Thursday, June 25, 2009

MERDEKA

Dalam terminologi gay, kata "merdeka" diartikan sebagai penyataan diri tentang preferensi (homo) seksual kepada masyarakat umum. Istilah Inggrisnya coming-out. Memakai kata merdeka mungkin dikarenakan menyimpan rahasia sebagai seorang gay dinilai sebagai sebuah "penjajahan". Ya, kaum homo "terjajah" oleh pendapat hetero yang mengharuskan dia mencintai atau melakukan seks dengan lawan jenis. Pernahkah terlintas dalam benak kaum hetero itu betapa tersiksanya hidup dalam kebohongan? Karenanya, kata "merdeka" dipandang tepat sebagai simbol pembebasan diri, lepas dari kebohongan dan keterkungkungan.

Kalau kaum homo ditanya "Apakah Anda ingin merdeka?", maka sebagian besar jawabannya adalah "Ya." Akan tetapi kalau mereka ditanya "Mengapa Anda tidak segera memerdekakan diri?", maka jawabannya akan beragam. Ada yang beranggapan bahwa hal tersebut tidak perlu mengingat kita tinggal di dunia timur yang masih sangat menabukan homoseksualitas. Ada yang beralasan untuk apa menambah masalah sementara yang ada saja belum bisa kita selesaikan. Dan ada pula yang berpendapat bahwa selama tidak tertangkap basah (misal: orang tua melihat kita tengah bermesraan dengan seorang lelaki dengan mata kepala mereka sendiri), maka kita tidak perlu mengelauarkan statement merdeka.

Sampai saat ini, masih terjadi perdebatann mengenai perlu dan tidaknya seorang gay (di Indonesia, khususnya) merdeka. Mereka yang berpendapat perlu biasanya dikarenakan ketidakmauan hidup berlama-lama dalam kebohongan. Menurut mereka, hidup hanya satu kali dan terlalu disayangkan kalau kesempatan satu kali tersebut diisi dengan kehobongan. Bukankah kita wajib menjadi diri sendiri dan orang lain mempunyai hak untuk mengetahui siapa diri kita sebenarnya?

Bagi mereka yang berpendapat tidak perlu merdeka biasanya dilandasi atas dasar keengganan menjadi pusat sorotan. Dengan menyatakan diri sebagai gay, maka secara otomatis akan membuat hidup kita berada di pusat sorotan lampu suar. Setiap gerak-gerik kita akan diawasi dan bahkan dicurigai. Meski kita telah berbuat kebaikan, umum akan senantiasa menganggap yang telah kita lakukan adalah keburukan dikarenakan preferensi seksual kita yang dipandang buruk di mata mereka. Bukankah dengan demikian kita seperti terlepas dari satu permasalahan namun demikian tertimpa lagi satu permasalahan, bahkan lebih berat?

Dan dengan demikian, perdebatan ini tidak akan kunjung usai. Masing-masing pihak memiliki argumen yang sama kuat dan masuk akal. Hasil pilihan (akapah mau merdeka atau tidak), tidak akan membuat pemilihnya keluar sebagai pemenang atau pun sebaliknya. Mengapa? Berbicara kemerdekaan adalah berkenaan dengan keinginan bukan kebutuhan. Semua gay, tentu saja, ingin hidup merdeka. Namun demikian, tidak semua gay membutuhkan kemerdakaan yang sudah menjadi hak-nya.

PS: Penulis terkadang tidak habis pikir dengan rekan-rekan blogger yang berani menyuarakan problematika gay namun demikian mereka memunculkan foto (di data pribadi) yang bukan gambar wajahnya. What's the point? Kalau kalian tidak bisa merdeka dalam dunia nyata, paling tidak kita bisa melakukannya di dunia maya bukan? So gays, let's go coming out on blog.

3 comments:

chocolate said...

karena dunia maya juga berkorelasi dengan dunia nyata...hehehe

:P

SerasaSore said...

Kebohongan itu kan macem2 juga. Ada yg baik, ada yang buruk.
Berbohong karena menjaga nama baik keluarga, menyenangkan hati orang tua,menjadikan diri lebih terkontrol, itu bukan hal yg buruk kan. Yahhh jadi ngga percuma berbohong kalo yg ngerasain manfaatnya adalah orang2 yg mencintai dan kita cintai. Love u mom...

Ed said...

Being gay is not a choice
But Being 'come out person', you may choose ur path as best as u need