Thursday, May 08, 2008

GAY & PROSTITUTE (Pt. 1)

Dunia gay sangat terkenal dengan seks bebasnya. Mulai dari perkenalan di tempat umum, perjumpaan maya di chat room, sampai transfer nomor telepon antar teman; semua bisa berujung pada seks. Ya, seks semalam yang dilakukan di tempat, dengan orang, serta variasi gaya yang berbeda tiap malamnya. Thank God, gay tidak bisa hamil sehingga free sex yang dilakukan dapat dinikmati tanpa ada perasaan was-was karena tuntutan tanggung jawab.

Berbicara masalah free, benarkah seks dalam dunia gay benar-benar free? Well, ternyata tidak sepenuhnya benar. Sama seperti di dunia hetero, dunia homo juga mengenal prostitusi atau seks yang diperdagangkan.

Dari kaca mata umum kita dapat melihat beberapa gay (waria, red) yang mencari penghidupan dari menjajakan seks. Mereka berdandan semenarik mungkin untuk menarik perhatian laki-laki yang menginginkan petualangan seks yang berbeda. Ya, mereka adalah jenis pristitusi yang secara terang-terangan dilakukan oleh para gay untuk mendapatkan uang.

Selain prostitusi yang dilakukan secara terang-terangan tersebut, banyak sekali ragam prostitusi terselubung yang kerap dipraktekkan kaum gay. Misalnya saja mereka yang menyamarkan kegiatan prostitusinya dalam paket pijat. Ya, pijat plus-plus. Pada intinya mereka mungkin hanya menawarkan jasa pihat. Tapi bagi para klien yang menginginkan jenis reksasi yang lebih manjur (seks), mereka pun menyediakannya. Sebut saja, sambil menyelam minum air atau sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui. Seperti jenis prostitusi sebelumnya, jenis ini pun dilakukan dengan fair. Ada pembicaraan di awal mengenai tarif dan layanan yang disepakati bersama.

Jenis prostitusi lain. Beberapa gay memanfaatkan potensi yang dimiliki (misal tanpang rupawan, skill dalam hal ml, atau ukuran alat kelamin yang di atas pria kebanyakan) untuk mengeruk uang dari partner seks yang ia temui. Pria jenis ini kadang tidak membicarakan tarif di awal dengan calon partner seksnya. Ia hanya menagih bayaran ketika mereka selesai ML. Pria yang menjadi kliennya bakalan kaget karena tidak ada pembicaraan di awal mengai hal ini. Tapi karena ia telah merasakan kenikmatan seksual ataupun sedikit mendapatkan ancaman, toh akhirnya keluar juga uang yang diminta.

Dalam dunia gay, kita juga mengenal istilah brondong yang senantiasa mengeruk materi dari pria yang kepincut olehnya. Walaupun kegiatan mereka mati-matian tidak mau disebut sebagai prostitusi, sedikit banyak ada kemiripan antara keduanya. Ya, dua-duanya melibatkan materi sebagai isu sentral hubungan diantara keduanya. Ada uang abang di sayang, tidak ada uang abang di tendang. Tentu saja, uang bukan satu-satunya hal yang menjadi alat tukar kepuasan seks yang didapatkan. Kadang bisa berupa outfit bermerk, handphone, ipod, laptop, atau bahkan biaya pendidikan bagi sang brondong.

Ada juga sebagian gay yang dengan murah hati memberikan 'ongkos pulang' pada partner seksnya setelah mereka melakukan ML. Tidak ada perjanjian apapun mengenai hal ini dan seks yang mereka lakukan benar-benar atas kehendak bersama dan berdasarkan suka-sama suka. Tidak ada keharusan membayar atau dibayar. Pada titik ini, hubungan mereka tidak bisa disebut prostitusi. Namun ketika (meski tidak diminta) ada pihak yang menyerahkan sejumlah uang dan pihak lain menerima tanpa menolak uang tersebut, maka resmilah hubungan tersebut disebut sebagai prostitusi.

Demikian beberapa jenis prostitusi yang bisa kita temui dalam dunia gay. Tulisan ini tidak bermaksud menghakimi. Tulisan ini hanya ingin mengungkap fakta betapa dekatnya dunia gay dengan praktek prostitusi.

No comments: