Tuesday, August 04, 2009

DAN KUCING PUN MENGEONG

Dalam dunia gay, pramuria (lelaki yang menjajakan tubuhnya kepada lelaki lain) disebut dengan istilah "kucing". Mengapa diistilahkan demikian? Sampai saat ini penulis tidak tahu persis apa yang menjadi alasannya. Mungkin karena kucing dikenal sebagai hewan peliharaan penurut yang selalu bersikap manis di hadapan tuannya. Mungkin karena kucing selalu tampak menggemaskan dengan sikapnya yang suka dimanja. Atau mungkin juga karena kucing memiliki sisi liar dibalik ke-imutan-nya. Entahlah, yang jelas kaum gay bersepaham mengenai penggunaan istilah ini.

Apa alasan mereka mengucingkan diri? Seperti juga pramuria hetero, para kucing menjajakan tubuhnya terutama karena alasan ekonomi. Tentu saja, ini dengan tidak mengesampingkan faktor ikut-ikutan, coba-coba, ataupun memenuhi hasrat petualangan yang bersangkutan. Dunia gay yang bersifat under-cover membuat peluang usaha yang satu ini terbuka lebar. Bagaimana tidak, beberapa gay yang kurang (atau bahkan tidak) bisa bergaul dengan sesamanya untuk mendapatkan free-sex menjadikan prostitusi ini sebagai solusi. Well, mereka memiliki uang dan mereka juga mempunyai kebutuhan.

Berbicara mengenai bayaran, tarif para kucing bervariasi. Mulai dari yang hanya puluhan ribu, ratusan ribu, sampai jutaan. Ini ditentukan dari kualitas (keindahan fisik terutama) dari kucing yang bersangkutan. Semakin tampan dan semakin banyak yang menginginkan, maka akan semakin tinggi pula tarif berkencan dengan sang kucing. Beberapa selentingan yang beredar di komunitas gay menyebutkan bahwa beberapa artis kita pun ada yang memliki side-job sebagai kucing. Dengan popularitas yang dimilikinya sebagai artis, tentu saja tarf kencan kucing yang satu ini bisa mencapai puluhan juga dan Jakarta tetap menjadi pilihan utama para kucing menjajakan dirinya. Ya, di Jakarta banyak sekali orang-orang kaya yang tidak segan mengeluarkan uang untuk melepaskan harsrat seksualnya dan inilah pangsa pasar para kucing.

Ada hal menarik dari jenis prostitusi dalam dunia gay. Seorang kucing akan cenderung mencari inang (orang yang bisa melimpahinya dengan kemewahan, bukan sekadar bayaran sekali kencan) dari pada dia harus menjajakan diri setiap malam. Ya, kita tidak akan menjumpai seorang kucing berkeliaran pada malam hari di jalan ataupun klub malam murahan. Jalur pemasaran jasa mereka lebih pada rekomendasi pertemanan dan ketika merasa menemukan inang seperti yang ia harapkan para kucing akan “menetap”. Istilah untuk hal ini adalah dipelihara.

Tentu saja, jangan mengharapkan loyalitas dan kesetiaan dari seorang kucing karena begitu dia mendapatkan inang yang lebih menjanjikan kemewahan maka dengan segera ia akan berpindah. Tidak hanya itu, sudah menjadi rahasia umum bahwa seorang kucing tidak akan puas hanya dengan memiliki satu orang pemelihara. Kenapa para kucing harus merahasiakan kalau dia memiliki lebih dari satu pemelihara? Ini lebih pada ego (atau kenaifan?) para pemelihara kucing tersebut. Para pemelihara tersebut biasanya menuntut ekslusifitas layanan sang kucing. Merasa dia telah mencukupi semua kebutuhan sang kucing, sang inang merasa telah memiliki kucing yang bersangkutan. Sang inang akan marah besar kalau mengetahui peliharaannya ternyata juga dipelihara orang lain.

Seorang teman yang pernah berkunjung ke rumah salah satu kucing sempat nyeletuk, “Oh, jadi ini hasil dari uang haram yang kau kumpulkan selama ini?” Dengan nada ketus, sang kucing menjawab. “Haram dari mananya? Aku kerja untuk mendapatkan semua ini kok. Diperlukan disiplin dan pengorbanan untuk membentuk tubuh ini agar senantiasa enak dipandang. Dibutuhkan keahlian khsusus yang diperoleh tidak dengan waktu singkat untuk mengetahui cara memuaskan pelanggan di atas ranjang. Dan kita harus menguasai teknik komunikasi yang baik agar klien tidak berpindah ke kucing lain.” Sambungnya lagi, “Haram itu kalau uang yang kita dapatkan dari hasil mencuri. Dosa itu kalau kita menyakiti atau bahkan melakukan tindakan penghilangan nyawa orang. Toh yang aku lakukan selama ini adalah menyenangkan kedua belah pihak, bukan?” Ah, dengar siapa yang bicara.

3 comments:

Farrel Fortunatus said...

kalo uang dari hasil melacur haram ga? he he he...

penumbra said...

trus mereka meong2 di mall ataupun dimana2 yak
hehheee
salam kenal

Anonymous said...

being a gay sudah termasuk haram juga

terus kenapa musti ngeributin profesi pelacur dan hasilnya?

maling teriak maling?