Saturday, November 15, 2008

PENGALAMAN SEKS PERTAMA

Sebuah teori mengatakan bahwa pengalaman seks pertama seseorang akan sangat mempengaruhi preferensi seksualnya di masa depan. Bagaimana ia merasakan nikmat sensasi seksual pertama kali akan membentuk sebuah bola pikir dalam otaknya bahwa inilah perilaku seks yang ia nikmati dan akan ia ulangi lagi dan lagi.

Ketika seorang laki-laki merasakan sensasi seksual dengan seorang perempuan, maka ia pun akan terobsesi dengan seksualitasnya bersama perempuan dan dia pun akan mengeksplor lebih jauh minatnya tersebut. Dan ketika seorang laki-laki (baik disengaja maupun tidak disengaja) mendapatkan pengalaman seks pertamanya dengan laki-laki, maka sudah hampir dapa dipastikan seks dengan laki-lakilah yang akan ia nikmati. Kalau kemudian umum memberikan cap menyimpang pada perilaku seperti ini, adilkah bila laki-laki tersebut disalahkan mengingat dia hanya menikmati dan mengulang sensasi kenikmatan pengalaman seks pertamanya?

Tidak usah terburu-buru menjawab pertanyaan tersebut di atas. Lupakan dulu permasalahan benar-salah, normatif-tidak normatif, serta konsep dosa dan pahala yang notabene penulis tidak mempunyai kapasitas dalam bidang tersebut. Penulis hanya ingin mengajak kita berpikir luas. Mari kita sejenak berandai-andai. Kepada Anda, laki-laki yang mengaku straight, apa yang akan Anda lakukan jika pengalaman seks pertama Anda adalah dengan laki-laki dan Anda menikmatinya? Tidakkah sekarang ini Anda sudah menjadi gay dan berpetualang seks dengan puluhan laki-laki? Pertanyaan yang sama penulis ajukan kepada laki-laki yang mengaku gay. Kalau pengalaman seks pertama Anda adalah dengan wanita dan Anda menikmatinya, bukankah sekarangpun Anda akan lebih birahi melihat kemolekan tubuh perempuan? Mungkin sekarang Anda sudah menikah dan memiliki anak dan Anda pun akan di-elu-elu-kan sebagai pejantan sejati karena telah memenuhi kriteria stereo-type laki-laki pada umumnya.

Kalau sudah demikian, sepertinya ego dan superioritas antara laki-laki straight dan homo menjadi samar. Kita tidak akan bisa membanggakan ke-straight-an atau ke-homo-an kita karena hal itu menjadi tidak berarti manakala kita memberikan sedikit saja ruang untuk berempati. Masing-masing tidak akan pernah menuduh dan berkeras bahwa preferensi seksual yang ia pilihlah yang benar. Ah, indahnya hidup seperti ini.

Ini semua tentang pengalaman seks pertama. Jadi, berhentilah menghakimi apa lagi ber-eew!-ria terhadap preferensi seksual masing-masing. Time to grow up gays! Sekali lagi, ini semua tentang pengalaman pertama, tidak lebih.

No comments: