Wednesday, February 25, 2009

YOU ARE WHAT YOU FUCK

Kau tahu, berapa kali dalam sehari seorang gay bergosip tentang berbagai hal baik via telepon ataupun bertemu langsung dengan teman satu gengnya? Jawabannya adalah tidak cukup satu kali. Apakah kau tahu, berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam satu kali sesi gosip seperti tersebut di atas? Jawabannya adalah lebih dari satu jam. Dan apakah kamu juga tahu, apa saja yang dibicarakan para gay ketika bergosip-ria? Jawabannya ada tiga hal yaitu seks, seks, dan seks.

Dalam satu sesi gosip mengenai seks-teraneh-yang-pernah-dialami, seorang teman mencak-mencak. "Iya tuh, ngakunya aja straight. Eh, pas aku oral dia malah keenakan. Pas penisnya aku pake-in kondom, dia diam saja. Dan ketika aku turun-naik di atas penisnya, dia tidak menolak, bahkan menggelinjang kenikmatan. Well, darimana dia bisa disebut straight, coba?"

Mendengar hal itu, penulis tertawa lebar. "Boys will be boys..." Mereka kadang munafik dengan mendefinisikan diri sebagai biseksual. Ketika ditanya apakah dia menikmati seks dengan laki-laki, dijawabnya ya. Ketika ditanya apakah dia pernah ML dengan perempuan, dijawabnya tidak. Ketika ditanya kenapa, dijawabnya karena perempuan itu harus dijaga kesuciannya dan tidak boleh 'disentuh' kecuali sudah resmi dinikahi. "What a double standard, isn't it?!"

Dari kasus tersebut di atas, denifinis biseksual pun kemudian menjadi baur antara menikmati seks dengan laki-laki serta keenggenan disebut sebagai homoseksual namun pada saat yang bersamaan dia tidak meu atau tidak berani melakukan seks dengan perempuan. Atau kalaupun ada seorang laki-laki yang melakukan seks dengan laki-laki dan perempuan, dia lebih suka disebut biseksual walaupun kalau disuruh memilih nikmat mana antara seks dengan laki-laki atau seks dengan perempuan, dia tidak dapat menentukan piliha. Katanya, "Seks dengan laki-laki atau pun seks dengan perempuan memiliki kelebihan masing-masing." Ah, tidak menjawab pertanyaan.

Jujur, pebulis berpendapat bahwa konsep biseksual adalah sebuah konsep abu-abu yang sengaja diciptakan untuk menyamarkan identitas seksual pelakunya sehingga ia nampak sebagai laki-laki normal. Bisa dibilang, penulis tidak mengakui konsep biseksual seperti yang dianut beberapa laki-laki (lagi, yang oleh penulis) disebut sebagai kemunafikkan.

Kalau boleh jujur, si laki-laki pasti bisa menentukan jenis pilihan seks yang lebih nyaman bagi dirinya. Mungkin dia menikmati keduanya, tapi tentu dia memiliki preferensi kenikmatan seks, dengan laki-laki atau perempuan dan disitulah letak identitas seksual yang bersangkutan sebenarnya. Adalah sebuah penghinaan bagi seorang gay mendengar partner seksnya berkata "Aku bukan gay." padahal baru semenit yang lalu penisnya keluar masuk di lubang pantatnya. Hallooo.....

Jadi, preferensi seksual seseorang dilihat dari dengan siapa dia melakukan seks. Ketika dia melakukan seks dengan sesama jenisnya, dia disebut sebagai homoseksual. Ketika dia melakukan seks dengan lawan jenisnya, dia disebut hetero seksual. Titik. Ketika kemudian dia melakukan variasi dengan melakukan petualangan seks dengan jenis yang di luar preferensi seksualnya, maka hal tersebut tidak serta merta membuatnya menjadi biseksual. Sebut saja hal itu sebagai sebuah percobaan yang karenanya pada saat dia melakukan hal tersebut dia akan disebut sebagai homoseksual (ketika dia heteroseksual meniduri sesama jenisya) atau heteroseksual (ketika homoseksual meniduri lawan jenisnya). Simpel bukan?

2 comments:

Anonymous said...

i dont agree tuh.
konsep gay, bisexual, lesbian, straight, itu adalah orientasi seks seseorang.
kalo pun dia menikmati sex sesama jenis, belum tentu dia gay. sex is pleasure, rite? pake tangan sendiri aja enak, apalagi pake mulut orang.
yang pasti pelaku sex sejenis, atau melakukan homosexual activity, belum tentu dia gay atau bisex, tolong dibedakan.
banyak kok straight yg dioral or ml ama waria, mereka melakukan homosexual activity loh, tp ga bisa dibilang gay/bisex kan?

Anonymous said...

yang penting enak n enjoy keduanya,apapun orientasinya,enok