Monday, May 18, 2009

KASIH TAK SAMPAI

Dulu, semasa SMA atau mungkin juga kuliah, kamu tentu pernah naksir seorang laki-laki. Kau pun kerap memberikan perhatian, mencurahkan kasih sayang, atau mungkin juga kerap menghabiskan waktu berdua dengannya yang di matanya itu semua tidak lebih dari sebuah persahabatan. Tentu saja, kamu tidak bisa jujur mengatakan perasaanmu kepadanya karena takut akan reaksinya manakalah mengetahui bahwa kamu mencintai dia. Karenanya, kamu pun harus merasa puas hanya dengan menjadi best-friendnya.

Selepas SMA atau kuliah, kalian pun berpisah karena dia harus menlajutkan kuliah atau kerja di luar kota. Di awal perpisahan, kalian masih keep contact baik via SMS ataupun e-mail. Seiring berjalannya waktu serta kesibukan masing-masing, frekwensi kontak SMS atau e-mailpun semakin berkurang dan bisa dibilang lose-contact. Suatu hari, entah setelah berapa tahun tidak terdengar kabarnya, dia kembali menghubungimu dengan sebuah berita mengejutkan. He's got married! Dunia memang tidak berakhir dan kamu pun tidak akan mengakhiri hidupmu demi mendengar berita tersebut tapi tetap saja kamu merasa kehilangan. Meski kamu tahu bahwa romansa cintamu dengan dia tidak akan terwujud, tapi kabar pernikahannya seolah-olah membuat kemungkinan terwujudnya impianmu semakin mustahil. Tidak ada yang dapat kamu ucapkan saat itu selain berpura-pura turut berbahagia, memberinya ucapan selamat, dan mengubur dalam-dalam semua kenangan indah dengannya.

Setelah kabar pernikahan tersebut, dia hanya sesekali memberi kabar yang kau tanggapi dengan dingin. Salah satu kabar yang pernah ia sampaikan adalah bahwa sekarang dia sudah dikaruniai seorang putri cantik. Lagi, kau pun berpura-pura bahagia dan memberinya ucapan selamat. Pada saat itulah matamu terbuka bahwa dia bahagia dengan kehidupan rumah tangganya, bahwa dia laki-laki yang mencintai perempuan, dan bahwa dia sebagai seorang laki-laki telah memiliki segalanya. Arti dirimu di matanya pun menjadi semakin kecil. Kau tidak lebih dari sahabat lama yang pernah hadir dalam satu periode tertentu kehidupannya.

Satu hari, telpon darinya membuatmu berbunga. Dia akan datang ke Bandung dan meminta bertemu denganmu sekalian ingin memperkenalkan anak-istrinya. Tentu saja, kamu tidak sabar ingin melihat wajahnya juga wajah anak-istrinya. Well, dengan kasih tak sampaimu kamu memang kangen dan ingin bertatap muka dengannya sementara dengan anak dan istrinya suara dalam hatimu berkata lain. Kamu ingin membuktika bahwa istrinya tidak lebih menarik dari kamu. Mengenai anaknya, dalam hati kamu ingin melihat wajah anakmu seandanya saja kau dan kasih tak sampaimu menikah dan dikaruniai anak. Is that sounds crazy?

Well, it's too little too late to think about craziness while on the other hand you fucking a gay. Pada hari yang telah ditentukan kamu pun datang di stasiun kereta api seperti janjinya di telepon. And here they are... Sang kasih tak sampai menggendong pitri cantiknya dan di sebelah kirinya seorang perempuan berjilbab menggandeng erat tangannya. Tidak ada peluk erat seperti ketika pertama kali kau mengantarkannya ke luar kota untuk melanjutkan kuliah ataupun bekerja meski saat ini kau berada di stasiun yang sama. Yang ada hanya basa-basi mengenai bagaimana pekerjaan, masih keep contact dengan teman lama yang lain, serta kapan rencana memiliki momongan lagi. Semua terasa berbeda sekarang. Meski di relung hati rasa itu masih ada namun demikian semua seolag tidak ada artinya sama sekali. Kalau dulu dia hanya menceritakan kehidupan keluarganya via telepon yang karenanya di matamu semua tampak sebagai sebuah imajinasi, sekarang semuanya menjadi nyata. Dia telah berkeluarga dan berbahagia dengan anak-istrinya. Pertemuan pun hanya berlangsung setengah jam dan dengan alasan harus kembali bekerja kamu pun pamit.

Dalam perjalanan pulang, kau pun tersenyum. Ah, istrinya yang namanya pun kau tidak ingat sedikitpun, tidak lebih menarik dari kamu. Later, you'll call your friend to bitch about her. Dan wajah lucu anaknya... Ya, akan seperti itulah anakmu kelak seandainya kau menikah dengannya dan dikaruniai keturunan. Hhmmm...

No comments: