Salah satu ritual wajib kaum gay yang harus dilakukan paling tidak satu bulan satu kali adalah clubbing. Bukan sekadar untuk bersenang-senang dalam hingar dentuman musik serta warna-warni lampu sorot aneka warna, ritual yang satu ini juga dimaksudkan untuk menunjukkan eksistensi. Semakin sering clubbing serta semakin semakin luas jejaring pertemanan yang ia rajut di lantai dansa, maka akan semakin dianggap keberadaan seorang gay dalam komunitasnya.
Lebih dari itu, ada beberapa filosofi lantai dansa yang dirasa pas dengan kehidupan homoseksual kaum gay. Berikut beberapa filosofi lantai dansa di mata gay.
“Be yourself, no matter what”
Satu-satunya tempat di Indonesia yang memungkinkan seorang gay tampil menjadi diri sendiri tanpa takut pandangan sinis orang lain adalah di lantai dansa. Mereka bisa tampil sengondek mungkin kalau mau. Mereka bisa berbahasa banci sebanyak yang mereka inginkan. Dan mereka bisa bebas cuci mata memelototi lelaki tampan sepuas-puasnya. Bagaimana dengan komunitas clubbing yang bukan homoseksual? Bukan hanya permisif, mereka kadang membuka komunikasi dan menjalin pertemanan dengan kaum gay di tempat clubbing. Apakah para wanita itu tidak merasa tersaingi dengan keberadaan kaum gay? Well, kalau bisa berburu lelaki secara bersama-sama, mengapa harus bersaing? Ini semua tergantung dari siapa yang sedang beruntung saja.
“Not that hard to say an apology”
Ketika sedang berdansa, bukan tidak mungkin tangan kita menyenggol tangan orang lain, bahu kita menyeruduk bahu lain, dan kaki kita menginjak kaki orang lain. Refleks kita pun berkata maaf yang dibalas dengan senyuman dan anggukan orang yang kita senggol, seruduk, ataupun injak. Ya, meminta dan memberi maaf di lantai dansa terlihat begitu mudah mengingat tiap-tiap orang memiliki keyakinan sama bahwa insiden tersebut bukanlah sesuatu yang disengaja. Toh, satu saat kaki kita terinjak dan di saat lain kaki kita yang tanpa senagaja menginjak kaki orang lain. Don’t take it personal.
“Life’s too short to spend in the corner”
Hampir semua gay, ketika berada di lantai dansa ia ingin berada di tengah. Bahkan kalau bisa, seorang gay berharap agar lampu dansa semua mengarah padanya sehingga dia lah yang menjadi pusat perhatian malam itu. Unjuk kabisa gerakan dansa termutakhir pun segera digelar untuk membuat decak kagum orang-orang di sekitarnya. Begitulah gay. Di lantai dansa, Anda tidak akan menemui seorang gay hanya termenung di sudut gelap karena ia tahu pukul 04.30 dini hari tepat saat tempat clubbing tersebut tutup akan segera. Di lantai dansa, waktu akan terasa cepat berlalu karenanya kita tidak bisa melewatkan satu detikpun tersia-sia.
“Friends are your life-saver”
Hidden agenda dalam setiap aktivitas clubbing kaum gay adalah mencari pasangan baik untuk dansa or even more, if you know what I mean. Namun demikian, tidak semua laki-laki yang mendekati kita berdansa selalu sesuai dengan selera. Terkadang kita didekati lelaki yang meski sudah kita tolak dengan bahasa tubuh, dia tetap saja berusaha menjadi pasangan dansa kita. Pada saat seperti ini, apa yang harus dilakukan seorang gay? Ia akan mengirimkan sinyal permintaan bantuan pada temannya dan seorang teman yang baik harus cepat tanggap dengan mengambil peran pasangan dansa orang yang tidak kita harapkan tersebut.
“It’s ok to kiss a gay in public”
Kalau melakukan seks di depan publik dikatagorikan kelaianan seksual yang biasa kita sebut eksibisionis, maka tidak demikian halnya berciuman. Jujur, ketika dua orang gay merasakan indahnya cinta, mereka ingin sekali menunjukkan kemesraan kepada dunia. Di belahan dunia barat, pasangan gay dapat menunjukkan kemesraan (misal berciuman) di depan public merupakan hal lumrah yang sudah biasa dilakukan. Don’t event think about it in Indonesia. You know, Indonesia bla, bla, bla… Satu-satunya tempat Anda bisa melakukannya adalah di tempat clubbing. Sekadar berpelukan atau berciuman tentu diperbolehkan karena di lanta dansa tidak ada orang yang merasa suci yang karenanya merasa bertanggung jawab untuk melarang hal tersebut.
Sunday, August 02, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment