Sunday, June 28, 2009

GREAT SEX

Ini pertanyaan untuk kaum heteroseksual. Pernahkah Anda bertanya, "Mengapa gay kerap bergonta-ganti pasangan seks?" Jawabannya tidak lain adalah "Just to find the great sex." Mungkin ini adalah konsep yang sangat sulit dipahami oleh kaum heteroseksual mengingat sebagian besar dari meraka menerima seks apa adanya dari suami atau istri yang dinikahinya. Satu kalipun mereka tidak memiliki kesempatan untuk membandingkan kenikmatan seks dengan lebih dari satu orang. Lebi parah lagi, mereka bahkan tidak tahu seperti apa great sex itu. Sebauh fakta klinis menyebutkan, beberapa wanita malah tidak pernah merasakan orgasme dari hubungan seks yang dilakukan dengan suaminya. Shocking, huh?

Just to find the great sex, that's all. Ketika seorang gay berhubungan seks dari satu laki-laki ke laki-laki lain, ini bukan dikarenakan dia jalang atau semacamnya. Sebut saja ini adalah sebuah pencarian dalam hidup seperti halnya kaum materialistis yang mengabdikan hidupnya untuk mengumpulhan harta benda atau para ilmuwan yang terobesesi mengungkap semua tabir ilmu pengetahuan di jagat raya ini.

Lantas, seks seperti apa yang dapat dikatakan sebagai "The Great Sex" sehingga kaum gay membutuhkan banyak sekali pasangan seks untuk menemukannya? Dalam dunia gay (tanpa menutup kemungkinan kaum hetero juga meng-amin-i-nya), paling tidak ada tujuh kriteria yang harus dipenuhi agar sebuah seks dapat mencapai lavel "Great".

Chemistry
Ini akan mempengaruhi penilaian keseluruhan kriteria. Ini pulalah yang kemudian akan membuat penilaian "The Great Sex" tidak lagi berimbang. Mungkin saja partner seks yang bersangkutan kurang menguasai teknik bercinta, tapi karena rasa suka sudah mendominasi maka yang bersangkutan akan menyebutkan bahwa seks yang dilakukannya tadi malam tergolong memuaskan. Chemistry ini akan semakin mendominasi manakala diterapkan pada konsep realationship. Siapa sih yang mau blak-balkkan mengatakan, "Ah, pacar gue payah di ranjang." Hampir dapat dipastikan tidak ada. Sebenarnya kalau mau jujur, kita akan menemukan beberapa kekurangan yang ada di diri pacar kita berkenaan dengan seks. Entah ukuran alat kelaminnya yang tidak terlalu besar ataupun daya tahan bercintanya yang tidak terlalu lama. Tapi semua itu termaafkan karena kita mencintainya.

Kissing
Dalam dinamika seks bebas kaum gay, tidak semua aktivitas seks melibatkan ritual yang satu ini. Padahal, kissing merupakan simbol kenyamanan, kepercayaan, dan serta koneksitas emosi yang mendalam. Terdengan konyol memang ketika seorang gay tidak mau berciuman dengan partner seksnya dikarenakan "jijik" harus bertukar air liur sementara pada saat hampir bersamaan bagian tubuh yang lain asyik-masyuk dan dia menikmatinya. Namun demikian, kita tidak bisa memaksakan berciuman pada partner yang memang tidak mau melakukannya.

Partner Berimbang
Adalah pasangan seks yang tahu apa yang harus ia lakukan di ranjang. Karenanya, kita tidak lagi harus menuntunnya melakukan ini dan itu. Hal ini tidak akan kita dapatkan dari partner seks pemula yang masih harus banyak belajar. Beberapa gay malah terang-terangan menolak berhubungan seks dengan para pemula dengan alasan dia tidak memiliki waktu untuk memberikan pelajaran seks. "Belajarlah dulu, nanti kalau sudah mahir baru undang aku.", demikian pesannya kepada sang pemula. Selain itu, partner seks yang baik adalah yang tidak egois. Sering kali beberapa partner seks hanya ingin dipuaskan tanpa ada itikad baik untuk memuaskan balik pasangan seksnya.

Penguasaan Teknik Bercinta
Ini memang memerlukan jam terbang bercinta yang tinggi mengingat tidak ada satu lembaga pendidikan pun yang mengajarkannya. Singkatnya, ini adalah proses learning by doing. Setiap orang memiliki gaya favorit. Penguasaan berbagai macam gaya bercinta akan lebih mengakomodir keinginan pasangan seks dengan berbagai gaya kesukaan masing-masing.

Ukuran Alat Kelamin
Yang mengatakan bahwa ukuran tidak begitu penting adalah orang munafik. Bagaimanapun juga, ukuran alat kelamin menentukan kenikmatan seksul (bagi para bottom tentu saja). Sudah menjadi rahasia umum kalau satu orang bottom mendapatkan partner seks yang memiliki ukuran alat kelamin di atas rata-rata maka sudah hampir dapat dipastikan ia akan merekomendasikannya kepada teman-temannya sesama bottom. Tujuannya tidak lain adalah untuk membuktikan seberapa hebatkah ia menjadi bottom dengan dapat atau tidaknya meng-handle sang Mister Big.

Durasi
Rata-rata, durasi normal penetrasi (bukan termasuk foreplay) adalah 20 sampai dengan 30 menit. Bagi mereka yang dapat tetap "On" lebih dari itu, jangan dulu berbgangga diri sebagai pejantan tangguh. Menurut seksolog, hal tersebut dapat menjadi indikator ketidaknormalan yang bisa jadi diakibatkan oleh penyumbatan pembuluh darah. Selain itu, sehebat apapun seorang bottom, dia akan merasa kesakitan, linu, atau ngilu kalau tetap dipenetrasi lebih dari 30 menit apalagi kalau dia ejakulasi terlebih dahulu.

Afterplay
Dalam berhubungan seks, foreplay adalah sesuatu yang jarang sekali dilewatkan. Bagaimana tidak, foreplay adalah gerbang pembuka untuk melangkah ke step bercinta selanjutnya. Berbeda halnya dengan afterplay. Kebanyakan gay (apalagi yang bercinta dengan pasangan one nite stand), melewatkan hal ini meski penting dan tetap menjadi indikator "The Great Seks".

Ketika bercinta, seorang gay akan memberikan pembobotan tentang kualitas seks yang dilakukannya. Ketika tidak semua point tersebut di atas terpenuhi, maka ia hanya akan memberikan bobot setengah atau bahkan seperempat. Namun ketika semua kriteria tersebut terpenuhi, maka ia akan memberikan bobot satu atau bahkan lebih ketika kepuasan bercintanya melebihi yang ia harapkan. Jadi pada keesokan hari, seorang gay akan bercerita kepada temannya seperti ini. "Ah, ML gue semalem cuman diitung setengah.", dengan ekspresi tidak puas atau "Yups, tadi malem gue ML dan dihitung satu.", dengan ekspresi ceria atau "You know what? ML gue semalem dihitung 3, if you know what I mean...", dengan ekspresi berbinar yang diikuti mentraktir teman-temannya sebagai bentuk syukur dan berbagi kebahagiaan.

No comments: