Saturday, November 15, 2008

GAY: FROM TIME TO TIME

Pernahkan terpikir oleh Anda bahwa sebagai gay Anda tidak sendirian dalam arti sebelum Anda ada komunitas homo sebagai pendahulu? Pernahkah terpikir pula bahwa sebagai sebuah peradaban, homoseksual telah melewati ups and down untuk mempertahankan eksistensinya seperti sekarang ini? Atau inginkah Anda mengetahui apa yang terjadi pada kaum gay pada suatu masa serta problematika khas yang mereka hadapi pada era tersebut? Mungkin tulisan ini kurang (kalau disebut tidak itu terlalu menihilkan) didukung oleh literatur ataupun penelitian mutakhir. Remember, gay is alway have his own version of anthing. So, just have fun and go read.

Gay Pra-Sejarah
Benarkah dalam era pra-sejarah sudah ditemukan homoseksualitas? Kalau prostitusi disebut sebagau penyakit sosial yang selalu menyertai setiap peradaban manusia dari waktu ke waktu, maka homoseksualitas adalah laten yang siap menjangkit kapanpun. Diamana manusia telah mengeksplor seksualitasnya, maka di sana lah tempat homoseksualitas tumbuh dan berkembang. Mungkin kadar dan tingkatannya masih rendah, hanya sebatas keinginan untuk merasakan bagaimana rasanya berhubungan seksual dengan sesama jenis. Bukankah manusia pra-sejarah adalah pembelajar alam terbaik? Dan kabar baiknya, beberapa hewan yang ada di alam kerap berperilaku homoseksual.

Gay Zaman Feodal
Pada era ini, kekuasaan kaum ningrat memegang peranan penting. Tingginya kasta para raja dibandingkan rakyat jelata membuat penguasa berhak melakukan apa saja terhadap mereka. Kalau sudah begini, apa yang tidak mungkin terjadi? Ya, homoseksualitaspun kemudian bisa disamarkan atas nama mematuhi perintah raja. Lebih jauh, beberapa penguasa sengaja menyumblim homoseksualitas dalam bingkai tradisi. Siapa kemudian yang bisa mengelak?

Gay Era Agama
Ada masanya agama memegang peran penting dalam peradaban umat manusia. Kalau agama dihadirkan dalam kehidupan umat manusia dengan tujuan membuat kehidupan mereka lebih baik, maka hal itu tidak serta merta menghapus homoseksualitas. Umat manusia pada masa itu bisa jadi lebih reliji, namun dibalik semua itu masih banyak kita jumpai praktek homoseksualitas. Di kalangan agama tertentu bahkan bisa kita jumpai bahkan pemuka agamanya-lah yang melakukan praktek tersebut. Sepertinya agama belum cukup ampuh melawan wabah yang satu ini.

Gay Era Revolusi
Pada era ini, perebutan kekuasaan antar negara dengan cara perang kerap terjadi. Bukan hanya antar satu negara dengan negara lain. Beberapa negara yang memiliki kepantingan yang sama kerap bersekutu dan menyerang negara-negara lain demi mendapatkan kekuasaan dan kekayaan. Adalah perang yang membuat negara yang menyerang ataupun yang diserang dilanda ketegangan. Bayangkan, selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun tentara ditempatkan di hutan dalam kesiagaan, kelelahan (baik fisik maupun mental), serta kerinduan terhadap orang-orang yang dicintai, dalam hal ini kerinduan seksual terhadap istri ataupun kekasih wanita. Sex adalah satu-satunya penawar ketegangan yang melanda, sehingga ketika tidak ada wanita, sesama tentarapun kemudian sah untuk saling melepas hasrat birahi.

Gay Era Industri
Jual beli adalah icon yang sangat penting dalam menandai perkembangan era ini. Bukan hanya berbagai macam produk fisik kebutuhan manusia yang diproduksi secara masa, produk kebutuhan psikis (baca: seks) pun diperdagangkan. Ya, apa yang tidak mungkin ketika uang sudah menguasai hidup manusia?

Gay Abad 21
Abad millenium yang ditandai dengan globalisasi informasi seperti membuka pintu gerbang lebar-lebar bagi kehidupan gay. Ya, internet memegang peranan penting dalam memperluas pergaulan homo dalam dunia maya. Chatting kemudian menjadi pengetahuan dasar yang harus dimiliki kaum gay untuk bertahan hidup dalam era ini.

Ke depan, perkembangan dunia homoseksual masih akan terus berkembang dan berkembang lagi. Kita tidak akan pernah tahu apa dan bagaimana perkembangan itu akan terus ber-evolusi mengingat tidak satu pun (bahkan agama sekalipun) yang dapat menghentikannya.

No comments: