Friday, May 29, 2009

GAY & PROSTITUTE (Pt. 2)

Tidak ada yang paling menjijikkan selain mendengar kabar bahwa orang yang dulu pernah dekat dengan kita sekarang telah menjadi simpanan om-om. Eww...! Well, baru-baru ini penulis mendengar kabar tentang hal tersebut. Menurut sang informan, dia-yang-tidak-boleh-disebutkan-namanya itu sekarang diboyong ke Jakarta oleh gadun tajir. Dijadikan simpanan, disewakan rumah, diberi uang saku tiap bulan, dan sebagai konsekwensinya dia harus melayani sang gadun setiap saat serta tidak boleh berhubungan dengan sembarang orang (terlebih gay) lain kalau tidak mau didamprat. Satu sampai dua minggu, hal tersebut nampak indah seperti mimpi yang jadi kenyataan. Tidak harus bekerja dan biaya hidup ada yang menjamin. Satu bulan selanjutnya, dia pun mulai mengeluh. Mulai dari tidak diperhatikan, terlalu dikekang, sampai merasa diri tak ubahnya seperti pelacur. Wait! You feel like a whore? Honey, you are a whore...

Diakui atau tidak, dunia gay dengan prostitusi (dalan deviasi arti yang sangat luas) erat berkaitan. Entah karena mental kaum gay yang (well, oleh sebagian orang sudah kadung dicap) bobrok, entah karena bisnis prostitusi senantiasa menggiurkan sejak dulu sampai sekarang, atau entah karena faktor desakan ekonomi dan mimpi hidup bergelimang uang dengan cara gampang. Yang jelas, fenomena prostitusi gay ini ada di sekitar kita tentu saja bukan dalam gambaran gay yang menjajaka diri di jalan menunggu pelanggan.

Beberapa gay menjalankan praktek prostitusinya dengan cara meminta pulsa, HP, baju, bahkan peralatan elktronik yang tidak murah semisal laptop kepada partner seksnya yang ia nilai mampu. Ini sudah termasuk biaya jalan-jalan, makan, dan nonton yang secara otomatis ditanggung si empunya duit. Meski tidak ada kesepakatan yang jelas antara mereka berdua, yang jelas praktek tersebut akan mereka ulangi lagi dan lagi sampai salah satu diantara mereka merasa bosan dan menemukan orang lain yang dirasa lebih menjanjikan.

Ada pula gay yang mengatasnamakan komitmen untuk meraup keuntungan. Contohnya seperti tersebtu di opening artikel ini. Seorang gay yang menemukan orang yang cocok (dalam segala hal dan yang terpenting tentu saja segi finansial), merasa perlu memperdalam ikatan antara mereka berdua dengan tinggal serumah, merasa diri sebagai pasangan hidup sehingga ia berhak meminta jatah uang bulanan. Tidak usah bekerja, toh dia berperan sebagai suami rumah tangga yang hanya diam di rumah mengurus rumah dan berbagai keperluan sang suami.

Kelompok gay yang lain adalah mereka yang mempunyai pekerjaan tetap sehingga uang tidak terlalu menjadi masalah. Namun demikian, ketika ada orang yang mau mengeluarkan uang (yang nilainya dirasa cukup lumayan) sebagai ganti seks semalam dengannya, dia pun menerima. Siapa yang tidak butuh duit coba? Toh dia tidak meminta dan kalau ditolak tentu saja akan jadi mubazir. Dia akan menyebut uang tersebut sebagai uang transport atau semacamnya.

Dan yang terakhir, tentu saja kelompok gay yang memang secara terang-terangan menjajakkan diri. Ia tidak akan segan pasang tarif mahal kalau dirasa dirinya memiliki daya jual. Sasarannya tentu saja para gay kesepian yang tidak bisa mendapatkan seks secara gratis baik dikarenakan penampilannya yang tidak terlalu menarik atau dikarenakan dia terlalu antipati terhadap pergaulan dunia gay. Apalagi motif kelompok yang satu ini kalau bukan desakan ekonomi.

Tanpa menyenyudutkan salah satu pihak, penulis berkesimpulan bahwa para brondong (gay belia) lebih berpotensi menjalani prostitusi ini. Sudah menjadi hukum alam bahwa orang yang rela membayar orang lain untuk melakukan seks akan mencari penjaja seks yang muda. Mengapa? Tentu saja para brondong itu dari segi fisik lebih menarik dan membangkitkan gairah. Masalah keahlian di ranjang, jangan sepelekan para junior kita yang satu ini. Meski mereka masih duduk di bangku kuliah atau bahkan SMA, penguasaan teknik bercinta mereka tidak bisa dianggap remeh. Mungkin mereka menjadikan hal ini kegiatan ekstrakulikuler di samping pramuka dan paskibra.

Ya itulah fakta. Sebuah realita yang akan semakin memburamkan citra kaum homo di mata masyarakat.

Thursday, May 28, 2009

QUEER QUEEN

Pernahkah kamu mengenal seorang gay yang mengenal atau meniduri hampir semua orang-orang (gay tentu saja) yang kamu kenal? Pernahkah kamu melihat seorang gay yang hampir selalu ada di setiap event (berbau homo tentu saja) yang diadakan di kotamu? Pernahkah kamu chat (lagi dan lagi) dengan seorang gay yang sepertinya hampir setiap hari meluangkan waktunya hang-out di chat room khusus gay? If you do, well, congratulation. You've been met The Queer Queen.

What The Queer Queen is? Dia adalah gay yang kerap menjadi bahan pembicaraan di antara sesama homo. Bukan keburukannya yang dibicarakan melainkan kehebatannya seperti luasnya jaringan pertemanan yang ia miliki, kemahirannya menguasai berbagai gaya bercinta di dalam maupun di luar ruangan, kecerdasannya dalam memberikan solusi masalah khas homo yang dihadapi teman-teman gay di sekitarnya, serta keluwesannya berkomunikasi serta menghadapi berbagai macan tipe gay.

What does The Queer Queen do? Dia bertanggung jawab atas keberlangsungan aktivitas homoseksual di wilayahnya seperti seru-seruan ngondek di mall, saling bertukar teman kencan di antara sesama teman yang sedang membutuhkan, aktif (baik sebagai simpatisan ataupun pengurus) di LSM gay, wajib hadir dalam setiap acara bertema gay yang diadakan. Itulah sebabnya mengapa ia akan selalu ada dalam setiap event homo yang diadakan di wilayang yang menjadi coverage-area-nya.

What should you do when you meet The Queer Queen? Kamu bisa membenci dan memuja keberadaannya. Ketika kamu membencinya, mungkin kamu merasa terancan dengan popularitas yang ia miliki. Ketika kamu memujanya, kamu mungkin akan mendapatkan akses menjadi pengikutnya. Keputusan apapun yang akan kamu ambil, yang jelas Sang Ratu akan tetap anggun duduk di singgahsananya dengan atau tanpa restumu. Yang jelas, ketika dia memasuki lantai dansa misalnya, semua mata serta sorot lampu disko akan tertuju kepadanya. Kerumunan akan memberikan jalan baginya untuk lewat dan memberikan ruang baginya untuk mempraktekkan gerakan dansa terpanasnya.

Who make him The Queer Queen? Ini bukanlah sesuatu yang diberikan atau diwariskan begitu saja tanpa ada perjuangan. Ini adalah hasil jam terbang yang ia lakukan hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan. Ini membutuhkan pengabdian, dedikasi, serta loyalitas selama bertahun-tahun menjalani kehidupannya sebagai seorang homo. Jadi, gelar ini didapatkan bukan diberikan apalagi diwariskan.

Wednesday, May 27, 2009

CINTA VIRGIN YANG TERLARANG

Kau kan slalu tersimpan di hatiku
Meski ragamu tak dapat ku miliki
Jiwaku kan slalu bersamamu
Meski kau tercipta bukan untukku


Akhirnya, kaum lesbi memiliki icon musisi yang patut mereka jadikan panutan, The Virgin. Saat pertama melihat penampilan mereka, kita sudah hampir dapat memastikan bahwa paling tidak salah satu di antara mereka adalah penyuka sesama jenis. Single pertama duo yang digawangi Dara dan Mitha ini berjudul "Cinta Terlarang" ditambah konsep video klip lagu tersebut semakin menguatkan dugaan (atau kita tidak perlu lagi menduga?) bahwa lagu tersebut memang ditujukan bagi kaum lesbi.

Tuhan berikan aku cinta satu kali lagi
Hanya untuk barsamanya
Ku mencintainya sungguh mencintainya

Rasa ini sungguh tak wajar
Namun ku ingin tetap bersama dia
Untuk selamanya


Umum ketika mendengar lagu tersebut mungkin hanya akan bereaksi dengan, "Easy listening. Lagunya enak, liriknya dalem." Mereka mungkin tidak akan ambil pusing dengan penampilan ataupun preferensi seksual pelantun lagu tersebut. Di titik ini, penulis mengucapkan selamat pada duo The Virgin yang telah menyampaikan pesan tentang cinta terlarang kepada masyarakat dengan baik tanpa ada friksi sedikitpun. You go, girl!

Mengapa cinta ini terlarang
Saat ku yakini kaulah milikku
Mengapa cinta kita tak bisa bersatu
Saat ku yakin tak ada cinta selain dirimu


Pertanyaannya, kapan kaum homo memiliki icon penyanyi (baik solo, dua, ataupun group band) yang dapat menyuarakan aspirasi ataupun romantika cinta sesama jeinis? Mungkin di sinilah kelemahan laki-laki homo. Mereka terlalu peduli dengan pendapat orang lain. Bagaimana kalau begini? Bagaimana kalau begitu? Lihat duo The Virgin, mereka dengan lantang menyuarakan "Cinta Terlarang" dan masyarakat santai-santai saja menanggapi lagu tersebut bahkan cenderung menyukainya.

Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi
Hanya untuk bersamanya
Ku mencintainya sungguh mencintainya

Rasa ini sungguh tak wajar
Namun ku ingin tetap bersama dia
Untuk selamanya

Tuesday, May 26, 2009

DO NOT CALL HIM EVER AGAIN

When you're doing a blind date, there are two condition that you might be in: end up well or bad. Tentu saja, ketika kencan buta tersebut mempertemukanmu dengan orang yang cocok (demikian pula sebaliknya, dia merasa cocok dengan kamu), kamu tahu apa yang harus kamu lakukan selanjutnya. Akan tetapi tidak semua kencan buta berakhir bahagia. Terkadang kita dipertemukan dengan the worst jerk ever. Ada kalanya kita dapat menghidari ajakan ML-nya dengan menyuruh temanmu menelpon seolah-olah ada hal penting yang harus kamu lakukan dengan temanmu tersebut. Namun demikian, tidak selamanya kita bisa menghindar. Dikarenakan satu dan lain hal (sedang horny, red.) kita kadang terpaksa meladeni keinginannya. Well, consider that he's got lucky this time.

Berikut beberapa jenis gay yang tidak layak kamu telpon ulang untuk kencan lanjutan. Just delete them from your phone book.

Pertama: Mr. Miscount
Beberapa gay sangat bangga dengan ukuran alat vitalnya. Menurut hematnya, dengan ukuran alat vital yang dimilikinya, tidak ada seorang gay pun yang akan menolak ajakan ML-nya. Dia lupa bahwa di atas langit masih ada langit. Kalau dia merasa bahwa ukuran kelaminnya di atas rata-rata dan kareanya dia berbangga hati, dia lupa bahwa jam terbang kita sudah cukup banyak dan telah banyak menemui berbagai jenis dan ukuran penis. Mungkin alat vitalnya memang lumayang besar akan tetapi ditingkahi dengan omongannya yang sok merasa besar sendiri, rasanya kita ingin menyumpal mulutnya dengan penis terbesar yang pernah kita temui agar diam.

Satu lagi, ada juga gay yang kadang menggunakan alat ukur yang tidak standar dengan orang kebanyakan. Karenanya, dia akan mengaku panjang penisnya 19 cm dengan diameter 3 cm. Mendengar hal tersebut, gay mana yang tidak penasaran? Ketika kemudian ucapannya tidak terbukti dan ukuran penisnya tidak lebih besar dari punya kita, ingin rasanya kita membelikannya penggaris untuk membantunya mengetahu ukuran alat kelaminyya sendiri.

Kedua: Dirty Actor/Dirty Talker
Sometimes, we do really need dirty act or dirty talk while have sex. Namun demikian, ketika suatu kita mendapatkan kencan yang beraksi terlalu dirty, kadang membuat kita il-feel juga. Bagaimana tidak, disela-sela kita sedang mengerang menikmati setiap cumbuannya tiba-tiba saja dia meludahi muka kita atau berniat mengencingi seluruh tubuh kita. Eww...

Mengenai dirty talk, mungkin suatu saat kamu pernah mendapati teman kencanmu meracau bahwa lubang anusmu lebih nikmat dari lubang vagina wanita-wanita yang pernah ia tiduri. Pada saat itu dengan atmosfet seks yang sangat panas, mungkin kamu merasa bangga dan untuk sesaat merasa dapat mengalahkan kaum wanita. Namun ketika keesokan harinya kamu menceritakan hal tersebut kepada temanmu, mereka akan berkata, "Ew..." dan karenanya kamu pun akan bertanya, "What did i do...?"

Ketiga: Ladylike
Untuk memastikan bahwa kencan buta yang akan kita lakukan tidak berakhir gagal, terkadang kita saling bertukar foto terlebih dahulu. Namun demikian, foto tidak menjamin apapun. Bisa jadi, dalam foto, orang yang akan kita kencani terlihat manly tapi ketika bertemu langsung dengan yang bersangkutan, kamu dibuatnya ternganga. "O.M.G!" Tidak hanya ngondek, tapi yang bersangkutan juga datang dengan tampilan full make-up seperti akan tampil dalam sebuah acara stasiun TV.

Ada pula teman kencan yang ingin diperlakukan selayaknya ratu. Mulai dari minta dijemput dari tempat tinggalnya, minta ditraktir ini itu, atau ketika melakukan seks hanya meminta dilayani tanpa mau melayani kita. Who do you think you are? Honey, you are not George Clooney, Russel Crow, Vingo Mortensen, or even Ewan McGregor. So stop acting like one.

Keempat: Virgin Pretender
Sebagian gay mungkin merasa tertantang ketika mendapat teman kencan yang mengaku masih virgin. Berbagai cara akan mereka tempuh meski sang perawan berlagak jual mahal. Basa-basi tarik ulur tawarn ML pun terjadi via sms yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Ketika kemudian mereka pun melakukan seks, basa-basi keperawananpun seakan menguap ketika melihat keahliannya mencium, mengoral, dan penguasaannya di berbagai gaya bercinta. Kabar buruk datang kemudian. Karena merasa telah menyerahkan keperawanannya, sang perawan yang sudah tidak perawan pun minta dipacari. Nah lho!

Kelima: Idiot In Lust
Beberapa teman kencan mungkin saja tidak terlalu buruk, baik dari segi penampilannya ataupun performanya di ranjang. Namun demikian, kita hanya akan melakukan "One Nite Stand" degannya dan karenanya tidak akan ada lagi pertemuan selanjutnya. Hal berkebalikan terjadi pada sang partner ONS. Dikarenakan terpikat oleh pesona dan keahlian kita di tempat tidur, esok dan keesokan harinya lagi dia tetap menelpon ataupun SMS. Meski tidak ditanggapi, ia tidak mau menyerah meminta kita memenuhi undangan seks-nya. Ya, teruslah berharap...

Keenam: Grand Father Kinda Gay
Some of gay attracted to an older gay to be his sex-partner but not the oledes one. Sudah menjadi rahasia umum kalau seorang gay kerap men-discount umurnya. Ketika saat pertama berkenalan, dia mengaku midle-thirty akan tetapi ketika bertemu penampilannya jauh dari kepala tiga dan lebih deket ke kepala enam. Ketika kamu memaksakan diri melakukan seks dengannya dengan memanipulasi otak dan hatimu, well matapu tidak bisa ditipu. Rambutnya mungkin telah ia cat, akan tetapi satu atau dua lembar bulu kemaluannya sudah memutih. Pada saat itu, yang terlintas dipiranmu adalah, "Jeez, I'm fucking a grand pa."

Tuesday, May 19, 2009

SOULMATE & FAIRY TALE

Dalam percintaan hetero, kita mengenal istilah 'soulmate' yang ditujukan pada pasangan yang satu sama lain memiliki kesamaan, kecocokan, serta titik toleransi yang tinggi baik dalam hal perilaku, hobby, ataupun persepsi mengenai berbagai hal. Karenanya, kisah percintaan mereka pun terdengar seperti fairy tale yang selalu akan berakhir dengan live happly ever after. Diawali dengan pernikahan, kemudian memiliki dan membesarkan anak, dan berakhir menua bersama hingga akhirnya ajal memisahkan mereka. Apakah hal serupa terjadi pula dalam kisah percintaan homo?

Tentu saja tidak. Dalam percintaan homo kita tidak akan menemukan dua orang lelaki jatuh cinta pada pandangan pertama, memadu kasih sehidup semati, dan berniat menghabiskan sisa umur berdua. Yang akan kita temukan adalah dua orang lelaki yang saling suka pada saat chatting pertama, berusaha mencintai dan dicintai sebaik mungkin, meencoba mempertahankan jalinan cinta tersebut selama dan seerat mungkin namun demikian ketika tiba saatnya berpisah masing-masing akan saling merelakan orang yang pernah dicintainya untuk menemukan cinta baru yang akan membuatnya kembali berbahagia.

Konsep soulmate dalam percintaan homo diterjemahkan sebagai dua orang lelaki yang saling mencintai meski memiliki banyak perbedaan dan sedikit persmaan namun dan meski tidak mudah mereka tetap berusaha sebisa mungkin mempertahankan cinta yang mereka miliki. Di satu saat, perjalanan cinta mereka terhalang kerikil tajam dan dilain kesempatan diterjang badai menghujan. Kesetiaan, pengorbanan, ketulisan, serta kemurnian cinta mereka senantiasa teruji dan ujian tersebut tidak semakin ringan dari hari ke hari. Tidak semua orang mengeri romansa yang mereka miliki namun demikian mereka tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa cinta adalah hak siapa saja termasuk gay sekalipun.

What about fairy tale and live happily ever after? Well, lupakan tentang cinta sehidup semati. Kalau cinta homoseksual dapat jerjalin antara empat sampai tujuh tahun (tentu saja dengan diwarnai kisah putus nyambung), maka hal tersebut sudah bisa dikatakan cukup lama. Faktanya, perjalanan cinta homoseksual kadang hanya berlangsung dalam hitungan bulan; empat, lima, enam, atau bahkan tujuh. Dan menurut hemat penulis, itulah masa-masa terindah kisah cinta homoseksual. Lebih dari itu, sudah hampir dapat dipastikan, kisah cinta mereka akan dibumbui kisah perselingkuhan, pengkhianatan, kepiluan, serta kebohongan.

Apakah kemudian hal tersebut membuat kaum gay apatis terhadap keagungan cinta? Tentu saja tidak. Penulis sangat salut (and someday wants to be like that) pada beberapa pasangan gay yang melegalkan cinta yang mereka miliki dalam sebuah ikatan perkawinan dan mereka dapat mempertahankan hal tersebut hingga usia senja. Ya, beruntunglah mereka karena telah menemukan cinta sehidup sematinya dan hal tersebut menjadi motivasi kita semua untuk tetap percaya bahwa di luar sana ada satu orang laki-laki yang menanti untuk kita temukan dan ketika hari itu datang kita akan dapat merasakan manisnya cinta meski dia bukan soulmate dan kisah cinta yang dijalani tidak akan seindah dongeng peri.

Monday, May 18, 2009

KASIH TAK SAMPAI

Dulu, semasa SMA atau mungkin juga kuliah, kamu tentu pernah naksir seorang laki-laki. Kau pun kerap memberikan perhatian, mencurahkan kasih sayang, atau mungkin juga kerap menghabiskan waktu berdua dengannya yang di matanya itu semua tidak lebih dari sebuah persahabatan. Tentu saja, kamu tidak bisa jujur mengatakan perasaanmu kepadanya karena takut akan reaksinya manakalah mengetahui bahwa kamu mencintai dia. Karenanya, kamu pun harus merasa puas hanya dengan menjadi best-friendnya.

Selepas SMA atau kuliah, kalian pun berpisah karena dia harus menlajutkan kuliah atau kerja di luar kota. Di awal perpisahan, kalian masih keep contact baik via SMS ataupun e-mail. Seiring berjalannya waktu serta kesibukan masing-masing, frekwensi kontak SMS atau e-mailpun semakin berkurang dan bisa dibilang lose-contact. Suatu hari, entah setelah berapa tahun tidak terdengar kabarnya, dia kembali menghubungimu dengan sebuah berita mengejutkan. He's got married! Dunia memang tidak berakhir dan kamu pun tidak akan mengakhiri hidupmu demi mendengar berita tersebut tapi tetap saja kamu merasa kehilangan. Meski kamu tahu bahwa romansa cintamu dengan dia tidak akan terwujud, tapi kabar pernikahannya seolah-olah membuat kemungkinan terwujudnya impianmu semakin mustahil. Tidak ada yang dapat kamu ucapkan saat itu selain berpura-pura turut berbahagia, memberinya ucapan selamat, dan mengubur dalam-dalam semua kenangan indah dengannya.

Setelah kabar pernikahan tersebut, dia hanya sesekali memberi kabar yang kau tanggapi dengan dingin. Salah satu kabar yang pernah ia sampaikan adalah bahwa sekarang dia sudah dikaruniai seorang putri cantik. Lagi, kau pun berpura-pura bahagia dan memberinya ucapan selamat. Pada saat itulah matamu terbuka bahwa dia bahagia dengan kehidupan rumah tangganya, bahwa dia laki-laki yang mencintai perempuan, dan bahwa dia sebagai seorang laki-laki telah memiliki segalanya. Arti dirimu di matanya pun menjadi semakin kecil. Kau tidak lebih dari sahabat lama yang pernah hadir dalam satu periode tertentu kehidupannya.

Satu hari, telpon darinya membuatmu berbunga. Dia akan datang ke Bandung dan meminta bertemu denganmu sekalian ingin memperkenalkan anak-istrinya. Tentu saja, kamu tidak sabar ingin melihat wajahnya juga wajah anak-istrinya. Well, dengan kasih tak sampaimu kamu memang kangen dan ingin bertatap muka dengannya sementara dengan anak dan istrinya suara dalam hatimu berkata lain. Kamu ingin membuktika bahwa istrinya tidak lebih menarik dari kamu. Mengenai anaknya, dalam hati kamu ingin melihat wajah anakmu seandanya saja kau dan kasih tak sampaimu menikah dan dikaruniai anak. Is that sounds crazy?

Well, it's too little too late to think about craziness while on the other hand you fucking a gay. Pada hari yang telah ditentukan kamu pun datang di stasiun kereta api seperti janjinya di telepon. And here they are... Sang kasih tak sampai menggendong pitri cantiknya dan di sebelah kirinya seorang perempuan berjilbab menggandeng erat tangannya. Tidak ada peluk erat seperti ketika pertama kali kau mengantarkannya ke luar kota untuk melanjutkan kuliah ataupun bekerja meski saat ini kau berada di stasiun yang sama. Yang ada hanya basa-basi mengenai bagaimana pekerjaan, masih keep contact dengan teman lama yang lain, serta kapan rencana memiliki momongan lagi. Semua terasa berbeda sekarang. Meski di relung hati rasa itu masih ada namun demikian semua seolag tidak ada artinya sama sekali. Kalau dulu dia hanya menceritakan kehidupan keluarganya via telepon yang karenanya di matamu semua tampak sebagai sebuah imajinasi, sekarang semuanya menjadi nyata. Dia telah berkeluarga dan berbahagia dengan anak-istrinya. Pertemuan pun hanya berlangsung setengah jam dan dengan alasan harus kembali bekerja kamu pun pamit.

Dalam perjalanan pulang, kau pun tersenyum. Ah, istrinya yang namanya pun kau tidak ingat sedikitpun, tidak lebih menarik dari kamu. Later, you'll call your friend to bitch about her. Dan wajah lucu anaknya... Ya, akan seperti itulah anakmu kelak seandainya kau menikah dengannya dan dikaruniai keturunan. Hhmmm...

Tuesday, May 12, 2009

SEX POLITICS

Dalam dunia politik, kita mengenal statement tidak ada teman ataupun lawan abadi, yang ada hanyalah kepentingan (baca: kemenangan) abadi. Karenanya, semua hal bisa saja terjadi dalam dinamika politik. Saling tikam dan saling jilat bukan merupakan sesuatu yang tabu lagi selama kepentingan bisa terakomodasi. Konsistensi statement politik pun menjadi sebuah keniscayaan langka yang tidak akan kita dapatkan keluar dari mulut para praktisi politik. Tidak heran jika kemudian sebagian orang menganggap bahwa politik adalah dunia kotor yang penuh dengan intrik.

Dalam dunia gay, hal serupa (walau tidak persis sama) terjadi. Terkadang kita harus mempolitisir seks demi mendapatkan kepuasan (baca: kemenangan) pribadi. Terkadang kita harus memusuhi orang yang tidak mau kita ajak nge-seks. Terkadang kita dibuat penasaran dan harus merasakan seks dengan orang yang menjadi musuh kita hanya karena karena salah seorang teman kita yang pernah ML dengan sang musuh tersebut menyampaikan apresiasi berlebihan. Terkadang pula kita harus menolak (walaupun sebenarnya ingin) cinta seorang laki-laki hanya karena dia pernah tidur dengan sahabat dekat kita.

Kamu tentu masih ingat dengan perasaan puas ketika telah all-out memberikan servis seks pada partner kencan-satu-malam yang karenanya kamu pun dipuji dan pada keesokan harinya sang temen kencan tersebut meminta seks dengan kamu lagi? Ya, kamu akan merasakan kemenangan tersendiri ketika (dikarenakan satu dan lain hal misal karena dia bukan tipe lelaki idamanmu) kamu menolak (baik dengan cara lebut maupun kasar) ajakan tersebut. Perasaan sebaliknya akan kamu rasakan ketika kamu merasa senang ML dengan seseorang dan ketika keesokan harinya kamu memintanya lagi dan dia tidak merespon ajakan tersebut. Well, life is a circle. What goes around will comes back aroud.

Di saat yang lain, ketika sedang menjalani sebuah komitmen dengan seorang pacar, kamu pasti pernah merasa kesal karena selama ini keadaan sepertinya membuat seolah-olah kamulah orang yang selalu meminta seks. Ini konyol, bukankah seks adalah sebuah kegiatan yang harus dilakukan atas kemauan berdua? You sick about it and want to make a change, kamu ingin agar pacar kamu menghiba untuk melakukan seks denganmu. Satu malam kamu membuat setting seolah-olah (atau mungkin kamu memang menginginkannya) kamu sangat menginginkan seks. Berbagai rayuan dan rangsangpun kamu lancarkan dan ketika sang pacar telah tebakar birahi (sebelum penetrasi tentu saja), kamu pun menghentikan aksimu dan berlalu. Ketika kemudian sang pacar bertanya kenapa, kamu menjawab tidak sendang ingin ML. Ketika kemudian sang pacar menghiba karena sudah birahi sampai ubun-ubun, dengan ogah-ogahan kamu bilang baiklah tapi dengan satu sarat bahwa seks kali ini dia yang meminta. Ketika kemudian kalian berdua melakukannya dan di pagi hari temanmu bertanya bagaimana seks semalam, kamu memaksa pacarmu untuk bercerita bahwa semalam dialah yang menginginkan seks tersebut.

Itulah sex-politics, sebuah trik yang harus kita mainkan untuk mendapatkan kepuasan selain sensasi seks itu sendiri. Pertanyaannya, apakah ada di antara para praktisi politik itu yang juga seorang gay? Dan kalau ada, apakah politikus handal itu kerap menerapkan konsep sex-politik sehandal mereka bertindak dalam dunia politik? Well, paling tidak penulis mempunyai satu nama yang di mata penulis terlihat seksi dan walaupun dia tidak gay (atau mungkin belum) gay, penulis bisa membayangkan dan berimajinasi ber-sex-pilitics-ria dengan sang politikus. Siapa dia? Demi menjaga nama baik sang politikus, penulis tidak akan menyebutkannya. Yang jelas, dia bukan poltikus karbitan yang memanfaatkan nama besarnya sebagai artis.

Friday, May 08, 2009

JALANG

Ketika seorang gay ditanya "Kapan terakhir ML?" dan dia membutuhkan lebih dari 3 detik untuk menjawabnya, maka itu artinya dia sudah tidak meniduri laki-laki dalam jangka waktu yang lama mungkin lebih dari satu minggu atau bahkan satu bulan. Eew... Seorang teman pernah berseleroh, "Hati-hati lho kalau sudah tidak ML lebih dari 2 minggu nanti kadaluwarsa."

Kondisi berkebalikan terjadi ketika seorang gay ditanya "Sudah berapa laki-laki yang kamu tiduri?" Ya, ketika dia membutuhkan lebih dari 3 detik untuk menjawab pertanyaan itu, maka paling tidak dalam satu minggu dia tidur dengan 2 orang laki-laki yang berbeda. Kalikan dalam satu bulan dan kalikan pula dalam satu tahun. Well, jumlahnya pasti lebih dari 300 orang. Demi melihat jumlah tersebut, hal pertama yang terlintas dalam otak adalah, "You're bitch!"

Pertanyaanya, berapa tepatnya jumlah laki-laki yang harus kita tiduri agar tidak kadaluwarsa juga tidak disebut jalang? Sure there's no exact number.

Mari kita tanya pada gay kadaluwarsa, apa alasan mereka jarang melakukan seks? Kemungkinan jawaban yang mereka ajukan adalah karena tidak bisa chatting (please, it' so 90's), kurang menarik dari segi fisik (then go find yourself a plastic surgery), kurang bisa berkomunikasi (note: it's just sex not like you gonna get married or something), atau sedang mencoba untuk setia dengan satu pasangan (ah... so sweet). Dari empat alasan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa alasan mereka jarang melakukan seks lebih dikarenakan situasi dan kondisi. Kalau kepada mereka kita ajukan kemudahan untuk melakukan seks setiap hari, yakin mereka tidak akan menolak.

Kalau sudah begini, apakah daftar panjang laki-laki yang pernah kita tiduri layak membuat kita disebut jalang? Tentu saja tidak. We are a slut but we are not a whore. Seks adalah sebuah kebutuhan pribadi yang harus dipenuhi. Terlepas dari siapa yang kita tiduri (entah pacar atau mungkin suami orang) dan bagaimana cara kita mendapatkan teman tidur (entah menjebak atau mungkin merebutnya dari teman), tidak seorang pun bisa menyebut lacur atas aktivitas seks yang kita lakukan. Mereka mengatakan demikian hanya karena iri, itu saja tidak lebih.

So, grab your list and do not be afraid to add some new gay to your list. Yes honey, you are not a whore. It’s all just about full fill your needs. Do it!

Thursday, May 07, 2009

DICK QUEST

Some people live for the fortune, some people live just for the fame, some people live for the power, some people live just to play the game, some people think that the physical things define what's within, some people search for a fountain that promises forever young, some people need three dozen roses and that's the only way to prove you love them, some people want diamond rings, and some just want everything. How about you gay people? What are you really searching in this world? Wait, think I knew...

Akhir-akhir ini, penulis pernah berdiskusi tentang pentingnya ukuran Mr. P dalam dunia gay dan jawabannya seperti telah diperkirakan sebelumnya bahwa zise does really really really matter. Mungkin kaum wanita hetero terlalu takut (disebut jalang) untuk mengatakannya, tapi bagi bottom tidak perlu ada lagi yang harus ditakutkan. We need big dick! Adalah sangat munafik statement yang menyatakan bahwa yang penting itu bagaimana kita menggunakannya, bukan ukurannya. Well, cara Anda menggunakannya memang penting tapi akan lebih penting kalau yang Anda pergunakan tersebut memiliki ukuran yang memuaskan.

Anda tahu apa yang dibicarakan kalau dua orang bottom bertemu? Tidak lain adalah tentang seberapa besar, seberapa keras, dan seberapa kuat Mr. P yang ia kencani tadi malam. Bagian paling serunya adalah ketika mereka saling merekomendasikan Mr. P terbesar yang pernah mereka "rasakan" dan saling compare pengalaman masing-masing. What a juicy talk. Kalau sudah ngomongin yang satu ini, mereka pasti lupa waktu. Ya, pembicaraan akan berlanjut tidak hanya pada katagori Mr. P terbesar saja, tapi juga melebar pada Mr. P terpayah (kecil, liat, dan cepat keluar) yang pernah mereka temui. Eew....

Anda pikir, apa tujuan mereka kencan dari satu laki-laki ke laki-laki yang lainnya. Mencari cinta? Ya, kalau Anda menyebutnya demikian, tapi yang jelas mereka akan membandingkan satu Mr. P dengan Mr. P yang lain. Ketika satu hari ia menemukan satu ukuran tertentu MR. P yang tidak membuatnya puas, maka di hari yang lain ia akan berusaha mendapatkan lebih. Bahkan ketika ia mendapatkan ukuran Mr. P tertentu yang menurut pengalamannya adalah yang terbesar selama ini, well, mereka tidak akan pernah behenti mencari barangkali saja di luar sana masih ada ukuran Mr. P yang lebih besar. There's no harm on trying.

So, when some people live for the fortune-fame-and-power, well, gay people search for a bigger dick.

Wednesday, May 06, 2009

WISH ME FUCK

Suatu hari, temanmu curhat tentang permasalahannya dengan sang pacar. Setelah saling beradu argumen panjang dan tidak didapatkan titik temu, kata pisahpun terucap. Ego masing-masing membuat mereka pun berpisah tanpa berpikir panjang. Selang beberapa hari kemudia, rasa sepi dan kehilangan mulai datang dan drama pun dimulai. Dalam curhatnya dia menyatakan bahwa sebenarnya ia masih kanget tapi tidak mau disakiti lagi untuk yang ke sekian kalinya. Di sela isak tangisnya dia ingin kembali tapi dengan mengajukan segudang syarat yang tidak mungkin akan terpenuhi. Dan dalam ratapannya dia meminta agar kita menanyakan kabar sang mantan dan menceritakan penderitaannya supaya dia mau kembali. Sebelumnya, berbagai wejangan telah kita berikan namun toh sang teman seperti tidak menghiraukan dan jatuh pada duka yang sama, lagi dan lagi. Pada saat seperti ini, tindakan paling tepat untuk mengobati luka hatinya adalah dengan memberikan nomor telepon seorang laki-laki yang dirasa representatif (sesuai selera sang teman, red.) dan menyuruh sang teman segera menghubungi laki-laki tersebut. Di akhir pembicaraan ucapkan, "Have a nice fuck..."

Catatan: Cara melupakan seorang laki-laki adalah dengan menghadirkan laki-laki lain dalam hidupmu. Ketika hatimu tersakiti karena ulah seorang laki-laki, maka cara terbaik untuk mengobatinya adalah dengan meniduri laki-laki lain yang lebih baik dari laki-laki sebelumnya.

Di hari yang lain, kamu memiliki janji nonoton bareng temenmu yang lain. Dikarenakan satu dan lain hal, kau pun terlambat 12 menit. Walaupun kamu sudah meminta maaf atas keterlambatan tersebut, sang teman tetap cemberut. Sogokan soda dan pop-corn gratis pun tak mempan meredakan amarahnya. Setelah film selesai dan ending cerita tidak sesuai harapannya (well, harapannya adalah menyaksikan sang aktor utama menanggalkan pakaiannya dalam salah satu adegan), temperamennya pun semakin naik. "Rp. 15.000,- yang sia-sia.", demikian katanya. Tidak tahan dengan kelakuannya tersebut, kau pun bertanya, "Ada apa?" Satu per satu alasan ke-be-te-an-nya pun meluncur. Namun demikian, kamu berkesimpulan bahwa semua alasannya tersebut tidak memberinya hak untuk marah-marah seenaknya. Satu pertanyaan kunci yang harus kamu ajukan pada saat seperti itu adalah, "Kapan kamu terakhir ML?" Kalau jawabannya adalah lebih dari 3 hari yang lalu, segeralah temani dia mencari teman kencan di dunia maya. Ketika kemudian terpilih beberapa kandidat dan sang teman sudah siap untuk ketemuan, katakan untuk tidak menunda hal itu dan katakan pula, "Wish you fuck..."

Catatan: Ketika seorang gay dilanda be-te, maka 85% alasannya adalah karena dia belum melakukan hubungan seks.

Di hari yang lainnya lagi, seorang misterius yang telah satu minggu berkenalan via SMS mengajakmu ketemuan. Dari perkenalan via SMS tersebut, diketahui beberapa hal tentang dia yang membangkitkan rasa penasaran (juga hasrat seksual, red.) dalam diri kamu. Setelah memilih waktu dan tempat yang tepat, akhirnya kalian pun mengatur janji bertemu. Seorang teman kemudian menelpon untuk sekadar bergosip ngalor-ngidul. Segera cut pembicaraan itu. Katakan padanya bahwa kamu ada janji dengan seseorang yang kamu sendiri belum tahu penampakan sang teman misterius ini. Berpesanlah pada temanmu itu untuk menelponnya 15 lagi untuk berjaga-jaga siapa tahu orang yang akan kamu temui itu ternyata tidak membuatmu berselera dan dengan demikian kamu bisa berpura-pura bahwa telepon dari temenmu itu adalah telepon penting dari kakak atau ibumu yang mengharuskanmu segera pulang karena ada urusan keluarga. Namun demikian, jangan lupa meminta temanmu untuk mendoakan, "Wish me fuck..."

Pertanyaanya, masihkah kita memerlukan doa ketika akan melakukan dosa? Well...

Tuesday, May 05, 2009

CINTA, SEKS & PERSLINGKUHAN

Seorang teman pernah berfilosofi, "Dalam dunia gay, cinta dan seks adalah dua hal berbeda yang harus dibedakan. Cinta adalah sebuah komitmen kepada pasangan yang harus dijunjung tinggi, dengan atau tanpa seks di dalamnya. Sementara itu, seks adalah sebuah kebutuhan yang dapat dipenuhi, tidak harus dengan pasangan tapi bisa dengan siapa saja." Dahi penulis berkerut. Penjelasan selanjutnya lebih dari membuat dahi berkerut. Katanya, "Itulah sebabnya kenapa gue tetap tidur dengan lelaki lain selain BF dan gue tidak menyebutnya perselingkuhan. Selama hal tersebut dilakukan dengan hati-hati tanpa sepengetahuan sang pacar dan kita lebih mengutamakan kepentingan pacar, no problemo." What?! Kepada sang teman penulis hanya berkata, "Can I just call you a slut?"

Memang benar, dalam dunia gay, seks dapat dilakukan dengan siapa saja tanpa melibatkan hati di dalamnya. Toh berdua mereka suka sama suka, rela sama rela. Kalau pada malam itu mereka ML dan kelak di kemudian hari ketika mereka bertemu lagi dan bertingkah selah tidak pernah terjadi apa-apa, maka hal tersebut sah-sah saja. It's all just a casual sex. No string attached. Lalu apa masalahnya? Ok, di bagian seks-tidak-harus-melibatkan-cinta, penulis setuju. Tapi ketika sampai pada bagian seks yang dilakukan selain dengan BF dan hal tersebut tidak dikatagorikan perselingkuhan, dengan tegas penulis menolak. No Way.

Secara personal, penulis pernah beberapa kali menjadi korban perselingkuhan. Di satu titik penulis pernah berkontemplasi. Apakah ini gara-gara penulis terlalu tinggi mematok keseriusan komitmen yang dijalani dengan sang pacar waktu itu? Apakah penulis tidak terlalu naif dengan mamasang kesetiaan sebagai sebuah harga mati dalam sebuh hubungan? Dan apakah terlalu banyak menonton serial opera sabun sehingga melupakan realita bahwa kesetiaan dalam dunia gay adalah sebuah kemewahan yang tidak semua gay bisa mendapatkannya? Sisi lain dalam diri penulis bersikukuh. Kalau memang bisa menjalani itu semua, lantas apa arti komitmen yang dijalankan? Kalau memang kamu masih mau menikmati seks dengan lelaki lain, tidak usah mengikatkan diri dalam sebuah komitmen.

Seingat penulis, tidur dengan orang lain selain pasangan dengan atau tanpa dilandasi cinta itu masih dikatagorikan sebagai sebuah perselingkuhan dan perselingkuhan adalah sesuatu yang terlarang dalam setiap jalinan cinta, baik homo maupun hetero. Lantas di bagian mana perbuatan tersebut bisa dikatakan no problemo karena ketika perbuatan tersebut diketahui oleh pasangannya, maka sang pasangan akan terluka. Cinta mana yang membiarkan orang yang dicintainya terluka? Ketika seseorang sudah berani tidur dengan orang lain itu pertandan bahwa cintanya untuk pasangan sudah berkurang kalau tidak mau dikatakan luntur sama sekali.

Kepada seorang teman penulis bernah berkata, "Sekali seorang laki-laki berselingkuh maka dia sudah tidak layaklagi untuk dipertahankan. Let him go and find another man."? Menurut pengalaman penulis, memberikan kesempatan kedua hanyalah akan memperdalam luka yang kelak dikemudian hari akan berdarah lagi. Believe me, you'll see...