tahu bahwa di dinding anus terkadang masih ada sisa feses yang menempel di dinding rectum dan hal itu tidak bisa dibersihkan dengan ritual cebok konvensional.

Karena itulah para bottom di level intermediate melakukan ritual cebok dengan memasukkan jari ke lubang anus untuk memastikan tidak ada feses yang tersisa pada dinding rectum. Untuk lebih memastikan bahwa rectumnya telah bersih, mereka juga menyemprotkan air tepat pada lubang anus dengan tujuan agar ada air yang masuk ke lubang dan akan dikeluarkan lagi bersama dengan sisa fases yang mungkin masih ada. Hal ini tidak dilakukannya satu kali tapi harus berkali-kali demi kepastian kebersihan rectum.

Apakah hal tersebut sudah dapat menjamin kebersihan anus sang bottom. Ternyata insiden masih bisa terjadi mengingat penetrasi oleh penis yang memiliki ukuran panjang akan menyebabkan feses yang masih terdapat pada sigmoid colon (sebuah ruas di atas rectum yang menyimpas feses yang belum siap dikeluarkan) akan turun akibat persentuhan dengan batang penis tersebut. Kalau sudah begini, apa yang harus dilakukan?

Para bottom di level advance telah mengetahui solusinya. Dalam ritual pembersihan anus, mereka memasukkan selang kecil (sesuai ukuran kran) ke dalam anusnya kemudian melalui selang tersebut air dialirkan. Emang bisa? Tentu saja hal ini dilakukan dengan diawali ritual seperti pada level ingermediate. Setelah lubang anus mulai terbuka setelah dimasuki jari, tiba giliran selang yang mengambil peran pembersihan. Seperti berkumur pada saat membersihkan sisa busa pasta gigi, ritual ini akan membuat air yang dialirkan dari kran ke lubang anus berputar membersihkan kotoran pada rectum sebelum akhirnya keluar lagi melalui lubang anus yang memang telah terbukan karena dimasuki selang dengan cara diejankan. Tentu, ritaul ini pun perlu dilakukan berulang demi memastikan kebersihan anus.

Hal tersebut dilakukan bintang film porno gay. Ya, kandang kita sering bertanya apakah mereka tidak merasa jijik saat melihat para bintang film porno tersebut dengan lahapnya menjilati (rimming) lubang anus bintang film porno lainnya. Well, sekarang kita tahu alasannya. So, have a nice try...

Thursday, October 29, 2009

HE’S JUST NOT THAT INTO YOU

Banyak kejutan yang dapat terjadi pada ritual kencan buta yang kerap dilakukan kaum gay. Ketika sedang beruntung, ia bisa saja mendapatkan pasangan kencan yang dari segi penampilan jauh lebih baik dari dirinya yang bahkan dirinya sendiri pun dibuat minder karenanya. Kalau sedang tidak beruntung, bukan hanya seks yang tidak ia dapatkan namun penderitaan tersebut masih harus ditambah dengan perlakuan tidak menyengankan dari sang teman kencan. Ya, sedikit banyak, faktor keberuntungan berperan dalam petualangan seks kaum homo.

Berbicara mengenai faktor keberuntungan, hal ini tidak bisa dilepaskan dari keberadaan faktor X. Seperti dalam setiap rumus, faktor X ini mencakup beragam aspek seperti tingkat kehornian kedua belah pihak, kadar keterpaksaan salah satu pihak, serta dorongan daripada-tidak-ML-sama-sekali dari salah satu atau kedua belak pihak. Tentu saja, ketiga faktor X tersebut tidak bisa dilepaskan dari variabel 'penampilan menarik' yang dimiliki masing-masing gay yang lebih mendominasi penilaian dan ketertarikan seorang gay untuk melakukan seks. But sometimes the three X factor do really help.

Masalah muncul ketika kemudian kedua probability (untung dan tidak untung) ini bercampur. Kok bisa? Well, dalam dunia gay, semua serba bisa. Bagaimana bisa? Ya, secara esensial, mungkin kita mendapatkan seks dari pasangan kencan namun demikian dia tidak terlalu antisias melakukannya. Kalau sudah demikian, apalagi yang dapat kita rasakan selain merasa diri hanya sebagai pelampiasan seks semata. Even though you're having sex, he's just not that into you.

Paling tidak, ada 4 ciri yang menandakan bahwa seorang gay tidak terlalu tertarik dengan pasangan kencannya meski kemudian mereka melakukan seks. Saran penulis, do not take it too personal. Just do and enjot it. Berikut ke-4 ciri terbut.

Cenderung Diam
Meski karakter seorang manusia cenderung pendiam, namun ketika dia menyukasi seseorang dia akan berusaha mencari bahan obrolan. Lebih jauh, orang yang menyukai teman kencannya akan menggali detil informasi tentang teman kencannya tersebut. Ketika hal tersebut tidak dilakukan, maka persiapkan mental anda untuk menalukan seks sekadar seks. Alib-alih memunculkan ide pembicaraan, orang yang tidak terlalu menyukai teman kencannya akan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan singkat, to the point tanpa memberikan ruang kepada si penanya untuk bertanya lebih jauh.

Sibuk Ber-SMS Ria
Ini adalah bahasa tubuh yang amat kentara merefleksikan keengganan si empunya perilaku untuk berinteraksi dengan teman kencannya. Ia lebih memilih sibuk dengan temannya di seberang sana daripada melayani obrola teman kenyannya. Selain itu, perilaku ini dapat pula disimpulkan sebagai show-off bahwa yang bersangkutan adalah orang yang populer, banyak teman dan banyak dibutuhkan oleh orang. Menghadapi orang seperti ini harus dibalas dengan perilaku serupa agar matanya terbuka bahwa dia bukanlah satu-satunya pusat perputaran dunia.

No Kiss
Seperti telah disebutkan sebelumnya, gay bisa saja malkukan seks meski dia tidak terlalu suka dengan pasangan kencannya. Indikasi nyatanya adalah dengan tidak adanya ciuman sebagai fore-play. Untuk menjaga harga diri agar tidak jatuh di hadapan gay jenis ini adalah dengan tidak menuntutnya terlalu banyak. Ok, mungkin dia tidak mau bibirnya kita jelajahi namun demikian area selangkangannya akan selalu terbuka lebar untuk kita telusuri. Di sinilah kita bisa unjuk kebolehan dengan memberikan service oral terbaik agar meski tidak mau dicium bibir tapi dia mengakui kelihaian bibir dan lidah kita.

Mendiamkan SMS atau Telepon
Kepada mereka yang just-not-that-into-you, kita tidak diperbolehkan mengharapkan adanya kencan lanjutan. Jangan sekali-kali berkata, "Jangan kapok datang dan lain kali ke sini lagi, ya." Jangan! Mengapa? Jangan berharap SMS kita dibalas atau telepon kita diangkat karena bisa jadi sesaat setelah berpisah dia telah menghapus nomor kita. Jangan aneh ketika kemudian kita menelpn dia akan bertanya, "Ini siapa, ya?" Mengantisipasi kekecawaan seperti tersebut, sebaiknya kita juga melakukan hal yang sama. Segera delet nomornya dari phone-book HP.

Wednesday, October 28, 2009

ROMANTISME DUNIA GAY

Romantisme adalah menu utama dalam setiap kisah percintaan. Kita telah menyaksikan berbagai romansa percintaan yang dituangkan dalam legenda, film, novel, atau bahkan lagu. Mulai dari mereka yang rela menyerahkan jiwa raga demi sang belahan jiwa, pencarian ke ujung dunia demi membuktikan cinta, serta keyakinan akan bersatunya cinta di kehidupan selanjutnya demi melihat kenyataan bahwa di kehidupan sekarang hal tersebut tidak mungkin diwujudkan. Ya, ya, ya. Begitulah romansa percintaan hetero. Bagaimana halnya dengan percintaan homo?

Tidak seperti percintaan hetero yang didominasi romansa di luar logika, romantisme percintaan gay lebih membumi pada realita dan fakta-fakta yang terjangkau logika. Ketika Anda menjadi gay, jangan berharap sang pacar dapat pada malam minggu dengan membawakan sebuket bunga. Jangan pula mengidamkan statement "cinta sehidup semati" atau "tidak bisa hidup tanpa cinta" keluar dari pulut sangan homomu. Lalu, apa yang yang menjadi simbol romantisme percintaan gay?

Ketika seorang top berkata kepada pasangannya bahwa dia telah menyiapkan kondom plus pelicin sebelum mereka bercinta, di mata seorang bottom, tindakan tersebut dinilai romantis. Ya, Anda tentu tahu bahwa lebih sering seorang bottom menyediakan kondom dan pelicin dari pada seorang top meski dialah yang mengenakan peralatan seks tersebut. Karenanya, ketika seorang top melakukan hal tersebut, maka seorang bottom merasa dihargai dan dilindungi. Bagaimana tidak, ketika seorang bottom yang membawa kondom, hal tersebut melambangkan bahwa dirinya sendirilah yang berusaha melindungi diri dari terjangkitnya penyakit menular seksual sementara pasangan topnya bisa dinilai tidak peduli akan hal itu.

Pagutan mesra di bibir yang dilakukan seorang top ketika pasangan bottomnya ejakulasi juga dapat dinilai sebagai tindakan romantis. Ini menandakan bahwa setelah dirinya ejakulasi, seorang top tidak egois dengan meninggalkan begitu saja pasangan bottomnya. Mengapa ciuman pada saat ejakusi dinilai lebih romantis dibanding ciuman pada saat foreplay? Ini melambangkan kehadiran pasangannya pada momen-moment penting. Kalau dalam dunia hetero, mungkin hal ini diterjemahkan dari adanya sang suami disisi istri ketika melahirkan. Tidak persis sama memang, tapi begitulah kurang lebih.

Dalam percintaan hetero, ketika seorang lelaki ingin menjalin hubungan yang serius seorang perempuan, maka ia akan memperkenalkan diri kepada keluarga si perempuan. Nah di dalam percintaan hetero keseriusan tersebut ditunjukan dengan memperkenalkan sang pacar kepada teman satu genk. Ketika sang pacar bisa melebur dalam genk kita (atau sebaliknya) maka hal tersebut bisa dikatakan romantis. Terlebih ketika sang pacar mendapat credit-point dari teman-teman satu genk entah karena dia enak diajak ngomong, pendengar yang baik, atau bisa memberikan solusi atas curhatan temen-temenmu.

Tentu saja, strata teratas tindakan romantis yang dilakukan seorang gay adalah kemampuan dia untuk setia pada pasangannya. Mengingat kesetiaan adalah sesuatu yang jarang dan sulit dilakukan dalam dunia gay, hal ini membuat orang yang mampu melakukannya akan mendapatkan poin tertinggi dalam klasifikasi tindakan romantis yang dilakukan dalam percintaan hetero.

Bagaimana? Masih berpikir bahwa tidak tersisa ruang romantis dalam dunia percintaan kaum gay? Well, think again.

Saturday, October 24, 2009

NGELES

Itulah yang dilakukan seorang gay ketika ia menemui teman kencan yang tidak sesuai dengan harapan. Ya, daripada melanjutkan kencan tapi batin tersiska, lebih baik kencan dibatalkan saja. Melanjutkan kencan (baca: melakukan seks) dengan orang yang tidak sesuai selera sama saja halnya dengan diperkosa. Tentu saja, meninggalkan teman kencan buta begitu saja tanpa sepengetahuannya adalah sebuah tindakan tidak terpuji yang tidak seharusnya dilakukan bahkan bagi gay sekalipun. Berbasa-basilah sebelum akhirnya kamu meninggalkannya.

Mengingat berkata langsung di depan mukanya, "Sorry, lu terlalu jelek untuk mendapatkan gue." adalah sesuatu yang tidak mungkin, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk ngeles. Pertama, (dan ini adalah metoda yang paling sering digunakan oleh para gay) menyuruh seorang teman untuk menelpon dan mengabarkan seolah-olah ingin segera bertemu. Tentu saja, hal ini akan direspon oleh gay yang bersangkutan dengan, "Lho, katanya nggak jadi ke tempatku? Kok tiba-tiba gini, sich. Apa? Sudah sampai di gang depan? Ya, udah. Tunggu 15 menit, gue segera ke sana." Selanjutnya, kepada teman kencan yang tidak diharapkannya, sang homo akan berkaa, "Duh, sorry banget ya. Gue harus jemput temen yang datang dari luar kota. Dia sudah nyampe di depan." Mau tidak mau, sang teman kencan yang tidak diharapkan akan menurut ketika disuruh pulang.

Kedua, ketika bertemu di luar tempat tinggal (ini akan lebih mudah lagi), kita cukup berkata bahwa sang teman kancan yang tidak diharapkan tidak bisa datang ke tempat tingal kita (seperti yang kamu katakan di line telepon) karena ada saudara sedang berkunjung. Katakan saja, "Gak tahu nih, tiba-tiba abang gue dateng. Tadinya sih dia ada perlu di daerah sekitar sini tapi mampir dulu ke tempatku sekalian ngasih titipan dari Ibu." Kontan dia akan kecewa. Karenanya, kita harus memasang muka menyesal sambil dibumbui kata-kata, "Sorry banget ya. Ini ngedadak banget."

Ketiga, kalau kamu sudah kadung sampai di tempat tinggalnya, bilang saja bahwa kamu bukan tipe orang yang sekali bertemu langsung ML. Terdengar absurd memang, tapi tidak ada salahnya untuk dicoba. "Sorry ya, bukannya gue gak suka tapi aku orangnya tidak suka langsung ML begini." Sebagian gay akan menafsirkan ini sebagai tarik ulur untuk meminta jadian. Well, biarkan dia dengan alam pikirannya selama hal tersebut tidak merugikan kita. Ketika dia menawarkan untuk jadian, kamu cukup menjawab dengan, "Kita temenan saja dulu."

Di sinilah diperlukannya penguasaan acting bagi seorang gay. Ketiga alasan (ngeles) tersebut di atas harus didukung oleh intonasi, air muka, serta gerak-gerik yang menyakinkah. Tentu saja, di akhir pertemuan tidak dianjurkan untuk memberikan janji bertemu di lain kali agar dia tidak berharap. Ketika dia memintanya (untuk bertemu di lain hari), bilang saja insya Allah atau cukup dibalas dengan senyum.

Ah, menjadi gay rupanya tidak semudah yang dibayangkan bukan? Ya, ini lebih dari sekadang menghafalkan lagu-lagu-nya Mariah Carey, memperhatikan tarian yahudnya Beyonce, serta mengapresiasi gaya rambut terbaru Rihanna.

Tuesday, October 20, 2009

DILDO; DENGAN KEPALA, TANGAN, DAN KAKI

Apa yang dilakukan seorang gay setelah ML dengan teman kencan one-nite-stand-nya? Mengisahkan cerita ML tersebut kepada teman, tentu saja. Ya, beberapa gank gay menyebut hal itu sebagai reportase yang harus ia sampaikan kepada teman-temannya sebagai tanggung jawab moral. Terlebih jika sang teman kencan didapat dari rekomendasi teman, reportase tersebut menjadi semacam kewajiban sebagai salah satu bentuk tatakrama.

Pertanyaan selanjutnya, apa saja yang dilaporkan dalam reportasi tersebut? Banyak hal, mulai dari penentukan skala ketampanan (dari 1 sampai 10) sang teman kencan, tingkat kemahirannya di atas ranjang, atau (dan ini bagian yang paling menarik) ukuran alat kelamin pasangan kencan. Mengapa hal tersebut mesti dilaporkan? Well, dalam dunia homo, seks bukanlah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Gay membicarakan seks sama ringannya seperti membicarakan teknik rebonding yang paling jitu, artis siapa yang sedang selingkuh dengan siapa, atau factory outlet mana yang sedang mengadakan diskon gede-gedean. Sounds slut? Well, sorry for being honest.

Mengingat tidak selamanya ML yang dilakukan seorang gay dengan partener seksnya berakhir baik, ritual reportase menjadi sesuatu yang exciting. Di satu kesempatan, seorang gay bisa saja merasa sangat puas dengan seks yang didapatkannya. Di kesempatan yang lain, kencan yang ia rencanakan dengan calon partner seks berakhir berantakan karena ketidakcocokan satu sama lain. Di kesempatan yang lain lagi, seks yang terjadi tidak lebih dari sekadar ritual pelepasan hasrat birahi. Mengapa? Karena ekspektasi yang telalu berlebihan (dan tidak sesuai dengan kenyataan) tentang pasang kencan sementara libido sudah sampai di ubun-ubun. Karenanya, dalam reportase seks kepada temannya, sang gay akan berkata, "Tidak ada yang layak diceritakan. Dia tidak lebih dari dildo-dengan-kepala-tangan-dan-kaki."

Wow! Kalau seorang gay sudah berkata demikian, itu artinya ia telah mengalami bad-date. Alih-alih menikmati seks yang mereka lakukan, ia sibuk menghitung-hitung kekurangan pasangan kencannya. Ya, sang pasangan kencan tengah asik berpeluh dan mendesah, ia malah bergulat dengan alam pikirannya yang berkata, "Kapan semua ini akan berakhir?" Ketika kemudian semuanya berakhir dan sang pasangan kencan menyarankan untuk melakukan ini lagi suatu hari nanti, sang homo hanya akan berkata, "Ya, kapan-kapan." seraya dalam hati berkata, "Whatever...!" Dan selang beberapa menit setelah pasangan kencannya pergi, ia pun akan bercerita tentang dildo-dengan-kepala-tangan-dan-kaki kepada temannya.

Apakah ini sepenuhnya kesalahan sang teman kencan sehingga tanpa sepengetahuannya dia disebut sebagai dildo-dengan-kepala-tandan-dan-kaki? Not really. Ketika seorang gay melakukan seks lagi dan lagi dengan orang yang berbeda-beda, maka sedikit banyak ia akan meningkatkan standar kepuasan seksnya (baca: sexpectasy). Karenanya, ketika ia menemukan partner seks yang biasa-biasa saja (tanpa selling point tertentu), maka sang partner tersebut disebut tidak lebih dari sekadar dildo-dengan-kepala-tangan-dan-kaki.

Jadi, bagi lelaki homo di luar sana yang tidak mau disebut sebagai dildo-dengan-kepala-tangan-dan-kaki, berusahalah untuk selalu meng-up-grade penampilan fisik dan kemampuan di atas ranjang. Why? Because gays talk. Dan kamu tidak mau menjadi bahan obrolan atau mungkin lebih tapatnya gunjingan, bukan?

Monday, October 12, 2009

MISS YOU FOREVER, STEO

Apakah kamu penggemar boyband Boyzone dan kerap mengunjungi situs resmi mereka? Ada yang lain dalam tampilan situs tersebut sejak hari Minggu (10/11). Ketika kamu mengetikkan "boyzone.net" maka halaman yang tampil hanyalah warna hitam dengan tulisan singkat:

"We are truly sorry to confirm that Stephen tragically died yesterday whilst on holiday, with his partner Andrew, in Majorca. We are unable to give any other details at this time. Ronan, Keith, Mikey & Shane have said... "We are completely devastated by the loss of our friend and brother, Stephen. We have shared such wonderful times together over the years and were all looking forward to sharing many more. Stephen was a beautiful person in both body and spirit. He lit up our lives and those of the many friends he had all over the world. Our love and sympathy go out to Andrew and Stephen's family. We love you and will miss you forever, 'Steo'". The band and everyone involved with boyzone sends their deepest sympathies to Stephen's family and his many friends all over the world.

Ya, dunia musik internasional telah kehilangan salah satu penyanyi berbakatnya dan dunia gay telah kehilangan salah satu iconnya. Stephen Gately (salah satu personel Boyzone yang telah dengan berani mengungkap jatidirinya sebagai seorang gay beberapa tahun yang lalu) ditemukan tewas di apartemennya di Majorca Spanyol pada Sabtu dini hari (10/10). Tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan ataupun kandungan alkohol berlebihan ataupun obat-obatan terlarang. Stphen meninggal dengan wajar. Malam itu, ia dan suaminya (Andrew Cowles) dikabarkan hangout dengan teman-temannya sambil minum-minum. Dini hari mereka pulang ke apartemen dan di keesokan harinya Stephen ditemukan sudah tidak bernyawa.

Tidak ada yang dapat kita lakukan (baik sebagai penggemar Stephen sebagai salah satu anggota Boyzone ataupun pemuja Stephen sebagai icon kaum gay) kecuali menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Bersama kita doakan agar arwahnya beristirahat dengan tenang di surga-Nya. Dan di sini, kita akan mengenang semua karya serta keberaniannya. Ya, semua tidak akan kami lupakan, selamanya...

Friday, October 09, 2009

RESENSI FILM: THE LAIR

Sebelumnya, seorang teman pernah bercerita bahwa dia pernah melihat film serial yang mengetengahkan kisah vampir-vampir gay. Sayang, si teman bodoh ini (mungkin karena keseringan ditempong maka memori otaknya sedikit bermasalah) berkata lupa ketika ditanya apa nama serial tersebut. Ya, penulis adalah kolektor film (baik serial ataupun lepas) bertema gay. Da! Sebut saja Brokeback Montain, Harvey Milk, Another Gay Movie (1 dan 2), Queer As Folk (seaoson 1 sampai 5), serta Dante's Cove (season 1 sampai3). Jadi, ketika mendengar ada film serial baru (bercerita tentang vampir gay pula), penulis penasaran. Beberapa hari yang lalu, penulis mengunjungi sentra penjualan DVD terkenal di kota Bandung, Kota Kembang. Ketika sedang mencari season 4 serial Dante's Cove, tanpa sengaja penulis melihat serial berjudul The Lair. Tentu saja, covernya yang bergambar lelaki tampan bertelanjang dada membuat penulis curiga, "Pasti ini serial homo." Benar saja, ketika penulis membaca detil resensi di back-cover DVD, serial tersebut bercerita tentang pembunuhan berantai yang dilakukan oleh para vampir gay. Pada saat itu, penulis langsung berkesimpulan, "Mungkin serial inilah yang dimaksud oleh si teman bodoh itu."

Adalah The Lair, sebuah privat club khusus kaum gay. Tidak sembarangan orang tahu atau bisa masuk klub ini karena setiap lelaki yang datang akan dimintai undangan atau ditanyai siapa orang yang merekomendasikan klub tersebut. Seperti sudah dibayangkan sebelumnya, The Lair menyuguhkan minuman dengan pelayang bar lelaki tampan dan berotot, hiburan male-stripper yang juga tidak kalah tampan dan berotot, serta apalagi kalau bukan back-room sebagai fasilitas sex-party. Namun siapa sangka kalau pemilik (Damian yang diperankan oleh Peter Stickles) serta semua pengurus club tersebut adalah vampir.

Kalau vampir hetero membunuh mangsanya hanya dengan menghisap darahnya sampai habis, maka vampir homo terlebih dahulu menyetubuhi sebelum akhirnya menghisap habis darah sang korban. Karenanya, ketika suatu pagi ditemukan sesosok mayat lelaki telanjang pucat (dengan luka bekas gigitadi di leber) di sebuah jurang, kita sudah dapat menebak pelaku pembunuhan tersebut. Selanjutnya, Sheriff Trout (diperankan oleh Colton Ford and oh my God i'm horny just look at him with clothes) akan membongkar kasus tersebut dan dari semua bukti yang ada di tubuh korban (cap di punggung tangan) semua mengarah ke The Lair dan itu tidak terlalu penting.

Inti serial The Lair ini adalah tentang kisah obsesi cinta Damian pada seorang wartawan koran kota bernama Thom (diperankan oleh David Moretti). Damian mempercayai bahwa Thom adalah reinkarnasi kekasih pertamanya 20 abad yang lalu. Tentu saja, Thom tidak bisa menerima logika tersebut meski Damian mati-matian meyakinkannya. Masalah menjadi complicated manakala kekasih Thom yaitu Johnathan (di season 1 diperankan oleh Jesse Cutlip dan di season dua perannya digantikan oleh Ethan Reynolds) meninggal dan berubah menjadi vampir. Untuk membebaskan kekasihnya tersebut, tidak ada jalan lain bagi Thom kecuali meminta bantuan Damian. Tentu saja, Damian tidak akan membantu Thom dengan cuma-cuma. Ya, Damian menginginkan Thom menjadi kekasihnya sebagai imbalan untuk menolong Jonathan. So far, sampai season 2 serial tersebut hanya menceritakan tentang itu.

Menonton seiral ini, jangan berharap menyaksikan aksi baku hantam atau kecanggihan spesial efek seperti dalam film vampir Underworld, Van Helsing, ataupun Blade. Baik cerita maupun setting The Lair dibuat simpel kalau tidak bisa disebut kacangan. Namun demikian, kata kita akan dimanjakan oleh wajah-wajah lelaki tampan dengan dada bidang dan enam persegi yang tergurat rapih di perutnya. Ya, siapa yang membutuhkan jalinan cerita menarik ketika kita dapat menyaksikan David Moretti mandi di shower. Siapa juga yang membutuhkan spesial efek canggih ketika kita dapat menyaksikan adegan sex-party yang diadakan di back-room the lair atau adegan ranjang beberapa pemain lainnya.

Yang menarik (pagi penulis) tentang serial yang satu ini adalah dilibatkannya beberapa bintang film porno dalam film tersebut. Correct me if I'm wrong tapi paling tidak penulis kenal betul dengan Dylan Vox (berperan sebagai Collin, tangan kanan Damian) dan Frankie Valenti (berperan sebagai Tim, sang asisten ahli botani yang diam-diam memandam rasa terhadapnya) yang kerap membintangi sejumlah film porno. Awalnya penulis tidak percaya dan mungkin itu hanyalah kemiripan wajah saja. Karenanya, penulis melakukan cross-check dan benar saja, mereka memang bintang film porna. FYI, selain kolektor film seperti disebutkan di awal tulisan, penulis juga mengoleksi beberapa judul film porno. "What? Every gay have to have some!" Jadi, jangan ragukan lagi tentang pengetahuan gay-porn-star penulis. Sure, I know them.

Jadi, apakah penulis merekomendasikan serial tersebut untuk ditonton? Hell yeah.

Wednesday, October 07, 2009

STOP TALKING START FUCKING

Seorang teman pernah bercerita bahwa dia harus mununggu selama hampir dua jam sebelum akhirnya ML dengan teman kencan yang ia dapatkan dari chat-room. Penulis bertanya, "Ngapain ajah selama dua jam tersebut?" Sang teman bercerita bahwa waktu dua jam tersebut diisi dengan basa-basi nggak penting seperti kuliah atau kerja dimana, anak ke berapa, sering nonkrong dimana, teman homonya ada berapa, dan bla bla bla gak penting lainnya. Tidak jarang pula, ketika tidak ada lagi bahan pembicaraan, mereka saling diam.

Penulis tidak habis pikir, untuk sekadar seks yang kita tahu sama tahu saling meninginkannya, perlukah kita menunggu selama itu? Mungkin sebagian orang berpendapat harus ada intro atau basa-basi sebelum kita mesuk ke inti persoalan. Ah, cukuplah basa-basi itu menjadi bahan obrolan di chat-room tadi. Kalau sudah ketemu, tidak usahlah berbasa-basi lagi.

Sebuah fakta tentang pembicaraan antara dua orang yang baru kenal adalah bahwa basa-basi tersebut akan sangat bisa menjadi ajang pamer dan berbangga diri atau media interogasi. Bagaimana tidak, dalam basa-basi tersebut tidak jarang berusaha meninggikan harga dirinya. Berbusalah mulutnya menceritakan bahwa dirinya jarang ketmuan sama orang, ia bukanlah termasuk orang yang sex-oriented, dia banyak dikejar-kejar orang yang minta jadian, dan lain sebagainya. Lebih buruk lagi kalau orang yang bersangkutan bertingkah SKSD (sok kenal sok dekat) dengan memberondong kita berbagai macam pertanyaan seperti kuliah di mana, kerja di mana, asli dari mana, anak keberapa, nanti ada yang marah tidak, dan lain sebagainya.

Basa-basi obrolan ini akan semakin membosankan manakala teman sebelah kamarnya tiba-tiba nimbrung. Kalian tahu kalau dua sahabat gay bertemu dan ngobrol (terlebih curhat) akan menghabiskan waktu berapa lama? Ya, jawabannya adalah akan sangat lama. Berdasarkan pengalaman penulis, kalau hal tersebut terjadi segeralah angkat kaki dan kalau kamu masih penasaran dengan lelaki tersebut, buatlah janji ketemu di lain hari dan pastikan kali ini temannya tidak akan nimbrung.

Tips lain dari penulis. Untuk menghindari semua basa-basi yang memang beneran basi tersebut, ketika kalian sudah berada di kamar berdua, duduklah saling berdekatan. Biarkan paha dan badan kalian saling bersentukan kalau memang tidak ada pihak yang berinisiatif mengajak bercinta. Dari persentuhan tersebut, gairah tependam akan segera membeludak dan setelahnya kalian tahu apa yang harus kalian lakukan selanjutnya, bukan?

Monday, October 05, 2009

INSYAF SATU MELETEK SERIBU

Pernahkah kamu bertemu di chat-room dengan orang yang sama, lagi dan lagi? Kalau hanya dengan satu orang tentu tidak terlalu menjadi bahan pemikiran, tapi kalau beberapa tentu lain persoalan. Dengan yakin kamu masih bisa mengenali nama, lokasi, tinggi serta berat badan, serta foto yang dipasang baik di Friendster maupun FaceBook-nya. Ya, bahkan kamu masih ingat bahwa dua hari yang lalu chatting dengan orang tersebut. Kamu pun mulai berpikir, "Kemana semua stok gay terbaru itu?"

Pernahkah kamu datang ke sebuah acara party atau event (gay, tentu saja) dan merasa telah menenal (well, meniduri mungkin lebih tepatnya) semu lelaki yang hadir di sana? Ya, gay yang duduk di pojok sana pernah beberapa kali datang ke tempatmu, gay yang sedang ngobrol dengan temannya itu adalah salah satu nominasi hot-kisser tahun ini, gay yang sedang curi-curi pandang ke arahmu itu adalah lelaki yang memaksa minta jadian sama kami, dan gay yang memakai kaos merah itu adalah zakar terbesar yang pernah kamu oral and even more. Kamu pun mulai berpikir, "Sepertinya sudah saatnya dilakukan program pertukaran gay antar-kota, deh."

Pernahkah kamu mendengar kabar atau bahkan menerima undangan pernikahan seorang teman gay dengan seorang perempuan? Ya, minggu ini kamu mendapat undangan dari seorang teman yang kamu kenal dari tempat club khusus gay yang menikahi seorang wanita teman kerjanya. Sebulan yang lalu kamu juga mendengar kabar bahwa temannya teman gaymu menikah di luar kota dan tinggal di sana bersama istrinya. Sementara empat atau tiga bulan yang lalu kamu bertemu dengan seorang gay yang acara pernikahannya kau hadiri dan sekarang ia menggendong anaknya. Kamu pun mulai berpikir, "Apakah ini berarti jumlah gay akan semakin berkurang?"

You must be kidding me! There's no way its going to happen. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pernikahan tidak akan menghalangi seorang lelaki dari berlaku homo. (Mengenai hal ini, penulis telah membahas di artikel sebelim ini) Karenanya, jumlah gay tidak akan pernah berkurang melainkan bertambah lebih dan lebih banyak lagi. Kalaupun hal tersebut terjadi, penulis yakin bahwa jumlahnya jauh lebih kecil dari banyaknya para junior kita yang mulai meletek. Jadi percayalah, kita tidak akan kehabisan lelaki. Yang perlu kita lakukan hanyalah berusaha lebih keras lagi dan memperluas area pencarian untuk menemukan gay-gay baru yang belum pernah kita tiduri.

Atau sekaranglah saatnya kita melakukan seks dengan lelaki straight? Hhmmm... Worth to try.

Sunday, September 27, 2009

DUKA KAMI UNTUKMU, KAJOL

Berita duka datang dari komunitas gay kota Cirebon. Adalah Fauzi Basalamah (24) yang oleh rekan sekomunitasnya biasa disapa Kajol (artis Bollywood kesayangan Fauzi) tewas dengan 10 luka tusuk dan bacok di sekujur tubuhnya. Kejadian naas tersebut diperkirakan terjadi Sabtu (26/09) tengah malam atau Minggu (27/09) dini hari. Warga Jl Cangkring I Gg Janur No 9 A RT 01/05 Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon diduga menjadi korban perampokan yang dilakukan teman kencannya (lebih dari satu orang) karena kendaraan serta HP milik korban raib. Mayat Kajol ditemukan di dekat gerbang tol Plumbon sekira pukul 08.00 WIB oleh salah seorang warga. Di sekitar tempat kejadian, ditemukan sepasang sepatu serta peralatan make-up. Ya, Kajol memang kerap mangkal di Sigundul (daerah sekitar gerbang tol Plumbon) yang terkenal sebagai salah satu tempat operasi waria di Cirebon. Hingga saat ini, belum diketahui siapa teman kencan yang juga diduga sebagai pelaku pembunuhan terhadap Kajol.

Secara personal, penulis tidak terlalu mengenal Kajol. Penulis hanya pernah bertemu satu kali dengannya ketika sedang berada di Cirebon. Saat itu, bersama teman-teman satu genk, penulis menyambangi alun-alun kota Cirebon sekedar untuk melihat lebih dekat komunitas gay kota Cirebon yang kerap berkumpul di alun-alun setiap akhir pekan. Di tengah canda tawa kami, Kajol datang dengan gaya khas kemayunya. Dari caranya menyapa kami, penulis yakian betul bahwa gay yang satu ini sudah amat terkenal di komunitas gay Cirebon. Heboh, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan pembawaannya. Kehebohan Kajol semakin menjadi manakala ia menyalakan (dengan loud speaker) MP3 lagu India dari HP-nya dan ia menari dan menyanyi menirukan lagu tersebut di depat umum. Begitulah Kajol yang penulis kenal karena setelahnya penulis tidak pernah lagi berkesempatan bertemu dengannya lagi. Namun demikian, tetap saja kabar meninggalnya Kajol dengan cara tragis membuat penulis miris.

Dalam hati penulis tidak habis pikir. Orang jahat seperti apa yang tega melakukan pembunuhan keji semacam itu? Ketika penulis mengkonfirmasi siapa yang dicurigai sebagai pelaku pembunuh Kajol kepada salah satu teman mangkalnya di Sigundul, penulis tidak menemukan jawaban pasti. Menurut sang narasumber, pelakunya bisa siapa saja. Mungkin media masa menyebutkan teman kencannya lah yang diduga sebagai pelaku. Namun demikian, juga menurut sang narasumber, Kajol memang memiliki banyak 'musuh' di komunitasnya. Kajol kerap membanggakan semua yang ia miliki semisal HP canggih miliknya. Hal tersebut membuat rekan-rekannya bukan hanya tidak menaruh simpatik tapi juga kerap membicarakan kejelekan Kajol di belakang. Bisa jadi, salah satu dari mereka merupakan pelaku pembunuh Kajol. Jadi, motif pembunuhan bisa saja berkembang dari perampokan menjadi dendam pribadi. Kemungkinan lain adalah masalah asmara. Memang hal ini terdengar terlalu jauh kalau dikaitkan dengan kematian Kajol. Namun demikian, kemungkinan tersebut tidak dengan sendirinya menjadi tertutup. Ya, bukankah hanya asmara yang dapat membuat seorang buta hati dan tega melakukan berbagai cara untuk mendapatkan yang diinginkannya?

Ada satu lagi yang membuat hati penulis miris dari kematian tragis Kajol. (Paling tidak) sampai dua hari meninggalnya Kajol, pihak keluarga belum mengambil jenazahnya di Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon. Masih menurut sang narasumber, keluarga Kajol malu mengakui bahwa anaknya adalah seorang waria. Ekspos media mengani kejadian ini membuat keluarga semakin enggan menerima kenyataan anaknya kerap mangkal di lokasi nongkrong para waria. Mendengar hal ini, hanya bisa berkata, "Oh Tuhan. Kajol tidak layak diperlakukan seperti ini." Mungkin semasa hidupnya Kajol berbuat sesuatu yang tidak dapat dibanggakan keluarga, namun ketika meninggal bukankah dia layak diperlakukan sebagai manusia? Bolehlah pihak keluarga malu dan tidak memaafkan perbuatan anaknya tersebut, akan tetapi bagaimanapun juga Kajol adalah anggota keluarga mereka, diakui ataupun tidak.

Inilah mungkin bukti nyata tindak diskriminatif terhadap kaum homo seperti penulis sampaikan pada artikel-artikel sebelumnya. Di sinilah kaum gay harus bisa menyuarakan haknya yang kadang terabaikan ataupun mungkin lebih tepatnya sengaja diabaikan. Kalau dulu dalam kasus "Rian Si Jagal dari Jombang" kaum gay kerap dipersepsikan sebagai pelaku kajahatan, sekarang lihatlah bahwa kaum gay pun kerap mnejadi korban kejahatan. Kalau sudah begini, bukankah kita sebagai manusia harus memandang ini dari sudut manusiawi, bukan homo atau hetero?

Akhirnya, kepada Kajol penulis mengucapkan selamat jalan semoga dapat beristirahat dengan tenang. Penulis juga berdoa semoga arwah serta amal ibadanya selama di dunia diterima di sisi-Nya. Semoga pula tidak ada lagi Kajol-Kajol lain yang menjadi korban pembunuhan sadis. Amin.

Saturday, September 26, 2009

HOMOTRON

Menjadi gay adalah sebuah tantangan yang mengharuskan kita dapat memerankan dua karakter berbeda (dan bahkan mungkin bertentangan) dalam hidup ini. Satu sisi kehidupan kita mengharuskan kita tampil layaknya lelaki kebanyakan, maskulin sebagaimana diinginkan mainstream. Sisi lain kehidupan kita menuntut kita tampil apa adanya sesaui hati nurani. Masing-masing peran tersebut harus kita lakonkan dengan sebaik munkin sesuai dengan atmosfir lingkungan di sekitar kita.

Pandai-pandai menempatkan diri, itulah kata kunci yang selalu dipegang erat kaum gay dalam menjalankan peran gandanya agar kehidupan pribadinya dihakimi. Ya, alasan mendasar mengapa seorang gay menyembunyikan preferensi seksualnya dengan berpura-pura menjadi lelaki kebanyakan adalah ketakutan akan pandangan masyarakat. Bagaimanapun, homoseksual akan selalu dianggap menyimpang oleh kalangan heteroseksual. Dalam salah satu sesi tanya-jawab kontes kecantikan Miss USA 2009, salah seorang kontestan menyatakan menghargai pilihan seseorang menjadi gay namun demikian ia masih menganggap bahwa pernikahan selayaknya hanya terjadi antara dua manusia berbeda jenis kelamin. Ini adalah bukti bahwa seterbuka apapun pandangan orang-orang heteroseksual, mereka tidak akan pernah dengan legowo menerima keberadaan kaum gay.

Hal inilah kemudian yang membuat beberapa gay manjadi paranoid. Mereka memiliki rasa takut berlebihan akan kemungkinan terbongkarnya rahasia terbesar hidupnya sebagai seorang gay. Mati-matian mereka menutupi jati diri sebagai seorang gay tingkah artifisial yang kalau mau jujur hal tersebut sangat menyiksanya. Merasa diri tidak merdeka dan selalu terjajah, itulah perasaan yang selalu membebani hidup mereka.

Ah, penulis selalu berangan-angan bahwa suatu hari nanti dapat memperkenalkan diri sebagai seorang gay seperti Nino (yang diperankan oleh Tora Sudiro) dalam film Arisan! "Hai, aku Nini dan aku seorang gay." Karena belum bisa melakukannya, penulis hanya bisa terkagum-kagum pada para profesional muda (entah dokter, ekonom, politikus, dan lain sebagainya) yang dengan tanpa ragu mengakui homoseksualitasnya. Sungguh membutuhkan sebuah keberanian luar bisa untuk dapat merasa nyaman di bawah tatapan nanar orang-orang yang memandang negatif seorang homo. Mereka adalah kelompok gay yang tidak perlu repot harus bergonta-ganti atau kerap bertransformasi dari satu karakter ke karakter lain. Merek cukup menjadi diri sendiri. Wuih...

Sebagaimana robot-robot transformer yang dengan cepat berubah bentuk sesuai dengan situasi dan kondisi, seorang homo juga harus dapat melakukan hal serupa. Ia harus dengan segera tampil sebagaimana lelaki kebanyakan manakala berada di tempat kerja ataupun di rumah ketika bersama keluarga. Ketika ia berada di jaringan pertemanan gay, dengan sendirinya ia akan menjadi diri sendiri tanpa harus jaim dengan segala kepura-puraan dan kemunafikan.

Friday, September 25, 2009

PSEUDO ROMANCE

Salah satu aturan penting dalam melakukan seks one-nite-stand adalah tidak melibatkan perasaan. No string attached. Ini adalah tentang dua orang yang sama-sama ingin memuaskan hasrat birahinya. Ketika kemudian kita naksir pada pasangan ONS, jangan membuatnya terlalu personal sampai kita benar-benar yakin dia merasakan hal yang sama. Kalau tidak, hanya akan mengharap pepesan kosong yang mati-matian kita kejar sementara ia tidak memiliki isi sama sekali. Just fuck him and if its necessary, delete his number from your phonebook so you can't contact him.

Masalahnya kemudian tidak semudah itu. Adakalanya, kita menemukan partner seks-satu-malam yang kita nilai beda meski tidak bisa dikatakan spesial. Perbedaan tersebut dapat kita rasakan dari caranya memperlakukan kita di tempat tidur. Ia memberikan lebih dari sekadar seks. Ia juga menawarkan romansa. Ya, ketika foreplay ia memberikan france-kiss terpanas yang pernah kita rasakan, ditengah pergumulan dan cumbuan dia kerap memanggil kita dengan sebutan sayang, ketika bercinta dia tidak egois tapi juga mempertimbangkan kepuasan kita, dan ketika selesai bercinta dia mengucapkan terima kasih dan mengecup kening kita. Kalau sudah begini, hati gay mana yang tidak akan terbawa meski pada awalnya tidak berjanji tidak akan memakainya. Pada partner semacam ini, apa yang harus kita lakukan?

And so you know honey, that was not love its just pseudo romance. Kalau kamu berpikir bahwa yang telah kalian lakukan tadi adalah bentuk romantisme yang bisa menjadi tunas-tunas cinta, jangan dulu cepat berkesimpulan. Hal tersebut bisa jadi hanyalah romansa palsu yang hanya dijadikan bumbu di kala bercinta. Ya, ketika seorang lelaki kerap melakukan seks dengan banyak orang, maka ia akan memulai menambahkan beberapa variasi. Sebagian gay menggali keahliannya dalam menguasai berbagai posisi seks dan sebagiannya lagi mencoba memasukkan unsur romansa palsu yang hanya indah terdengar di atas ranjang karena keesokan harinya jangan harap dia akan menghubungimu lagi.

Bentuk lain dari pseude romance (ramansa palsu) adalah pernyataan jadian seorang lelaki yang bahkan belum pernah kamu temui secara langsung. Kamu hanya mengenal dia melalu chat-room yang selanjutnya saling berkirim SMS. Karena dirasa memiliki kecocokan dalam hal komunikasi (atau mungkun juga keduanya memang sedang kesepian), akhirnya dia pun menawarkan komitmen. Apa yang terjadi kemdian ketika mereka bertemu? Akan sangat mungkin terdapat beberapa hal yang membuat feeling yang sebelumnya kuat menjadi melemah atau bahkan hilang sama sekali (il-feel). Lantas, apakah pernyataan jadian sebelumnya dihitung sebagai sebuah komitmen? Tentu saja tidak. Masing-masing pihak akan dengan sangat mudah mengingkarinya. Toh, hal tersebut tidak dilandasi alasan yang kuat hanya emosi sesaat yang waktu itu meluap.

Pertanyaannya, mungkinkan romansa cinta sejati tersamar oleh romansa palsu? Apakah tidak mungkin romansa palsu itu dapat dikembangkan menjadi romansa cinta yang sesungguhnya manakalah keduanya menginginkan hal tersebut terjadi? Semua bisa terjadi. Namun demikian, kita tidak bisa mengabaikan sebuah teori yang mengatakan "Easy come easy go". Orang yang dengan mudah mengucapkan sayang, kangen, dan semacamnya, maka akan dengan mudah pula ia mengingkarinya karena kata-kata tersebut keluar dari mulutnya tak ubahnya sapaan (hai, halo, apa kabar, dan semacamnya) untuk sekadar bersopan santun.

Hurt isn't it? Well, what can I say, you live on imperfect world honey. Just enjoy that psuedo romance but do not take it personally.

Sunday, September 20, 2009

YOU OWE IT TO YOURSELF

Apa yang dilakukan seorang gay di Hari Kemengangan? Shalat Idhul Fitri, mengunjungi sanak famili, bermaaf-maafan, membagi-bagikan angpao pada keponakan, ziarah ke makan anggota keluarga yang telah meninggal, serta mencicipi aneka hidangan khas lebaran itu sudah pasti. Setelah sebulan penuh menahan hawa nafsu (birahi), sepertinya tidak terlalu buruk untuk memperturutkannya di Hari Raya ini.

Selama puasa, ada sebagian gay yang juga puasa seks sebulan penuh meski yang tetap melaksakannya (pada malam hari) juga ada. Karenanya, bukankah Anda (terutama yang puasa seks sebulan penuh) berhutang pada diri sendiri untuk memenuhi hasrat terpendam selama sebulan penuh tersebut? Ya, di Hari Kemenangan ini Anda lebih dari berhak untuk melakukan seks. Tidak ingin menodai kesucian-seperti-bayi-yang-baru-lahir? Ah, cepat atau lambat Anda akan melakukannya. So, what's the point?

Bagi Anda yang sehari-hari harus beraktivitas (baik bekerja ataupun kuliah) di kota lain, momen pulang kampung dapat dijadikan ajang untuk memenuhi obsesi melakukan seks dengan laki-laki dari kota kelahiran yang selama ini tidak pernah kesampaian dikarenakan takut kalau-kalau lelaki yang bersangkutan mempunyai hubungan (baik kekerabatan atau kedekatan lainnya) dengan keluarga kita. Ya, inilah saatnya untuk memenuhi fantasi tersebut.

Manfaatkan jaringan pertemanan (gay) di kota asalmu untuk menadapatkan sejumlah nama lelaki yang bisa kamu tiduri. Jangan terlalu pilih-pilih, toh ini tidak terdengar seperti kamu akan menikahinya. Its just sex, nothing more. Adalah sebuah tantangan tersendiri dapat mengelabui orang rumah untuk dapat memasukkan seorang lelaki ke dalam kamar dan menidurinya. Rasa takut dan was-was kalau-kalau ada orang yang nyelonong masuk ke kamar sementara kita sedang ML menjadi sensasi tersendiri. Adrenalin menjadi lebih terpacu sehingga kita mendapatkan sebuah petualangan baru selain pelampiasan hasrat seks yang memang sudah sampai ubun-ubun.

Seorang teman harus menunggu sampai hari ke-5 bulan Syawal untuk dapat berhubungan seks dengan lelaki dari desa tetangganya. Penulis menyemangati, "Just do it. You owe it to yourself." Kalau sang teman menunggu sampai hari ke-5, bagaimana halnya dengan penulis? Well, penulis tidak harus menunggu selama itu. Pada malam hari 1 Syawal, penulis telah melakukannya dengan seorang kenalan yang memang telah jauh-jauh hari dipersiapkan untuk ML di Hari Kemenangan ini.

Tuesday, September 01, 2009

DOES RAMADHAN STOP YOU?

Sepertinya, pertanyaan tersebutlah yang muncul di benak banyak gay ketika Ramadhan menjelang. Ya, apakah Ramadhan akan menghentikan seorang gay dari perlikau seksnya selama ini? Ketika banyak artis turut menjaga kesucian Ramadan dengan misalnya tidak berpenampilan seksi selama Bulan Puasa ini, apakah kaum gay melakukan hal yang sama? Well, jawaban pertanyaan tersebut adalah tidak.

Faktanya, chat-room tetap dipenuhi selama Ramadhan, baik siang maupun malam. Apa yang mereka lakukan? Apakah mereka saling berbagi nasehat agama di bulan Ramadhan? Tentu saja tidak. Ya, apalagi yang mereka cari kalau bukan teman kencan. Meski memang beberapa gay yang menjalankan ibadah puasa menggeser jadwal ketemuan dengan teman chatting pada malam hari, namun demikian mereka memulai ritual tersebut sejak siang atau bahkan pagi hari.

Apakah kaum gay menghentikan sementara aktivitas seksnya selama Ramadhan? Not Really. Bagamanapun juga, seks adalah sebuah kebutuhan terlebih bagi kaum gay. Tanpa bermaksud melecehkan kesucian Ramadhan, kaum gay tetap menyalurkan hasrat seksualnya. Beberapa gay memilih melakukannya di malam hari sehingga pada pagi sampai sore harinya mereka tetap masih bisa menjalankan ibadah puasa. Namun demikian ada pula sebagian gay (muslim) yang tidak menjalankan puasa sehingga mereka tetap melakukan seks pada siang hari.

Ok, mungkin yang dilakukan kaum gay dipandang salah (atau bahkan dosa) oleh sebagian orang. Namun demikian, toh mereka memiliki hak untuk beribadah kepada Tuhan-Nya. Hanya karena mereka gay, bukan berarti amal ibadah yang mereka lakukan dipandang sia-sia, tidak bermakna, atau bahkan dinilai sebagai pelecehan ajaran agama. Sedikitpun tidak terbersit dalam benak gay untuk melecehkan kesucian ajaran agama.

Kalau Anda masih berpikir bahwa menjadi gay adalah sebuah dosa yang karenanya tidak akan diterima ibadah seorang gay kecuali telah bertobat, maka bukankah menyukai sesama jenis bukan satu-satunya dosa yang bisa dilakukan manusia. Bukankah semua manusia memiliki dosanya masing-masing? Jadi berhentilah menghakimi dan fokus pada ibadah masing-masing. Penulis yakin, Tuhan Mahamelihat dan ia tahu apa yang ada di hati terdalam hamba-hamba-Nya.

Saturday, August 22, 2009

PSIKOLOGI LELAKI HORNY

Apa yang dapat dilakukakan seorang lelaki yang sedang horny? Segalanya! Sekali lagi, SEGALANYA! Ya, seorang lelaki horny dapat melakukan apa pun. Pernah dengar kasus kriminal tentang seorang ayah yang tega memperkosa darah dagingnya sendiri? Atau, seorang kakek yang menggagahi bocah di bawah umur dengan iming-iming diberi mainan? Atau, seorang pemuda iseng yang memperkosa nenek-nenek maupun perempuan gila yang ditemuinya di pinggir jalan?

Sebuah gurauan menyebutkan bahwa lelaki memiliki dua kepala (dan karenanya membuat laki-laki berpikir lebih rasional dibanding perempuan). Namun sayang, kedua kepala tersebut tidak bisa difungsikan secara bersamaan. Apakah kedua kepada tersebut? Tidak lain adalah kepala atas (kepala dalam arti sebenarnya yang didalamnya berisi otak) dan kepala bawah (baca: kepala penis). Ketika kepala atas bekerja (semisal berpikir untuk memecahkan masalah rumit), maka secara otomatis kepala bawah tidak bisa difungsikan (semisal ereksi). Hal serupa terjadi ketika kepala bahwa berfungsi (baca: sedang horny), maka secara otomatis pula kepala atas tidak berfungsi yang karenanya lelaki yang bersangkutan akan mencari objek pelampiasan birahinya tanpa mempedulikan logika. Dan di sinilah bagian menariknya…

Sebagai seorang gay, kamu tentu pernah naksir seorang lelaki straight (entah karena penampilannya, kepribadiannya, intlektualitasnya, atau… memang karena dia membuat horny saja). Kamu pun kemudian berandai-andai, “Kira-kira, adakah kemungkinan dia bisa menjadi gay?”, “Bagaimana ya rasanya tidur dengan dia?”, dan “Apakah intelektualitasnya di bidang akademik berbanding lurus dengan kepintarannya di tempat tidur?” Menanggapi hal ini, sebagian orang akan berkata, “Let it go. He’s straight, he’s off the table.” Namun tidak demikian halnya dengan penulis. Penulis berpendapat, teruslah berharap karena penulis mempercayai satu teori bahwa ketika lelelaki sedang horny, dia bisa melakukan apapun termasuk seks dengan sesama lelaki. You know what, all we need is a chance.

Ya, yang kita butuhkan hanyalah kesempatan berdua dengan lelaki yang kita taksir tersebut saat dia sedang horny. Kita dulu tentu masih ingat ketika pertama menginjak usia belia dan memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi tentang seks. Dengan beberapa teman kita pernah menonton film atau majalah bokep bersama. Tidak jarang pula hal tersebut berujung pada masturbasi bersama-sama. Meski tertarik (secara seksual) dengan salah seorang teman tersebut, kita tidak berani berbuat lebih semisal menawarkan “bantuan” kepadanya dikarenakan kepolosan kita saat itu. Padahal kalau kita berani menawarkan bantuan kala itu, maka sudah hampir dapat dipastikan kalau acara menonton bokep bersama itu akan menjadi orgy party for beginner. Ya, dari pada melakukannya dengan tangan sendiri, mending dengan bantuan tangan atau bahkan mulut orang lain bukan? Seperti itulah kira-kira ilustrasinya. Tentu saja, kesempatan tidak akan datang begitu saja dan karenanya kadang kita yang harus menciptakan kesempatan tersebut.

Satu hal yang menghalangi seorang lelaki straigt melakukan seks dengan sesama lelaki adalah harga dirinya sebagai seorang lelaki sejati. Mereka berpendapat, melakukan seks dengan sesama lelaki akan mengurangi kelelakiannya sebagai seorang laki-laki. Mereka masih beranggapan bahwa hanya bencong yang mau melakukan seks sejenis dan mereka tidak mau disebut demikian. Karenanya, sebelum melakukan seks dengan lelaki straight, yakinkan dia bahwa ini hanyalah antara dia dan Anda. Katakana padanya bahwa tidak akan ada orang lain yang mengetahui persetubuhan tersebut.

Ah, dasar laki-laki…

Sunday, August 09, 2009

SAME SEX MARRIAGE

Pernahkah Anda tergelitik bertanya, mengapa kaum gay kerap bergonta-ganti pasangan? Mungkin jawaban atas pertanyaan tersebut adalah karena nafsu birahi seorang gay tidak akan pernah terpuaskan hanya dengan satu orang pasangan. Mungkin kaum gay termasuk dalam katagori lelaki yang anti-kemapanan sehingga ia kerap berpindah dari satu lelaki ke lelaki yang lain. Atau mungkin juga karena memang pada dasarnya semua lelaki homo itu brengsek sehingga mereka merasa bangga kalau bisa meniduri lebih banyak laki-laki.

Mungkin ketiga jawaban tersebut di atas adalah opsi yang paling banyak muncul di kepala banyak orang. Namun, pernahkan terpikir di benak Anda bahwa mungkin perilaku gonta-ganti pasangan yang dilakukan kaum gay ini dikarenakan tidak ada lembaga atau institusi yang dapat melegalkan hubungan mereka seperti perkawinan dalam dunia hetero? Mungkin terdengar ekstrem dan mengada-ada, tapi tidak ada salahnya kalau kita membuka sedikit logika agar jawaban tersebut masuk dalam daftar opsi jawaban pertanyaan pembuka artikel ini.

Ingat, pada dasarnya seorang gay adalah manusia juga yang memiliki kebutuhan untuk settle-down. Mereka yang masih berpikir bahwa kaum gay menyukai gaya hidup bergonta-ganti pasangan, sebaiknya berpikir ulang. Kenyataannya, dalam satu titik kehidupan setiap gay pasti pernah merasakan bosan, lelah, dan akhirnya menyerah dengan petualangan dari satu lelaki ke lelaki lain ini. Seperti lelaki hetero, mereka memiliki kemampuan (dan ingin sekali) untuk setia pada satu pasangan, mengarungi hidup bersama orang tersayang, dan menua bersama hingga akhirnya maut memisahkan mereka.

Masalah muncul kemudian ketika kaum gay tidak memiliki fasilitas untuk melegalkan hubungan tersebut. Paling tidak masyarakat mengakui keagungan ikatan diantara mereka meski hal tersebut tidak harus disebut sebagai pernikahan. Paling tidak, ketika masyarakat menghormati (tidak harus merestui) ikatan tersebut, kaum gay memiliki kontrol sosial terhadap komitmen dengan pasangannya. Kalau pernikahan adalah ekspresi perayaan cinta, maka kaum gay pun berhak merayakan cinta yang mereka rasakan, bukan?

Fakta yang menggambarkan kian maraknya perceraian ikatan perkawinan antara pria dan wanita akhir-akhir ini seolah menampar kaum hetero. Bagaimana tidak, di mata kaum hetero, pernikahan bukan saja penyataan ikatan sehidup semati antara mempelai pria dan wanita tapi juga sumpah setia di hapan Tuhan Yang Maha Esa. Sumpah perkawinan tidak lagi sekadar sumpa antara sesama manusia tapi juga antara manusia dengan penciptanya. Karenanya, kaum hetero tidak boleh mempermainkan pernikahan dengan alasan apa pun. Dan ketika terjadi permasalahan dalam pernikahan tersebut, perceraian dijadikan alternative terakhir setelah sebelumnya kedua belah pihak telah menempuh segala cara untuk mempertahankan ikatan tersebut. Toh perceraian tetap saja marak. “Kalau kalian tidak becus menjaga kesakralan ikatan perkawinan, mengapa kalian melarang kelompok lain yang dengan tulus mengaungkan ikatan tersebut?”

P.S.:
Setelah Belanda, Belgia, Canada, dan negara bagian California, sepertinya Indonesia harus segera menyusul melegalkan pernikahan sesama jenis ini. Mengapa? Di samping untuk memfasilitasi keinginan warga negara homo yang kian meningkat jumlahnya, ternyata hal ini juga dapat mendatangkan keuntungan devisa. Bayangkan, Canada sebagai negara tetangga USA kerap didatangi pasangan homo yang menumpang menikah di sana. Dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat dan tentu saja ini dapat menambah tebal perolehan keuntungan devisa bagi Kanada. Indonesia sebagai Negara yang kaya dengan objek wisata, sepertinya dapat mengemas paket pernikahan sesama jenis ini dengan bulan madu ke beberapa objek wisata kita.

Jangan keburu mencibir. Bayangkan saja keuntungan yang akan diperoleh negara dari ide ini. Just think about it!

Saturday, August 08, 2009

ANIMALE

Dalam keputusasaannya mencari cinta sejati, penulis pernah curhat kepada seorang teman perempuan. “Duh bahagianya ya jadi kamu. Punya pacar cakep dan setia.”, keluahnya di sebuah kesempatan chatting dengan sang teman via YM. “Di dunia gay, lelaki seperti itu sulit sekali ditemukan. Semua pria gay brengsek dan tukang selingkuh.”, sambungnya lagi. Sang teman tersenyum dan kemudian berkata, “Kalau pria brengsek sih di dunia hetero juga tidak kalah banyak. Kamu hanya belum mendapatkan pria yang cocok saja.” Seperti petuah bijak, kalimat tersebut langsung membekas di benak penulis. Ya, lelaki brengsek tidak membutuhkan label homo ataupun hetero. Kalau dari sono-nya brengsek ya brengsek saja.

Dalam salah satu adegan serial “Ugly Betty”, Daniel Meade pernah menasehati Betty Suarez dengan berkata “All men are dog.” demi melihat sang asisten tampak putus ada mengejar pria impiannya. Betty yang kala itu tengah dilanda kebingungan dengan sikap Jesse yang terkadang memberi harapan dan di lain kesempatan seolah menjaga jarak setuju dengan pendapat sang atasan. Ya, semua lelaki adalah binatang yang tidak tahu terima kasih karena telah dicintai. Alih-alih membalas ketulusan cinta yang kita berikan, mereka selalu saja menuntut lebih meski mereka juga tahu tidak layak diperlakukan seperti itu.

Pertanyaannya, “Sesulit itukah menjadi lelaki baik?” dan “Apakah kalian tidak pernah lelah selalu membuat sakit hati seperti itu?” Sebenarnya mudah saja menjadi lelaki manis yang layak dilimpahi cinta dan kesetiaan. Yang harus Anda lakukan adalah mensyukuri anugerah kekasih yang diberikan Tuhan kepada Anda Kalau Anda bisa bersyukur seperti itu, Anda akan berpikir dua kali untuk berbuat sesuatu yang beresiko kehilangan anugerah terindah tersebut. Bermacam godaan tidak akan terasa menggiurkan kalau Anda sudah bisa menghargai hal terbaik yang pernah Anda miliki tersebut. Mudah bukan? Lalu mengapa kalian tidak melakukannya? Apakah ini yang dimaksud dengan ungkapan “(Bad) boys will be (bad) boys” sehingga meski mudah menjadi lelaki baik mereka tetap saja memilih berperilaku menyebalkan? Entahlah.

Sebentar, bukankah penulis sendiri berjenis kelamin laki-laki? Lantas mengapa dia menghujat lelaki sedemikian rupa seolah ia bukanlah seorang lelaki? Bukankah dengan demikian secara tidak langsung dia menghina dirinya sendiri? Dan bukankah ini dapat dipandang sebagai kontradiksi antara opini dan kondisi faktual penulis itu sendiri? Well, kalau lelaki diibaratkan sebagai binantang, ada ada banyak spesies binatang di dunia ini dan penulis lebih senang mengibaratkan diri sebagai binatang yang cantik serupa kupu-kupu ataupun kelinci yang menggemaskan. Tidak bertentangan bukan?

Friday, August 07, 2009

LET’S GET LOUD

Sudah nonton film “Harvey Milk”? Kalau belum, Anda harus segera menyaksikan film tentang perjuangan politisi gay di San Fansisco tersebut. Dalam film yang diangkat dari kisa nyata tersebut, Sean Penn yang memerankan tokoh Harvey Milk, berjibaku memperjuangkan hak-hak kaumnya di parlemen. Tidak mudah tentu saja. Namun demikian, sang politisi tetap gigih berjuang sampai akhirnya suara dan keberadaan kaum gay diakui secara legal-formal.

Menginspirasi. Itulah kata pertama yang ada di kepala penulis setelah menonton film tersebut. Penulis berpikir, “Bukankah sudah seharusnya Indonesia memiliki tokoh (politisi) seperti Harvey Milk?” Ya, kalau melihat banyaknya jumlah gay di kota-kota besar, penulis kerap berpendapat harus ada yang menyuarakan keinginan mereka di parlemen. Suka atau tidak, sudah saatnya keberadaan kaum gay di Indonesia diperhitungkan. Bukan sekadar pekerja salon, desainer pakaian, serta icon banyolan di layar kaca. Gay ada di sekitar kita dan mereka adalah anggota masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban sama seperti warga negara lainnya dan butuh pula untuk dihargai keberadaannya.

Terdengar berlebihan? Tidak juga. Perjuangan kaum gay Indonesia untuk diakui keberadaannya sebenarnya sudah dimulai sejak awal tahun 1980-an. Menurut Dede Oetomo (mbah-nya gay Indonesia) saat itu kaum homo berani menggulirkan wacana keberadaannya, walau secara fisik mereka masih ngumpet. Akhir 1980-an, unjuk eksistensi gay makin kentara seiring dengan kampanye bahaya penyakit AIDS dan pada era setelah reformasi mereka memasuki wilayah politik. Masih menurut dosen sosiolog Unversitas Airlangga Surabaya seperti dituturkan kepada majalah Gatra, fase perjuangan ini ditandai dengan isu yang digelindingkan Partai Rakyat Demokratik bahwa kepentingan kaum gay perlu terwadahi di legislative meski sampai saat ini gaungnya kurang begitu terdengar dan di sinilah kita membutuhkan Harvey Milk-Harvey Milk Indonesia.

Lantas, siapa sosok yang berhak disebut atau paling tidak mendekati profil Harvey Milk di Indonesia? Sepertinya kehadiran sosok ini masih merupakan sebuah mimpi mengingat beberapa tokoh yang dituakan dalam komunitas gay lebih memilih berkecimpung di lembaga sosial kemasyarakatan yang menangani gerakan kewaspadaan HIV/AIDS. Mereka masih belum memandang perlu keterlibatannya di dunia politik sehingga sampai saat ini suara kaum gay hanya akan terdengar sebagai suara kaum minoritas yang hidup dalam dunia under-cover. Pertanyaannya, sampai kapankah dunia homoseksual Indonesia akan seperti sampai sekarang?

Dalam fantasi terliarnya, penulis kerap membayangkan diri sebagai motivator kaum gay untuk tampil menjadi diri sendiri tanpa ada rasa takut cap tidak normal yang mungkin diberikan oleh masyarakat. Tentu saja, untuk disetarakan dengan perjuangan Harvey Milk masih akan jauh tertinggal. Namun demikian, melalui blog ini penulis berusaha menyuarakan opini-opini kaumnya. Ya, kalau bukan kita siapa lagi yang bisa menyuarakan keinginan kaum kita sendiri. Sampai saat ini, penulis memiliki teman blogger yang memiliki kesamaan visi-misi menyuarakan opini kaum gay. Penulis berharap, blog serupa semakin banyak di jagat blog sehingga kalau saat ini kita belum bisa menyuarakan pendapat di dunia nyata, paling tidak di dunia maya kita memiliki komunitas bersuara sama dan jumlahnya layak untuk diperhitungkan.

So gays, let’s get loud!

Thursday, August 06, 2009

DRUNK OF LOVE

Bagi seorang gay, bukan hanya minuman beralkohol ataupun zat prsikotropika yang dapat memabukkan, tetapi juga cinta. Ya, cinta dapat memabukkan dan ini bukan dalam arti sekadar euphoria jatuh cinta semata. Mabuk di sini berarti mengidap rasa yang tidak nyata, bertingkah di luar logika, serta halusinasi keindahan seperti yang ia dambakan. Seperti alkohol dan zat psikotropika, mabuk cinta seperti ini juga dapat merusak.

Mengapa seorang gay kerap mabuk cinta? Jujur, menemukan cinta sejati adalah sesuatu langka dalam romansa homoseksual. Meski tidak menampik ada beberapa gay yang rela memberikan segalanya demi cinta, namun demikian sebagian besar mereka hanya mencari senang semata dan senang yang dimaksud di sini adalah seks. “Jangan dibawa terlalu serius hubungan seperti ini. Nyantai saja.”, demikian jawaban mereka ketika ditanya mengapa tidak mau terikat komitmen. Jawaban serupa juga diutarakan oleh mereka yang meski terikat komitmen tapi tetap tidur dengan lelaki lain.

Mengingat demikian sulitnya menemukan cinta sejati, kaum gay kerap berfantasi. Mereka membayangkan menemukan sang pangeran yang mengajaknya tinggal dalam kastil indah, menikah, memiliki keturunan, membesarkan mereka, dan berdua mereka menua bersama, selamanya hingga maut memisahkan keduanya. Tentu saja, dalam setiap dongeng selalu ada naga jahat ataupun nenek sihir. Namun demikian, berdua mereka berhasil melewati semua rintangan yang alih-alih meruntuhkan cinta diantara mereka akan tetapi semua itu semakin mengukuhkan cinta mereka. Ya, semuanya indah meski tidak nyata.

Beberapa gay kerap mengumbar kata-kata gombal di chat-room ataupun SMS. Perkataan cinta, sayang, dan kangen seolah begitu murah diobral meski mereka tidak pernah bertemu sama sekali. Hingga akhirnya mereka bertemu, melakukan seks, dan tidak menemukan kecocokan satu sama lain, semua kata cinta yang mereka umbar sebelumnya seolah menguap. Kalau keesokan hari Andan tidak lagi mendapat SMS sayang dari si Dia, maka jangan terlalu kaget. Semua yang ia butuhkan tidak lebih dari seks sehingga ketika dia telah mendapatkannya maka tidak perlu lagi dia mengirimkan SMS gombal seperti sebelumnya. Menyedihkan bukan?

Lebih menyedihkan lagi kalau cinta artificial dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan. Beberapa gay kadang sadar dirinya dimanfaatkan namun demikian dia memilih mengabaikan nalarnya dan mengikuti semua kemauan lelaki yang dicintainya. Kepada temannya dia kerap curhat mengenai betapa menderitanya dia mencinta orang yang hanya mencintai hartanya dan berniat meninggalkannya. Namun demikian ketika bertemu dengan sang pujaan hati, dia pun kembali melemah dan hanya meng-iya-kan ketika dia meminta ini itu.

Dan kamu tahu mengapa ini merusak? Mabuk cinta ini merusak karena akan menggerogoti kepercayaan kita pada cinta sejati, inchi demi inchi hingga akhirnya seorang gay tidak akan percaya cinta sama sekali. Di sinilah kita membutuhkan sosok yang tidak hanya dapat mengisi kekosongan jiwa tetapi juga dapat mengembalikan kepercayaan kita pada cinta. Sosok yang dapat menyelamatkan kita dari bahaya yang dapat kita timbulkan sendiri akibat tidak mempercayai cinta.

Tuesday, August 04, 2009

DAN KUCING PUN MENGEONG

Dalam dunia gay, pramuria (lelaki yang menjajakan tubuhnya kepada lelaki lain) disebut dengan istilah "kucing". Mengapa diistilahkan demikian? Sampai saat ini penulis tidak tahu persis apa yang menjadi alasannya. Mungkin karena kucing dikenal sebagai hewan peliharaan penurut yang selalu bersikap manis di hadapan tuannya. Mungkin karena kucing selalu tampak menggemaskan dengan sikapnya yang suka dimanja. Atau mungkin juga karena kucing memiliki sisi liar dibalik ke-imutan-nya. Entahlah, yang jelas kaum gay bersepaham mengenai penggunaan istilah ini.

Apa alasan mereka mengucingkan diri? Seperti juga pramuria hetero, para kucing menjajakan tubuhnya terutama karena alasan ekonomi. Tentu saja, ini dengan tidak mengesampingkan faktor ikut-ikutan, coba-coba, ataupun memenuhi hasrat petualangan yang bersangkutan. Dunia gay yang bersifat under-cover membuat peluang usaha yang satu ini terbuka lebar. Bagaimana tidak, beberapa gay yang kurang (atau bahkan tidak) bisa bergaul dengan sesamanya untuk mendapatkan free-sex menjadikan prostitusi ini sebagai solusi. Well, mereka memiliki uang dan mereka juga mempunyai kebutuhan.

Berbicara mengenai bayaran, tarif para kucing bervariasi. Mulai dari yang hanya puluhan ribu, ratusan ribu, sampai jutaan. Ini ditentukan dari kualitas (keindahan fisik terutama) dari kucing yang bersangkutan. Semakin tampan dan semakin banyak yang menginginkan, maka akan semakin tinggi pula tarif berkencan dengan sang kucing. Beberapa selentingan yang beredar di komunitas gay menyebutkan bahwa beberapa artis kita pun ada yang memliki side-job sebagai kucing. Dengan popularitas yang dimilikinya sebagai artis, tentu saja tarf kencan kucing yang satu ini bisa mencapai puluhan juga dan Jakarta tetap menjadi pilihan utama para kucing menjajakan dirinya. Ya, di Jakarta banyak sekali orang-orang kaya yang tidak segan mengeluarkan uang untuk melepaskan harsrat seksualnya dan inilah pangsa pasar para kucing.

Ada hal menarik dari jenis prostitusi dalam dunia gay. Seorang kucing akan cenderung mencari inang (orang yang bisa melimpahinya dengan kemewahan, bukan sekadar bayaran sekali kencan) dari pada dia harus menjajakan diri setiap malam. Ya, kita tidak akan menjumpai seorang kucing berkeliaran pada malam hari di jalan ataupun klub malam murahan. Jalur pemasaran jasa mereka lebih pada rekomendasi pertemanan dan ketika merasa menemukan inang seperti yang ia harapkan para kucing akan “menetap”. Istilah untuk hal ini adalah dipelihara.

Tentu saja, jangan mengharapkan loyalitas dan kesetiaan dari seorang kucing karena begitu dia mendapatkan inang yang lebih menjanjikan kemewahan maka dengan segera ia akan berpindah. Tidak hanya itu, sudah menjadi rahasia umum bahwa seorang kucing tidak akan puas hanya dengan memiliki satu orang pemelihara. Kenapa para kucing harus merahasiakan kalau dia memiliki lebih dari satu pemelihara? Ini lebih pada ego (atau kenaifan?) para pemelihara kucing tersebut. Para pemelihara tersebut biasanya menuntut ekslusifitas layanan sang kucing. Merasa dia telah mencukupi semua kebutuhan sang kucing, sang inang merasa telah memiliki kucing yang bersangkutan. Sang inang akan marah besar kalau mengetahui peliharaannya ternyata juga dipelihara orang lain.

Seorang teman yang pernah berkunjung ke rumah salah satu kucing sempat nyeletuk, “Oh, jadi ini hasil dari uang haram yang kau kumpulkan selama ini?” Dengan nada ketus, sang kucing menjawab. “Haram dari mananya? Aku kerja untuk mendapatkan semua ini kok. Diperlukan disiplin dan pengorbanan untuk membentuk tubuh ini agar senantiasa enak dipandang. Dibutuhkan keahlian khsusus yang diperoleh tidak dengan waktu singkat untuk mengetahui cara memuaskan pelanggan di atas ranjang. Dan kita harus menguasai teknik komunikasi yang baik agar klien tidak berpindah ke kucing lain.” Sambungnya lagi, “Haram itu kalau uang yang kita dapatkan dari hasil mencuri. Dosa itu kalau kita menyakiti atau bahkan melakukan tindakan penghilangan nyawa orang. Toh yang aku lakukan selama ini adalah menyenangkan kedua belah pihak, bukan?” Ah, dengar siapa yang bicara.

Monday, August 03, 2009

LICENSE TO FUCK

Anda tentu pernah mendapatkan teman kencan yang tidak tahu apa yang harus ia lakukan di atas tempat tidur. Ajakan bercinta sudah secara gamblang Anda utarakan tapi tetap saja sang partner kencan tidak merespon sesuai yang Anda harapkan. Anda pun kemudian berinisiatif melakukan first move. Apa yang terjadi kemudian? Sang pasangan kencan menikmati service yang Anda berikan namun ketika dia Anda minta untuk memberikan service imbalan, kembali dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Didorong rasa penasaran, Anda pun bertanya kenapa yang dijawabnya dengan kalimat singkat bahwa dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Ah, ternyata dia homo pemula ternyata.

Sebagian gay mungkin tersanjung ketika harus memberikan pengalaman pertama pada teman kencannya. “Bagus, gue dapat perjaka.”, katanya. Bagaimana tidak, pengalaman seks pertama seorang gay akan senantiasa dikenang sepanjang hidup, terlepas dari baik atau buruknya kenangan tersebut. Karena masih amatiran, gay pemula belum bisa membedakan anatara cinta dan birahi. Karenanya, ia akan menganggap penyerakan keperjakaannya sebagai kata jadian. Siapa yang tidak mau mendapatkan pacar perjaka dan belum menjadi sisa lelaki lain?

Namun demikian, tidak semua gay senang mendapatkan teman kencan amatiran. Mereka lebih suka mendapatkan teman kencan yang sudah berpengalaman sehingga tahu apa yang harus dilakukannya di tempat tidur. Kesibukannya di dunia kerja membuatnya tidak memiliki cukup waktu kalau harus memberikan pelajaran seks kepada gay pemula. Lagi pula, ketika seorang gay mengaku perjaka, belum tentu hal tersebut benar adanya. Rumusnya mudah, ketika mulut seorang lelaki sudah kemasukan penis lelaki lain, apa lagi yang bisa dipegang dari ucapan yang keluar dari mulut tersebut? Bisa saja pengakuan tersebut sekadar akal-alakan karena yang bersangkutan hanya mau di-service dan ia enggan memberi service balasan.

Terlepas dari siapa yang benar dan siapa yang salah dalam kasus tersebut di atas, sepertinya sudah saatnya gay junior dibekali pengetahuan menganai bagaimana bercinta yang baik dan benar. Komunitas gay nampaknya membutuhkan sebuah lembaga khusus yang memberikan pengajaran serta mengeluarkan legalitas bahwa gay yang bersangkutan sudah layak ML.

License to Fuck, sebut saja demikian kartu yang menerangkan bahwa pemegang sertifikat tersebut sudah bisa menjalankan standar operasi ML dalam dunia gay. Ketika sang junior adalah seorang bottom maka dia harus sudah tahu bagaimana cara membersihkan lubang anusnya agar ketika terjadi penetrasi tidak terdapat sisa kotoran yang menempel. Selain itu, bottom pemula pemegang kartu ini harus sudah tahu pula bagaimana memainkan lidah ketika french-kiss ataupun memberikan oral seks. Pengetahun mengenai gerakan seks pun harus sudah dikuasai, minimal lima posisi.

Ketika sang juniar adalah seorang top, maka dia harus sudah tahu cara menghisap puting pasangannya dengan baik dan benar. Ukuran penis bagi seorang top adalah hal mutlak. Karenanya, top junior pemegang kartu lisensi ini harus memiliki ukuran penis lebih besar dari teman kancannya atau kalaupun sama atau bahkan lebih kecil, maka ia harus menguasai teknik memainkannya dengan maksimal. Penguasaan gerakan ML pun menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki, minimal 5 posisi. Khusus untuk para top pemula, dia harus memiliki kemampuan mengenadalikan ejakulasi dengan baik sehingga ketika mendapatkan teman kencan yang ingin berlama-lama dipenetrasi, maka ia dapa memenuhinya.

Jadi, saran bagi para gay pemula, kalian harus sudah mengantongi License-to-Fuck-Card sebelum berani mengajak kencan seorang gay senior. Jangan lupa untuk selalu membawa kartu tersebut apan pun dan dimana pun untuk berjaga-jaga kalau suatu saat teman kencanmu menanyakan kapabilitasmu sebagai gay pemula. Ketika ditanya seperti itu, Anda tinggal menunjukkan kartu tersebut dan kencan hari itu akan berakhir menyenangkan bagi kalian berdua. Selamat!

Sunday, August 02, 2009

LIFE ON THE DANCE FLOOR

Salah satu ritual wajib kaum gay yang harus dilakukan paling tidak satu bulan satu kali adalah clubbing. Bukan sekadar untuk bersenang-senang dalam hingar dentuman musik serta warna-warni lampu sorot aneka warna, ritual yang satu ini juga dimaksudkan untuk menunjukkan eksistensi. Semakin sering clubbing serta semakin semakin luas jejaring pertemanan yang ia rajut di lantai dansa, maka akan semakin dianggap keberadaan seorang gay dalam komunitasnya.

Lebih dari itu, ada beberapa filosofi lantai dansa yang dirasa pas dengan kehidupan homoseksual kaum gay. Berikut beberapa filosofi lantai dansa di mata gay.

“Be yourself, no matter what”
Satu-satunya tempat di Indonesia yang memungkinkan seorang gay tampil menjadi diri sendiri tanpa takut pandangan sinis orang lain adalah di lantai dansa. Mereka bisa tampil sengondek mungkin kalau mau. Mereka bisa berbahasa banci sebanyak yang mereka inginkan. Dan mereka bisa bebas cuci mata memelototi lelaki tampan sepuas-puasnya. Bagaimana dengan komunitas clubbing yang bukan homoseksual? Bukan hanya permisif, mereka kadang membuka komunikasi dan menjalin pertemanan dengan kaum gay di tempat clubbing. Apakah para wanita itu tidak merasa tersaingi dengan keberadaan kaum gay? Well, kalau bisa berburu lelaki secara bersama-sama, mengapa harus bersaing? Ini semua tergantung dari siapa yang sedang beruntung saja.

“Not that hard to say an apology”
Ketika sedang berdansa, bukan tidak mungkin tangan kita menyenggol tangan orang lain, bahu kita menyeruduk bahu lain, dan kaki kita menginjak kaki orang lain. Refleks kita pun berkata maaf yang dibalas dengan senyuman dan anggukan orang yang kita senggol, seruduk, ataupun injak. Ya, meminta dan memberi maaf di lantai dansa terlihat begitu mudah mengingat tiap-tiap orang memiliki keyakinan sama bahwa insiden tersebut bukanlah sesuatu yang disengaja. Toh, satu saat kaki kita terinjak dan di saat lain kaki kita yang tanpa senagaja menginjak kaki orang lain. Don’t take it personal.

“Life’s too short to spend in the corner”
Hampir semua gay, ketika berada di lantai dansa ia ingin berada di tengah. Bahkan kalau bisa, seorang gay berharap agar lampu dansa semua mengarah padanya sehingga dia lah yang menjadi pusat perhatian malam itu. Unjuk kabisa gerakan dansa termutakhir pun segera digelar untuk membuat decak kagum orang-orang di sekitarnya. Begitulah gay. Di lantai dansa, Anda tidak akan menemui seorang gay hanya termenung di sudut gelap karena ia tahu pukul 04.30 dini hari tepat saat tempat clubbing tersebut tutup akan segera. Di lantai dansa, waktu akan terasa cepat berlalu karenanya kita tidak bisa melewatkan satu detikpun tersia-sia.

“Friends are your life-saver”
Hidden agenda dalam setiap aktivitas clubbing kaum gay adalah mencari pasangan baik untuk dansa or even more, if you know what I mean. Namun demikian, tidak semua laki-laki yang mendekati kita berdansa selalu sesuai dengan selera. Terkadang kita didekati lelaki yang meski sudah kita tolak dengan bahasa tubuh, dia tetap saja berusaha menjadi pasangan dansa kita. Pada saat seperti ini, apa yang harus dilakukan seorang gay? Ia akan mengirimkan sinyal permintaan bantuan pada temannya dan seorang teman yang baik harus cepat tanggap dengan mengambil peran pasangan dansa orang yang tidak kita harapkan tersebut.

“It’s ok to kiss a gay in public”
Kalau melakukan seks di depan publik dikatagorikan kelaianan seksual yang biasa kita sebut eksibisionis, maka tidak demikian halnya berciuman. Jujur, ketika dua orang gay merasakan indahnya cinta, mereka ingin sekali menunjukkan kemesraan kepada dunia. Di belahan dunia barat, pasangan gay dapat menunjukkan kemesraan (misal berciuman) di depan public merupakan hal lumrah yang sudah biasa dilakukan. Don’t event think about it in Indonesia. You know, Indonesia bla, bla, bla… Satu-satunya tempat Anda bisa melakukannya adalah di tempat clubbing. Sekadar berpelukan atau berciuman tentu diperbolehkan karena di lanta dansa tidak ada orang yang merasa suci yang karenanya merasa bertanggung jawab untuk melarang hal tersebut.

Saturday, August 01, 2009

LOVE AT THE FIRST FUCK

Jangan bicara cinta pada pandangan pertama. Jangan pula berkata tentang rasa suka yang berawal dari mata kemudian turun ke hati. Omong kosong apa pula yang mengatakan bahwa cara memikat hati lelaki adalah melalui perutnya dengan memasak hidangan kesukaannya. Its so five minutes ago. Faktanya, untuk memenangkan hati seorang lelaki (terlebih gay) adalah dengan memuaskan birahinya. Karenanya, mari berbicara tentang cinta pada ML pertama.

Apa yang menjadi pertimbangan seorang gay untuk berkata “Ya.” ketika mendapat pernyataan cinta? Hal pertama yang menjadi bahan pertimbangan mungkin adalah fisik dan disusul oleh personaliti si empunya pernyataan. That’s all? Tentu saja tidak. Faktor lain yang tidak kalah penting menjadi bahan pertimbangan adalah kepiawaian yang bersangkutan di atas ranjang.

Belakangan ini, penulis kerap menadapatkan pernyataan cinta via SMS dari seorang pria yang baru dikenalnya di chat-room. Dalam hati, penulis menyimpan tanda tanya besar, “Bagaimana bisa orang yang belum bertemu sama sekali merasa yakin ingin menjalin cinta?” Penulis tidak habis pikir, bagaimana jika ketika bertemu ternyata berdua (atau salah satunya) merasa tidak cocok satu sama lain. Apakah ketika tidak berkenan, cinta yang sudah kadung dinyatakan dapat diabaikan begitu saja?

Ya, bicara cinta dalam dunia homo kadang lebih rumit dari percintaan hetero. Kalau pecinta hetero kadang rela menerima pasangan apa adanya demi cinta, maka tidak demikian halnya dengan homo. Cinta seorang lelaki homo menuntut kesempurnaan, mulai dari keindahan fisik, kecocokkan kepribadian, serta (seperti sudah dinyatakan tadi) kepuasan seks yang diberikan pasangannya. Meski memang, kesempurnaan tersebut tidak menghalangi seorang gay berselingkuh dari pasangannya, tapi tetap saja mereka akan mencari yang terbaik.

Dalam skala 1 sampai 10 dimana angka satu menujukkan poin terendah dan 10 adalah poin terkecil, pengertian terbaik di sini tentu saja tidak harus mencapai angka 10. Jumlah dari ketiga faktor (fisik, kepribadian, dan seks) bisa berkisar antara 7 sampai dengan 9. Beberapa gay mungkin memementingkan fakor fisik dibandingkan dua faktor lainnya. Sementara gay yang lain lebih mementingkan inner beauty atau pun faktor seks. Namun tetap, akumulasi dari ketiga faktor tersebut harus di atas angka 6.

Lalu, manakah di antara ketiga faktor tersebut yang paling dominan menjadi bahan pertimbangan seorang gay dalam menerima pernyataan cinta? Well, keindahan fisik maupun kekayaan kepribadian merupakan sesuatu yang dipandang relatif di mata seorang gay. Bisa jadi seorang gay dipandang tampan oleh seorang gay namun dinilai kurang menarik di mata gay lain. Demikian pula halnya dengan kecocokan kepribadian. Berbeda halnya dengan ketrampilan seorang gay di atas ranjang. Ketika seorang gay setuju bahwa gay X hebat di atas ranjang, maka sudah hampir dapat dipastikan bahwa gay lain akan menyetetujui hal tersebut. Jadi, penilaian kehebatan seorang gay di ranjang merupakan sesuat yang absolut dan karenanya akan mandapatkan porsi penilaian terbesar dalam mentukan jawaban “Ya.” atau “Tidak.” ketika seorang gay diajak jadian.

Pathetic? Not really. That’s what we call it realistic.

Sunday, July 26, 2009

PUBLIC PROPERTIES

Public properties atau barang keperluan untuk masyarakat umum dapat berupa telepon, rambu lalu lintas, tempat sampah, bangku dan lampu taman kota, serta moda transportasi. Semua fasilitas tersebut memang disediakan oleh pemerintah untuk melayani keperluan umum. Siapa saja berhak memanfaatkan dengan gratis atau kalaupun harus mengeluarkan uang, masyarakat membayar dengan harga murah untuk untuk menikmati fasilitas tersebut. Ya, namanya juga fasilitas umum.

Dalam kehidupan seksual kaum gay, kita juga mengenal istilah "Public Properties", dalam bentuknya yang berbeda tentu saja. Setiap gay berhak mengaksesnya dengan mudah tanpa harus mengeluarkan sejumlah uang. Bukan hanya itu, si empunya properti publik ini merasa bertanggung jawab atas kepuasan masyarakat (well, I mean gay) umum yang menggunakan pelayanannya. Karenanya, dia akan merasa senang apabila banyak orang memanfaatkan fasilitas yang ia sediakan. Lantas, apakah Gay's Public Properties tersebut?

Pernahkah kamu menemui seorang gay yang tidak canggung melakukan seks dengan siapa saja? Ritual chatting untuk mendapatkan kencan ia lakukan hampir tiap hari. Tidak ada kriteria khusus mengenai laki-laki yang bisa tidur dengannya, siapapun. Tidak heran sex-record-nya mencakup hampir semua laki-laki yang ada di kota domisilinya. Komitmennya dengan seorang pacar tidak menghalanginya untuk melakukan seks dengah banyak orang terlebih lagi ketika ia berstatus jomblo. Inilah kemudian yang dinamakan properti publik. Jika dia seorang bottom, maka kita akan menyebut bokongnya sebagai "Bokong Umum" dan jika ia seorang top, maka kita akan menyebut penisnya sebagai "Penis Umum".

Apakah ini pujian atau hinaan? Well, selalu ada dua sisi dalam sekeping mata uang. Gelar sebagai public properties bisa bermakna pujian untuk menunjukkan eksistensinya dalam pergaulan gay. Siapa sih yang tidak kenal gay X dengan jaringan seksya yang luas serta jam terbang seks yang yang sudah sangat tinggi. Ini akan membuatnya terlihat sebagai the living legend yang karenanya semua gay akan terobsesi untuk bisa menidurinya. Ingat, kemahiran seks seseorang sangat tergantung dari pengalaman seks yang ia miliki. Semakin banyak ia melakukannya, maka akan semakin hebat dia dalam urusan seks. Gay mana yang tidak terobesi nge-seks dengan orang yang mumpuni dalam hal ini? Satu lagi, bila sang properti publik ini adalah seorang top dan memiliki ukuran penis ektra-large, bukankah sudah seharunya kalah lebih banyak gay yang bisa menikmati "Penis Umum" ini?

Namun demikian, gelar ini bisa juga bermaka hinaan manakala ia diterjemahkan sebagai lelaki murahan yang kerap begonta-ganti partner seks tanpa pilih-pilir orang. Adalah sah bergonta-ganti pasangan dalam dunia gay. Akan tetapi beberapa gay tidak bisa menerima kenyataan ada seorang gay yang melakukan seks dengan banyak orang. Terlebih ketika yang bersangkutan terikat komitmen dengan seseorang. Bukankah rumus dasar pacaran (tidak peduli ia homo ataupun hetero) adalah harus saling setia? Sudah selayaknya ketika pacaran, hati dan alat kelami seorang gay hanya menjadi milik pacarnya seorang, bukan?

Terlepas dari polemik tersebut, tidakkah konsep properti publik ini menarik? Ketika horny, kita cukup menelpon atau mengirim SMS sang "Bokong Umum" atau "Penis Umum" untuk mengatur janji melakukan seks dengannya. Tidak harus membayar ataupun terlibat dengan tetek bengek roman picisan. Just sex and that's all. Setelahnya, ketika bertemu di suatu tempat, kita bisa berpura-pura tidak saling kenal and that's ok. Siapa yang tidak mau?