Monday, June 29, 2009

8 LAKI-LAKI YANG TIDAK BOLEH DITIDURI

Dalam Islam, kita mengenal konsep muhrim yang berarti orang-orang yang masih bertalian darah dan karenanya tidak boleh dinikahi. Tanpa bermaksud menyamakan, penulis ingin meyampaikan bahwa konsep serupa (meski tidak persis sama) ada dalam dunia gay, hanya saja pertalian darah yang dimaksud di sini adalah pertemanan dan pernikahan yang dimaksud di sini adalah berhubungan seks. Berikut daftar ketujuh laki-laki tersebut beserta alasan mengapa mereka tidak boleh ditiduri.

Laki-Laki Lain Selain Pacar
Tentu saja, ketika kita mengikatkan diri dalam komitmen pacaran, kita harus setia pada pacar kita tersebut dengan tidak berselingkuh atau tidur dengan lelaki lain. Ini adalah rumus umum yang berlaku dalam setiap relationship, both hetero and homo. Memang, kesetiaan seperti ini dinilai langka dalam hubungan homoseksual. Seorang oknum peselingkuh berargumen, "Bedakan antara cinta dan seks. Yang saya lakukan tidak lebih dari sekadar seks tanpa ada rasa (cinta, red) karena cinta saya hanya diberikan kepada pacar. Menurutku itu bukan perselingkuhan. Toh selama hal itu dilakukan dengah hati-hati tanpa sepengetahuan pacar dan kita selalu mendahulukan kepentingan pacar, semua akan baik-baik saja. What's the problem?" Ah, mungkin dia lupa bahwa inti dari relationship adalah saling percaya dan menjaga perasaan satu sama lain. Bayangkan, apa yang akan terjadi kalau sang pacar mengetahui perselingkuhan-yang-menurutnya-bukan-berselingkuna tersebut? Bayangkan juga kalau sang pacar melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya? Tidakkah mereka akan sama-sama terluka dan tidak rela? Kalau memang tidak bisa setia dan masih ingin ML sana-sini, tidak usahlah mengingatkan diri dalam sebuah komitmen.

Teman Satu Gang
Kepada siapa kamu berkeluh kesah tentang permasalahan khas gay yang kamu hadapi? Siapa yang akan kamu jadikan sandaran ketika ada problem homoseksual yang tidak bisa kamu utarakan pada orang straight, bahkan keluarga sekalipun? Tentu saja kepada temang satu gang. Dalam hal ini, peran teman satu gang ini tak ubahnya saudara senasib sepenanggungan. Segala permasalahan (baik ringan ataupun berat, baik penting ataupun sepele, baik mengharukan ataupun yang membuat tertawa terpingkal-pingkal), senantiasa kita bagi dengan teman satu gang. Kalau sudah begini, masihkan ada tersisa ketertarikan seksual? Membayangkannya pun tidak. Tentu saja, teman satu gang yang dimaksud di sini adalah teman yang sudah benar-benar dekat, baik secara personal maupun emotional. Karenanya, tidak menutup kemungkinan terjalinnya tapi percintaan yang berawal dari pertemanan. Tentu saja, teman yang dimaksud di sini adalah teman yang hanya bertemu sesekali atau yang secara intens berbagi segala hal. Maka dari itu, ada semacam peraturan tidak tertulis dalam dunia gay yang menyatakan bahwa ketika kamu mengenal seseorang dan menginginkannya secara seksual, maka lakukanlah sekarang sebelum kalian saling mengenal lebih dekat. Dari sini, siapa tahu akan terjalin tali percintaan bukan?

Kerabat Teman Satu Geng
Termasuk di dalamnya adalah ayah, kakak laki-laki, dan adik laki-laki. Faktanya, seorang gay akan berkata, "Biarlah di keluarga ini cukup hanya aku yang menjadi gay." Karenanya, dia akan sangat marah besar kalah adik atau kakak laki-lakinya kita taksir atau godain. Kalau hal tersebut sampai terjadi, jiwa laki-laki (baca: kehendak untuk melindungi) -nya akan keluar. Kamu tidak ingin kan melihat sisi laki-laki teman gay-mu yang menyeramkan itu?

Pacar Atau Orang Yang Sedang PeDeKaTe kepada Teman Satu Gang
Dalam beberapa kasus, hal ini kerap menjadi pemicu retaknya hubungan pertemanan satu gang gay. Entah karena masing-masing tidak mau jujur atau karena tidak bisa bersikap sportif, orang ketika yang ditaksir oleh dua orang dalam satu gang dapat membuat friksi dalam pertemanan tersebut. Sebagian memilih pertemanan dan mem-banned laki-laki bersangkutan dalam gangnya, dan sebagaian ada yang memilih melanjutkan percik asmara yang sudah kadung menyala meski dengan mengorbankan pertemanan.

Laki-Laki Yang Masuk Dalam Daftar Hitam Teman Satu Gang
Bisa karena laki-laki tersbut pernah menyakiti teman satu gang kita ataupun karena teman satu gang kita mengetahui fakta buruk mengenai laki-laki tersebut. Kecuali kalau memang di awal telah dilakukan perjanjian balas dendam atau semacamnya. Misal teman satu gang kita pernah ditiduri dengan cara dirayu akan dijadikan pacar dan ketika keesokan harinya tidak ada kabar berita dan sang teman meminta kita membalaskan dendamnya dengan menyuruh kita melakukan hal serupa kepadanya, maka hal tersebut dimaklumi.

Suami Teman Wanita
Gay is the second woman's best friend after diamond. Sebagian perempuan malah terkadang lebih senang curhat kepada pria gay dibanding kepada sesama teman waitanya. Alasannya, gay dapat memberikan sudut pandang rasional yang memang kurang dikuasai kaum perempuan yang lebih cenderung emosional. Kalau sudah begini, masihkan kita menginginkan (secara seksual) sauminya yang memang tergolong pria tampan? Pikirkan berulang kali. Sisi emosional perempuan akan membuatnya bisa berbuat apa saja ketika ia merasa dikhianati.

Mantan Pacarnya Pacar Kita Atau Mantan pacarnya Mantan Pacar Kita
Memang tidak ada larangan tegas mengenai hal ini. Tapi kalau hal ini sampai terjadi, apalagi yang ada di kepala pacar atau mantan pacar kita selain, "Lihat, sampah kok makan sampah." Karena itulah, hal ini teramat sangat jarang terjadi. Beberapa gay justru berteman dekat dengan mantan pacarnya pacar atau mantan pacarnya mantan pacar.

Mantan Yang Bertekad Menjalani Kehidupan Sebagai Lelaki Straight
Kepada mantan yang berpisah secara baik-baik, kita berhak memberinya bonus night. Ya, apalagi kalau bukan seks satu malam yang hanya bertujuan untuk mengingat masa lalu. Namun demikian, hal ini tidak bisa kita berikan kepada mantan yang memang mau menjadi straight dan terpaksa memutuskan kita. Meski rasa cinta dan rindu tergambar jelas di kedua belah pihak dalam setiap pertemuan, akan tetapi kita harus menghormati keputusannya dengan tidak membiarkannya alpha. Ini bukan tentang keinginan masing-masing lagi. Ini semua tentang memegang prinsip dan membantu sang mantan menegakkan prinsip yang dijalaninya tersebut.

Sunday, June 28, 2009

GREAT SEX

Ini pertanyaan untuk kaum heteroseksual. Pernahkah Anda bertanya, "Mengapa gay kerap bergonta-ganti pasangan seks?" Jawabannya tidak lain adalah "Just to find the great sex." Mungkin ini adalah konsep yang sangat sulit dipahami oleh kaum heteroseksual mengingat sebagian besar dari meraka menerima seks apa adanya dari suami atau istri yang dinikahinya. Satu kalipun mereka tidak memiliki kesempatan untuk membandingkan kenikmatan seks dengan lebih dari satu orang. Lebi parah lagi, mereka bahkan tidak tahu seperti apa great sex itu. Sebauh fakta klinis menyebutkan, beberapa wanita malah tidak pernah merasakan orgasme dari hubungan seks yang dilakukan dengan suaminya. Shocking, huh?

Just to find the great sex, that's all. Ketika seorang gay berhubungan seks dari satu laki-laki ke laki-laki lain, ini bukan dikarenakan dia jalang atau semacamnya. Sebut saja ini adalah sebuah pencarian dalam hidup seperti halnya kaum materialistis yang mengabdikan hidupnya untuk mengumpulhan harta benda atau para ilmuwan yang terobesesi mengungkap semua tabir ilmu pengetahuan di jagat raya ini.

Lantas, seks seperti apa yang dapat dikatakan sebagai "The Great Sex" sehingga kaum gay membutuhkan banyak sekali pasangan seks untuk menemukannya? Dalam dunia gay (tanpa menutup kemungkinan kaum hetero juga meng-amin-i-nya), paling tidak ada tujuh kriteria yang harus dipenuhi agar sebuah seks dapat mencapai lavel "Great".

Chemistry
Ini akan mempengaruhi penilaian keseluruhan kriteria. Ini pulalah yang kemudian akan membuat penilaian "The Great Sex" tidak lagi berimbang. Mungkin saja partner seks yang bersangkutan kurang menguasai teknik bercinta, tapi karena rasa suka sudah mendominasi maka yang bersangkutan akan menyebutkan bahwa seks yang dilakukannya tadi malam tergolong memuaskan. Chemistry ini akan semakin mendominasi manakala diterapkan pada konsep realationship. Siapa sih yang mau blak-balkkan mengatakan, "Ah, pacar gue payah di ranjang." Hampir dapat dipastikan tidak ada. Sebenarnya kalau mau jujur, kita akan menemukan beberapa kekurangan yang ada di diri pacar kita berkenaan dengan seks. Entah ukuran alat kelaminnya yang tidak terlalu besar ataupun daya tahan bercintanya yang tidak terlalu lama. Tapi semua itu termaafkan karena kita mencintainya.

Kissing
Dalam dinamika seks bebas kaum gay, tidak semua aktivitas seks melibatkan ritual yang satu ini. Padahal, kissing merupakan simbol kenyamanan, kepercayaan, dan serta koneksitas emosi yang mendalam. Terdengan konyol memang ketika seorang gay tidak mau berciuman dengan partner seksnya dikarenakan "jijik" harus bertukar air liur sementara pada saat hampir bersamaan bagian tubuh yang lain asyik-masyuk dan dia menikmatinya. Namun demikian, kita tidak bisa memaksakan berciuman pada partner yang memang tidak mau melakukannya.

Partner Berimbang
Adalah pasangan seks yang tahu apa yang harus ia lakukan di ranjang. Karenanya, kita tidak lagi harus menuntunnya melakukan ini dan itu. Hal ini tidak akan kita dapatkan dari partner seks pemula yang masih harus banyak belajar. Beberapa gay malah terang-terangan menolak berhubungan seks dengan para pemula dengan alasan dia tidak memiliki waktu untuk memberikan pelajaran seks. "Belajarlah dulu, nanti kalau sudah mahir baru undang aku.", demikian pesannya kepada sang pemula. Selain itu, partner seks yang baik adalah yang tidak egois. Sering kali beberapa partner seks hanya ingin dipuaskan tanpa ada itikad baik untuk memuaskan balik pasangan seksnya.

Penguasaan Teknik Bercinta
Ini memang memerlukan jam terbang bercinta yang tinggi mengingat tidak ada satu lembaga pendidikan pun yang mengajarkannya. Singkatnya, ini adalah proses learning by doing. Setiap orang memiliki gaya favorit. Penguasaan berbagai macam gaya bercinta akan lebih mengakomodir keinginan pasangan seks dengan berbagai gaya kesukaan masing-masing.

Ukuran Alat Kelamin
Yang mengatakan bahwa ukuran tidak begitu penting adalah orang munafik. Bagaimanapun juga, ukuran alat kelamin menentukan kenikmatan seksul (bagi para bottom tentu saja). Sudah menjadi rahasia umum kalau satu orang bottom mendapatkan partner seks yang memiliki ukuran alat kelamin di atas rata-rata maka sudah hampir dapat dipastikan ia akan merekomendasikannya kepada teman-temannya sesama bottom. Tujuannya tidak lain adalah untuk membuktikan seberapa hebatkah ia menjadi bottom dengan dapat atau tidaknya meng-handle sang Mister Big.

Durasi
Rata-rata, durasi normal penetrasi (bukan termasuk foreplay) adalah 20 sampai dengan 30 menit. Bagi mereka yang dapat tetap "On" lebih dari itu, jangan dulu berbgangga diri sebagai pejantan tangguh. Menurut seksolog, hal tersebut dapat menjadi indikator ketidaknormalan yang bisa jadi diakibatkan oleh penyumbatan pembuluh darah. Selain itu, sehebat apapun seorang bottom, dia akan merasa kesakitan, linu, atau ngilu kalau tetap dipenetrasi lebih dari 30 menit apalagi kalau dia ejakulasi terlebih dahulu.

Afterplay
Dalam berhubungan seks, foreplay adalah sesuatu yang jarang sekali dilewatkan. Bagaimana tidak, foreplay adalah gerbang pembuka untuk melangkah ke step bercinta selanjutnya. Berbeda halnya dengan afterplay. Kebanyakan gay (apalagi yang bercinta dengan pasangan one nite stand), melewatkan hal ini meski penting dan tetap menjadi indikator "The Great Seks".

Ketika bercinta, seorang gay akan memberikan pembobotan tentang kualitas seks yang dilakukannya. Ketika tidak semua point tersebut di atas terpenuhi, maka ia hanya akan memberikan bobot setengah atau bahkan seperempat. Namun ketika semua kriteria tersebut terpenuhi, maka ia akan memberikan bobot satu atau bahkan lebih ketika kepuasan bercintanya melebihi yang ia harapkan. Jadi pada keesokan hari, seorang gay akan bercerita kepada temannya seperti ini. "Ah, ML gue semalem cuman diitung setengah.", dengan ekspresi tidak puas atau "Yups, tadi malem gue ML dan dihitung satu.", dengan ekspresi ceria atau "You know what? ML gue semalem dihitung 3, if you know what I mean...", dengan ekspresi berbinar yang diikuti mentraktir teman-temannya sebagai bentuk syukur dan berbagi kebahagiaan.

Saturday, June 27, 2009

MANLY

Pada satu kesempatan, kamu pasti pernah ditanya oleh teman chatting, "Kamu nggak sissy, kan?" demi memastikan orang yang akan diajaknya kencan tidak membuatnya il-feel. Sambil tersenyum sinis, kamu pun menjawab dengan singkat pertanyaan tersebut dengan, "Nope!". Di kesempatan yang lain, salah seorang temanmu merasa terganggu dengan perilaku be-your-self-mu ketika berkunjung ke rumahnya dan bertemu dengan orang tuanya sehingga dia pun berpesan, "Jaim dunk." Dengan mata melotot kamu pun menjawab, "Ya, ya, ya!" Di kesempatan yang lain lagi, pacarmu pernah memberi ultimatum "Jangan ngondek!" ketika kalian jalan berdua di muka umum. Meski dongkol karena merasa dikekang, kamu pun menimpali ultimatum tersebut dengan "Siap Bos!"

Kaum gay (meski tidak semua seperti itu), mau tidak mau tidak bisa dilepaskan dari stigma ngondek, sissy, serta berpenampilan lady-like. Ketika melihat seorang laki-laki berjalan dengan gemulainya dan ketika tersandung atau benda yang semula dipegang di tangannya terjatuh lantas ia pun spontan latah, umum akan langsung berkesimpulan bahwa ia adalah gay. Tentu saja, ini adalah sebuah sudut pandang yang kurang benar kalau disebut salah terlalu berlebihan mengingat yang berpenampilan "Laki banget" juga tidak bisa lepas dari kecurigaan apakah dia gay atau tidak.

Sebenarnya, mudah saja bagi seorang gay untuk berpenampilan manly. Dia hanya cukup mengurangi penggunaan kata "Fabulous" yang diikuti gerakan tangan tertentu ketika ia mengapresiasi sesuatu, menghilangkan histeria berlebihan, menyedikitkan berbicara tersenyum binal, mengenakan out-fit (misal jaket gombrong) atau memilih hair-cut (misal potongan cepak) yang laki banget, serta tidak berada dalam satu komunitas ngondeknya. And voila! Sang gay sissy pun tampil manly layaknya lelaki kebanyakan.

Namun demikian, ada satu hal yang perlu dicatat. Larangan ngondek adalah sebuah siksaan paling kejam bagi seorang gay. Ini sama seperti hukuman dengan cara mencabuti satu per satu kuku kaki dan tangan, sengatan listrik bertegangan tinggi, hukum gantung di depan umum, ataupun hukum cambuk hingga ratusan kali. Terdengar berlebihan? Well, what can I say. Homo memang selalu demikian.

Friday, June 26, 2009

LEFT UNSAID

"In the perfect world, we have to say everything we knew and so other people knew it too. Sadly, we live in the real (not perfect one) world. There're so many thing we knew and we have to keep it to our self."

Setiap kali mendengar pemberitaan artis yang diduga penyuka sesama jenis, perasaan penulis bercampur aduk antara lega karena praduganya ternyata benar, geram karena sang pembawa acara menimpali berita tersebut dengan raut muka nyinyir, serta sebal karena sang artis mati-matian membela diri dari segala tuduhan tersebut.

Begini beritanya.

Seorang pedangdut pendatang baru yang tengah melejit namanya, akhir-akhir ini diberitakan sebagai penyuka sesama jenis. Wajahnya yang imut (meski ditumbuhi jambang), suaranya yang merdu (tidak garang seperti lelaki kebanyakan), pembawaannya yang kalem, serta kegemarannya menyaksikan pertunjukan "Princess On Ice" menjadi semacam indikasi yang menguatkan pemberitaan tersebut. Apa kemudian yang dikatakan sang bintang manakala dimintai klarifikasi? "Ah, itu resiko menjadi seorang publik figur.", demikian jawabnya singkat.

Seorang artis sinetron yang kadang juga didaulat melantunkan lagu dangdut, ikut terseret kasus penggelapan dana. Tidak hanya itu, sang artis digosipkan mempunyai hubungan "dekat" dengan sang penggelap dana. Hal ini diketahui melalui sepucuk surat dan puluhan SMS mesra mereka berdua yang dibeberkan kepada media. Konon, dana yang digelapkan masuk pula ke rekening sang artis sehingga yang bersangkutan pun ikut dijadikan saksi dalam persidangan. Ketika ditanya apa hubungan dengan sang penggelap dana, sang artis berkata bahwa hubungan mereka sekadar relasi kerja. Namun apa mau dikata, gosip sudah terlanjur menyebar dan karenanya tawaran job bagi sang artis menjadi turun. Mangkel dengan ulah media, sang artis melakukan aksi boikot media yang belakangan ia sesali karena ia tidak bisa hidup tanpa pemberitaan media. Untuk menepis kabar miring tentang dirinya, sang artis pun kemudian muncul di media dengan menggandeng seorang wanita yang diakui sebagai pacarnya. Ketika ditanya mengapa baru sekarang dikenalkan, sang artis berkata bahwa sang pacar tengah sibuk mondar-mandir ke luar negeri dalam rangka kerja. Ketika ditanya keseriusannya (melanjurkan hubungan ke janjang pernikahan, red), sang artis tersenyum ramah sambil berkata do'akan saja.

Beberapa lembar foto mesra dua artis pria menghebohkan media. Dalam foto tersebut, keduanya tengah asik berpelukan, bahkan berciuman. Tidak hanya keduanya dikabarkan sebagai lelaki homoseksual tapi juga media mansinyalir keduanya telah menikah di Belanda. Ketika di tanya kepada yang bersangkutan, bakat acting keduanya berperan sangat besar. Dengan santai, secara terpisah, keduanya berkata bahwa itu bukan foto mereka. "Itu pasti hasil rekayasa orang yang gak ada kerja. Buat apa juga kita meriburkannya."

Selanjutnya apa? Bukti apa lagi yang harus dimunculkan untuk membuat para pemburu berita puas dengan praduga tak bersalahnya yang dengan demikian akan membuat sang artis tidak bisa berkutik lagi dan akhirnya mengakui dirinya gay? Apakah diperlukan hadirnya video yang berisi adegan ranjang salah seorang artis sinetron dengan pelaku kriminal yang dituduh sebagai jagal? Sebenarnya, tanpa penyataan "Ya." yang keluar dari mulut artis yang bersangkutan, kita sudah dapat menyimpulkan kebenaran berita tersebut.

Well, maybe things better left unsaid. Not because it's not true but abvious.

Thursday, June 25, 2009

MERDEKA

Dalam terminologi gay, kata "merdeka" diartikan sebagai penyataan diri tentang preferensi (homo) seksual kepada masyarakat umum. Istilah Inggrisnya coming-out. Memakai kata merdeka mungkin dikarenakan menyimpan rahasia sebagai seorang gay dinilai sebagai sebuah "penjajahan". Ya, kaum homo "terjajah" oleh pendapat hetero yang mengharuskan dia mencintai atau melakukan seks dengan lawan jenis. Pernahkah terlintas dalam benak kaum hetero itu betapa tersiksanya hidup dalam kebohongan? Karenanya, kata "merdeka" dipandang tepat sebagai simbol pembebasan diri, lepas dari kebohongan dan keterkungkungan.

Kalau kaum homo ditanya "Apakah Anda ingin merdeka?", maka sebagian besar jawabannya adalah "Ya." Akan tetapi kalau mereka ditanya "Mengapa Anda tidak segera memerdekakan diri?", maka jawabannya akan beragam. Ada yang beranggapan bahwa hal tersebut tidak perlu mengingat kita tinggal di dunia timur yang masih sangat menabukan homoseksualitas. Ada yang beralasan untuk apa menambah masalah sementara yang ada saja belum bisa kita selesaikan. Dan ada pula yang berpendapat bahwa selama tidak tertangkap basah (misal: orang tua melihat kita tengah bermesraan dengan seorang lelaki dengan mata kepala mereka sendiri), maka kita tidak perlu mengelauarkan statement merdeka.

Sampai saat ini, masih terjadi perdebatann mengenai perlu dan tidaknya seorang gay (di Indonesia, khususnya) merdeka. Mereka yang berpendapat perlu biasanya dikarenakan ketidakmauan hidup berlama-lama dalam kebohongan. Menurut mereka, hidup hanya satu kali dan terlalu disayangkan kalau kesempatan satu kali tersebut diisi dengan kehobongan. Bukankah kita wajib menjadi diri sendiri dan orang lain mempunyai hak untuk mengetahui siapa diri kita sebenarnya?

Bagi mereka yang berpendapat tidak perlu merdeka biasanya dilandasi atas dasar keengganan menjadi pusat sorotan. Dengan menyatakan diri sebagai gay, maka secara otomatis akan membuat hidup kita berada di pusat sorotan lampu suar. Setiap gerak-gerik kita akan diawasi dan bahkan dicurigai. Meski kita telah berbuat kebaikan, umum akan senantiasa menganggap yang telah kita lakukan adalah keburukan dikarenakan preferensi seksual kita yang dipandang buruk di mata mereka. Bukankah dengan demikian kita seperti terlepas dari satu permasalahan namun demikian tertimpa lagi satu permasalahan, bahkan lebih berat?

Dan dengan demikian, perdebatan ini tidak akan kunjung usai. Masing-masing pihak memiliki argumen yang sama kuat dan masuk akal. Hasil pilihan (akapah mau merdeka atau tidak), tidak akan membuat pemilihnya keluar sebagai pemenang atau pun sebaliknya. Mengapa? Berbicara kemerdekaan adalah berkenaan dengan keinginan bukan kebutuhan. Semua gay, tentu saja, ingin hidup merdeka. Namun demikian, tidak semua gay membutuhkan kemerdakaan yang sudah menjadi hak-nya.

PS: Penulis terkadang tidak habis pikir dengan rekan-rekan blogger yang berani menyuarakan problematika gay namun demikian mereka memunculkan foto (di data pribadi) yang bukan gambar wajahnya. What's the point? Kalau kalian tidak bisa merdeka dalam dunia nyata, paling tidak kita bisa melakukannya di dunia maya bukan? So gays, let's go coming out on blog.

Tuesday, June 16, 2009

SAVE SEX

Apa yang ada di kepala kamu ketika mendengar frase save-sex? Penggunaan kondom dan setia pada satu pasangan adalah dua dari sekian banyak gambaran umum tentang seks-aman. Bukan bermaksud menihilkan arti penggunaan kondom dan kesetiaan pada satu pasangan (sebagai tindakan preventif penularan berbagai jenis penyakin menular seksual), sepertinya seks aman membutuhkan lebih dari dua hal tersebut di atas. Tidak percaya? We’ll see…

Misal

Suatu saat kamu sedang berdua di tempat tidur dengan pasangan-kencan-semalam-mu. Di awali dengan basa-basi singkat yang kemudian dilanjutkan dengan duduk berdekatan dan bersentuhan, keadaan pun semakin memanas. Yang terjadi kemudian sudah hampir dapat dipastikan. Tiba-tiba HP miliknya berbunyi. Aksi panas yang tengah berlangsung pun terpaksa harus jeda karena dia harus mengangkat telepon. “Ya, sayang…?”, sapanya pada orang diseberang. Tanpa perlu banyak menduga, kita pun tahu bahwa yang menelpon adalah pacarnya. “Aku lagi nganterin Mama belanja.”, terdengar ia berbohong dengan sangan professional. “Ya, nanti aku telepon lagi, ya? Bye.”, pembicaraan pun berakhir dan berdua kalian lanjutkan aksi yang sempat tertunda.

Di sela-sela aksi tersebut, sebuah (atau mungkin lebih) pertanyaan terselip di otakmu. “What? He’s got a boyfriend? What if his boyfriend knew about these?” Pertanyaan tersebut hanya sanggup berada di otakmu selama dua menit pertama karena di menit ketiga dan selanjutnya otakmu sudah sibuk mengolah rangsang seksual yang datang bertubi-tubi. Setelah ejakulasi dan pikiran kembali jernih, kamu pun kembali berpikir bahwa yang telah kamu lakukan adalah sebuah kesalahan yang dapat menyakitkan hari orang lain. Lebih parah lagi kalau hal tersebut diketahui pacar teman-kencan-semalam dan dia melabrakmu. Apa yang akan kamu katakan?

Mengantisipasi hal tersebut, malaikat kecil dalam hatimu berkata, “Makanya, lain kali kalau mendapatkan teman kencan, tanyakan apakah dia suah memiliki pacar atau belum. Kalau jawabannya sudah maka seharusnya kamu menolak ajakannya.” Namun demikian, iblis merah di hatimu tidak mau kalah, “Ah, siapa yang peduli dia suah memiliki pacar atau belum. Toh ini tidak terdengar seperti kalian akan melangsungkan pernikahan, bukan?”

Atau…

Suatu saat kamu mendapatkan teman-kencan-semalam seperti yang kamu idam-idamkan selama ini: tinggi, hitam, cepak, berjenggot, dan tentu saja Mr. P nya berukuran jumbo. Ketika kalian melakukannya, kau pun dibuat kehabisan napas mengimbangi permainan liarnya. Setelah hampir 2 jam, semua baru selesai. Entah disengaja atau tidak, sang teman-kencan-semalam mengucup keningmu dan berkata, “Terima kasih, ya. Kamu hebat di ranjang.” yang membuat hatimu berbunga dan benih-benih cinta pun kemudian tumbuh. Sebelum berpisah, dia berjanji akan datang lagi.

Keesokan harinya, kamu pun mengirim SMS menanyakan kabarnya. Tidak ada jawaban. Berselang dua hari, kamu pun kembali mengirim SMS yang juga tidak dibalas. Ketika kau mencoba menelponnya, suara di seberang malah bertanya, “Ini siapa?” Kamu pun sibuk mengingatkannya dan setelah dia ingat, dia hanya berkata “Oh, ya…” dengan datar. Ketika ditanya “Kapan mau ke tempatku lagi.” dia menjawab “Nanti diatur lagi.” Kamu pun kecewa dan berjanji tidak akan pernah lagi menghubunginya.

Tiga minggu kemudia dia menghubungimu dengan mengirim SMS “Lagi horny euy. ML, yuk!” Tentu saja kamu senang dia menghubungimu lagi. Tapi ketika membaca SMSnya, jelaslah bahwa yang diinginkannya hanyalah seks sehingga kamu pun harus membunuh benih cinta yang telah terlanjur ada. Ketika kemudian kamu pun melakukan seks dengannya untuk kedua, ketiga, keempat, dan kesekian kalinya, hatimu terluka merasa diri hanya sebagai pelampiasan birahi semata.

Pertanyaanya, masihkah kamu berfikir dapat melakukan seks dengan aman? Apakah seks yang aman benar-benar ada? Masihkah sebuah perselingkuhan (meski ketika ML kita menggunakan kondom) dapat dikatagorikan sebagai save-sex? Kalau kondom dapat mencegah kita dari tertular penyakit kelamin, alat kontrasepsi apa yang dapat menghindarkan kita dari luka hati?

Well, sometimes we need to be on danger to make our life more exiting, huh?

Monday, June 15, 2009

SIAPA MENYUSUL?

Adalah Adam Lambert sang runner-up mega-reality show American Idol season 8 yang mengaku bahwa dirinya adalah penyuka sesama jenis. Tidak hanya itu, dalam salah salah satu sesi wawancara untuk majalah Rolling Stone dia menjelaskan bahwa dirinya telah tinggal satu rumah selama 8 tahun dengan kekasih prianya. Secara blak-blakan dia menjelaskan, kalau selama ini dia tidak membahas prefernsi seksualnya itu bukan berarti dia ingin menutup-nutupi jati dirinya. Semua ia lakukan hanya untuk menghindari kontroversi yang mungkin terjadi mengingat masyarakat (Amerika sekalipun) kerap menganggap homoseksualitas sebagai isu sensitivf.

Sebelum Lambert, David Archuletta (yang juga merupakan runner-up American Idol di season 7) juga mengakui bahwa dirinya gay. Ketika ditanya apakah dia tidak takut dengan anggapan masyarakat dan akan sangat mungkin itu berpengaruh pada penjualan albumnya, dengan cerdas dia menjawab, “Selama karya yang kita buat adalah sesuatu yang bagus maka masyarakat akan tetap membelinya tanpa peduli siapa (gay ataupun straight) yang membuat karya tersebut.” What a cool argument.

Tentu saja, hal tersebut (seorang musisi mengaku bahwa dirinya adalah seorang gay) bukan merupakan barang baru. Sebelum Lambert dan Archuleta, senior pendahulunya sudah terlebih dahulu eksis di dunia musik sambil menyandang predikat gay. Sebuah predikat yang oleh sebagian besar gay disembunyikan rapat-rapat dikarenakan berbagai alasan. Sebut saja Elton John dan George Michael bisa dianggap “embah” penyanyi gay. Dua nama besar tersebut di atas layak disebut sebagai pahlawan kaum gay karena telah mempertaruhkan nama besarnya sebagai penyanyi melalui keberanian mereka menyatakan bahwa mereka penyuka sesama jenis. Pada masanya, mengaku diri sebagai gay adalah sebuah keputusan tersulit mengingat pandangan masyarakat waktu itu masih sangat picik terhadap kaum homoseksual.

Bukan untuk membandingkan. Keadaan serupa (tidak akan atau belum?) pernah terjadi dengan musisi dalam negeri. Tentu saja, secara kasat mata, kaum gay Indinesia dapat menilai penyanyi atau musisi yang menyukai sesami jenis. Meski mereka menutup-nutupi jati diri dengan menggandeng pacar perempuan, hal tersebut tidak lebih dari dagelan konyol di mata para gay. Ketika suatu saat mereka tertangkap kamera bermesraan dengan pasangan prianya, mati-matian mereka akan mengingkarinya. Lagi, ini hanya akan dipandang sebagai dagelan konyol yang menggelikan. Ingat, semakin Anda mengingkari diri Anda gay, maka semakin terlihat seperti gay lah Anda di mata masyarakat. Saran dari penulis bagi artis-artis Indonesia, kalau memang Anda tidak mau terbuka mengenai jati diri Anda sebagai gay, hadapilah praduga masyarakat dengan sikap kalem dan jangan melakukan penolakan berlebihan.

Jujur, penulis sangat menghargai keberanian para public-figure yang berani mengakui dirinya gay. You go gays! Untuk Adam Lambert, penulis tidak sabar menunggu release album perdananya and sure I’ll have it. Semoga melalui album tersebut Lambert juga menyuarakan romantisme cinta sejenis.

Thursday, June 11, 2009

HURT SO GOOD

Ini pertanyaan untuk para bottom. Pernahkah ketika sedang penetrasi, pasangan top-mu bertanya, “Sakit, nggak?” demi melihat raut mukamu meringis? Atau, pernahkah kamu menyuruh pasangan seks agar menghentakmu tidak terlalu keras dan sebagai respon dia bertanya, “Sakit?”. Atau, pernahkan partner seks-mu tiba-tiba berhenti melancarkan aksinya ketika mendengar desahan tertahan-mu dan berkata, “Sakit ya, sayang?”?

Kabar baiknya, semua bottom pasti pernah berada pada kondisi tersebut di atas dan kabar buruknya kebanyakan bottom tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas. Ya, ketika penetrasi, seorang bottom tidak dapat dengan segera menjawab pertanyaan “Sakit, nggak?” karena di satu sisi dia merasakan sakit di daerah rectumnya (terlebih ketika mendapat partner seks dengan ukuran penis di atas rata-rata) tapi pada saat bersamaan muncul pula sensasi nikmat yang memang ia cari selama ini.

Bagi para bottom, mengakui bahwa ia mengalami kesakitan ketika penetrasi adalah sebuah aib tersendiri sebagaimana para top yang menganggap aib jika mengalami ejakulasi dini atau memiliki penis dengan ukuran minimalis. Mereka takut nanti disebut sebagai bottom amatir. Terlebih ketika proses penetrasi menyebabkan luka pada dinding atau mulut rectum sehingga menyebabkan pendarahan. Ini adalalah accident yang teramat sangat memalukan. Mereka pun kemudian memilih tutup mulut.

Adapun para top kadang tidak memahami kondisi tersebut. Dia merasa telah menjadi top yang baik dengan menanyakan pertanyaan seperti disebut di awal artikel. Ketika dilihatnya sang bottom hanya meringis tersenyum maka hal tersebut diterjemahkan sebagai undangan untuk “menghajarnya” lebih keras lagi. Sebagian top akan merasa bangga ketika bottomnya kewalahan mengimbangi permainan seksnya karena dengan demikain dialah yang akan keluar sebagai pemenang ronde seks kali ini.

Stop! It’s not a competition. Not even close. Sedikit saran bagi para top. Ketika pasangan bottom-mu meminta agar melakukan seks dengan pelan dan hati-hati, lakukanlah. Ketika pasangan bottom-mu meminta posisi seks yang lebih nyaman baginya, lakukanlah. Dan ketika pasangan bottom-mu meminta berhenti sejenak untuk memberinya kesempatan menyesuaikan diri, lakukanlah. Ya, lakukanlah tanpa harus banyak bertanya. Toh setelah beberapa saat (setelah ia merasa nyaman) sang bottom akan mempersilahkanmu melakukan semuanya.

Kembali ke permasalahan awal, rasa nikmat dan sakit yang hadir hampir bersamaan. Ini adalah dilema para bottom. Dibilang sakit tapi nyatanya ada sensasi nikmat. Dan dibilang nikmat tapi memang kadang terasa sakit. Apa kata atau frase yang dapat menggambarkan kondisi tersebut di atas? Hhmmm… Penulis teringat line dialog salah satu film bokep gay. Dalam film tersebut, salah satu pemerannya bertanya pada pasangan seksnya, “Hurt so good, isn’t it?” Yeah… Sepertinya itulah istilah yang tepat untuk kondisi tersebut di atas. Hurt so good. So… good!

Monday, June 01, 2009

ILUSI SEKSUAL

Dalam salah satu episode serial "Sex and The City" dikisahkan Charlotte memiliki teman seniman yang menciptakan karya seni berupa foto-foto pria tampan dan maskulin yang ternyata model foto tersebut adalah seorang wanita. Ketika ditanya mengapa dia menciptakan karya seni semacam itu, sang seniman berkata, "Jenis kelamin adalah ilusi. Dalam diri diri setiap wanita terdapat sisi maskulin dan demikian pula sebaliknya. Wanita dapat berperan atau terlihat seperti laki-laki demikian pulas sebaliknya. Adalah sebuah kepuasan tersendiri bagi saya untuk dapat memunculkan sisi maskulin dalam diri seorang wanita melalui karya seni ini." Sang seniman berhasil. Saat pertama melihat foto-foto hasil karya sang seniman, Carry CS. tidak mengira sama sekali bahwa sosok laki-laki dalam foto yang mereka pelototi sebenarnya adalah seorang perempuan. Stanford (the one and only gay on the group) yang terkesima oleh penampilan laki-laki (padahal perempuan) dalam foto itu pun berseloroh, "Oh my God. I think I'm a lesbian..." yang ditimpali tawa cekikikan para lajang pertengahan tiga puluhan itu.

Pertanyaannya: Kalau gender atau jenis kelamin bisa disamarkan dapat dikatagorikan sebagai sebuah ilusi, maka apakah tidak mungkin preferensi seksual pun bisa dikenakan hukum serupa? Kecenderungan seks adalah ilusi. Ketika saat ini Anda menikmati seks dengan perempuan, well jangan dulu terlalu yakin Anda adalah seorang straight sampai Anda pernah mengalami seks dengan laki-laki. Demikian pula sebaliknya. Kalau Anda diberi suguhan seks (oral seks, misalnya) dengan mengesampingkan siapa (laki-laki atau pun perempuan) yang memberikan suguhan tersebut, apakah Anda masih akan yakin dengan preferensi seksual Anda?

Sebuah reality show di Amrik sono yang diberi nama "Baitbus" dapat mewakili penjabaran teori ini. Dalam reality show tersebut digambarkan crew (terdiri dari host, cameraman, driver, umpan seorang wanita cantik, serta seorang gay) berkeliling kota untuk mencari mangsa yaitu pemuda usia belia yang mau diajak bereksperimen dengan melakukan seks di dalam mini van tersebut. Skenario lengkap acara tersebut seperti ini. Seorang pemuda yang dipilih secara acak yang ditemui di pinggir jalan untuk melakukan seks dengan wanita cantik dalam van. Pada pemuda yang berkenan, mereka menawarkan sejumlah uang sebagai tanda terima kasih yang tentu saja itu merupakan tipuan belaka karena setelah semua selesai, sang korban akan ditinggal begitu saja di pinggir jalan. Setelah sang pemuda setuju, dia dibawa masuk ke dalam van dan diajak berkeliling. Setelah basa-basi beberapa saat, sang perempuan cantik yang dijadikan umpan pun mulai beraksi dengan merayu sang pemuda untuk menggunakan penutup mata untuk mendapatkan service oral seks darinya. Tanpa pikir panjang, pemuda horny ini pun setuju. Maka dimulailah aksi seks ini. Pada mulanya, memang sang perempuan yang memberikan service oral seks. Selanjutnya, giliran sang laki-laki gay yang beraksi dan sang perempuan hanya memberikan efek suara saja sehingga seolah-olah service oral tersebut darinya.

Setelah cukup lama, penutup mata sang pemuda pun dibuka dan dia terkejut alang kepalang ketika didapatinya service oral yang tengah ia nikmati tersebut diberikan oleh seorang laki-laki. Insiden terperanjat dan menendang pun terjadi. Tidak terima mendapat oral seks dari seorang laki-laki, sang pemuda tanggung itu pun mencak-mencak menyumpahi sang homo. Di sinilah kemudian sang host menengahi, menyuruh sang pemuda untuk calm down, serta memberikan penjelasan (yang dibuat-buat, tentu saja)bahwa ini adala sebuah metoda penelitian yang sedang mereka kerjakan. Mereka ingin meneliti rekasi kaum hetero ketika pertama kali melakukan seks dengan seorang homo. Pada awalnya, sang pemuda menolak untuk melanjutkan aksi tersebut ke tingkat selanjutnya (baca, anal seks), namun dengan berbagai bujuk dan rayu serta iming-iming tambahan uang yang akan dia terima, sang pemuda pun mengiyakan dan terjadilah adegan seorang straight melakukan seks dengan laki-laki homo.

Berkaitan dengan hal ini, seorang teman pernah mendapatkan teman kencan dari dunia maya yang mengaku straight. Namun demikian, ketika diajak melakukan seks, dengan malu-malu sang lelaki straight pun mengiyakan hal tersebut. Yang terjadi kemudian sudah hampir dapat dipastikan. Sang laki-laki straight menikmati seks tersebut dan beberapa hari kemudian meminta hal serupa meski dia menolak menyebut dirinya homoseksual. Well, kalau sudah begini, lantas masih adakah batasan antara homo dan tidak homo? Apakah sudah saatnya sekarang kita berkesimpulan bahwa preferensi seksual hanyalah ilusi?