Sunday, August 09, 2009

SAME SEX MARRIAGE

Pernahkah Anda tergelitik bertanya, mengapa kaum gay kerap bergonta-ganti pasangan? Mungkin jawaban atas pertanyaan tersebut adalah karena nafsu birahi seorang gay tidak akan pernah terpuaskan hanya dengan satu orang pasangan. Mungkin kaum gay termasuk dalam katagori lelaki yang anti-kemapanan sehingga ia kerap berpindah dari satu lelaki ke lelaki yang lain. Atau mungkin juga karena memang pada dasarnya semua lelaki homo itu brengsek sehingga mereka merasa bangga kalau bisa meniduri lebih banyak laki-laki.

Mungkin ketiga jawaban tersebut di atas adalah opsi yang paling banyak muncul di kepala banyak orang. Namun, pernahkan terpikir di benak Anda bahwa mungkin perilaku gonta-ganti pasangan yang dilakukan kaum gay ini dikarenakan tidak ada lembaga atau institusi yang dapat melegalkan hubungan mereka seperti perkawinan dalam dunia hetero? Mungkin terdengar ekstrem dan mengada-ada, tapi tidak ada salahnya kalau kita membuka sedikit logika agar jawaban tersebut masuk dalam daftar opsi jawaban pertanyaan pembuka artikel ini.

Ingat, pada dasarnya seorang gay adalah manusia juga yang memiliki kebutuhan untuk settle-down. Mereka yang masih berpikir bahwa kaum gay menyukai gaya hidup bergonta-ganti pasangan, sebaiknya berpikir ulang. Kenyataannya, dalam satu titik kehidupan setiap gay pasti pernah merasakan bosan, lelah, dan akhirnya menyerah dengan petualangan dari satu lelaki ke lelaki lain ini. Seperti lelaki hetero, mereka memiliki kemampuan (dan ingin sekali) untuk setia pada satu pasangan, mengarungi hidup bersama orang tersayang, dan menua bersama hingga akhirnya maut memisahkan mereka.

Masalah muncul kemudian ketika kaum gay tidak memiliki fasilitas untuk melegalkan hubungan tersebut. Paling tidak masyarakat mengakui keagungan ikatan diantara mereka meski hal tersebut tidak harus disebut sebagai pernikahan. Paling tidak, ketika masyarakat menghormati (tidak harus merestui) ikatan tersebut, kaum gay memiliki kontrol sosial terhadap komitmen dengan pasangannya. Kalau pernikahan adalah ekspresi perayaan cinta, maka kaum gay pun berhak merayakan cinta yang mereka rasakan, bukan?

Fakta yang menggambarkan kian maraknya perceraian ikatan perkawinan antara pria dan wanita akhir-akhir ini seolah menampar kaum hetero. Bagaimana tidak, di mata kaum hetero, pernikahan bukan saja penyataan ikatan sehidup semati antara mempelai pria dan wanita tapi juga sumpah setia di hapan Tuhan Yang Maha Esa. Sumpah perkawinan tidak lagi sekadar sumpa antara sesama manusia tapi juga antara manusia dengan penciptanya. Karenanya, kaum hetero tidak boleh mempermainkan pernikahan dengan alasan apa pun. Dan ketika terjadi permasalahan dalam pernikahan tersebut, perceraian dijadikan alternative terakhir setelah sebelumnya kedua belah pihak telah menempuh segala cara untuk mempertahankan ikatan tersebut. Toh perceraian tetap saja marak. “Kalau kalian tidak becus menjaga kesakralan ikatan perkawinan, mengapa kalian melarang kelompok lain yang dengan tulus mengaungkan ikatan tersebut?”

P.S.:
Setelah Belanda, Belgia, Canada, dan negara bagian California, sepertinya Indonesia harus segera menyusul melegalkan pernikahan sesama jenis ini. Mengapa? Di samping untuk memfasilitasi keinginan warga negara homo yang kian meningkat jumlahnya, ternyata hal ini juga dapat mendatangkan keuntungan devisa. Bayangkan, Canada sebagai negara tetangga USA kerap didatangi pasangan homo yang menumpang menikah di sana. Dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat dan tentu saja ini dapat menambah tebal perolehan keuntungan devisa bagi Kanada. Indonesia sebagai Negara yang kaya dengan objek wisata, sepertinya dapat mengemas paket pernikahan sesama jenis ini dengan bulan madu ke beberapa objek wisata kita.

Jangan keburu mencibir. Bayangkan saja keuntungan yang akan diperoleh negara dari ide ini. Just think about it!

2 comments:

B said...

Maaf ea Bro, gue sedikit ga setuju ma statement kemungkinan kalo gay suka gonta-ganti hubungan ntuh karena ga ada pelegalan hubungan gay, kalo pada dasarnya gatel ea gatel ajah, mau nikah aja paling dia poliandri huehehehehehehe, kalo menurut gue sih itu mah tergantung kenapa dia menjadi gay? gay yg ingin hidup bersama biasanya adalah gay yg emang dari sononya udah gay, artinya gay itu udah bagian dari jati dirinya. Masalahnya sebagaian besar gay di Indonesia adalah gay akibat traumatik (korban sex abuse) di mana yg mereka rasakan dari menjadi gay itu adalah kenikmatan sex-nya, dan dengan keadaan yg serba abu2 dalam masyarakat itu ngebuat mereka enjoy dengan keadaannya mereka, semisal ada yg ngomong, enaknya jadi gay ya karena gue bisa ML tp takut hamil. Ada juga, gue ga gay, gue biseks, bagi gue ML ma cowok cuma buat fun.

Indonesia melegalkan pernikahan sejenis? Wah 50 tahun lagi pun ga kesampaian kayaknya hehehehehehe.

legalitas suatu hubungan itu adalah kulit, yg penting isinya. Liat aja ada pasangan kumpul kebo bisa punya anak dan eksis hubungan mereka sampe belasan tahun, sedangkan yg merit 3 bulan kadang udah cerai.


Bro, udah gue add di blog list-ku, add gue balik ea ;)

M. said...

ehm gw sih setuju sama opini tobias soal gatel ya

tapi soal gay akibat traumatik sih rasanya ya terlalu menggeneralisir, cuma mau mastiin emang sudah ada survey dan riset ttg kondisi gay di indo ya?

gw juga setuju soal peningkatan devisa sih tapi rasanya nggak akan berpengaruh secara signifikan peningkatannnya