Monday, March 03, 2008

NGONDEK

Pada orang-orang heteroseksual, komposisi serta pembagian hormon testosteron dan estrogen jelas dan signifikan. Pada laki-laki, dominasi hormon testosteron sangat kentara. Demikian pula halnya perempuan yang didominasi hormon estrogen. Lalu, bagaimana halnya dengan orang-orang homoseksual?

Pada orang-orang homoseksual (dalam hal ini laki-laki gay) pembagian hormon tersebut tidak teratur, cenderung acak, dan komposisinya hampir sama besar. Jangan tanya mengapa karena penulis sendiri tidak tahu jawaban atas pertnyaan tersebut. Yang dapat penulis kemukakan hanyalah bukti dari ketidakteraturan komposisi hormon testosteron dan estrogen pada seorang gay.

Pada diri gay kita bisa melihat perpaduan imbang antara hormon testosteron dan estrogen itu pada perilaku kesehariannya. Walaupun seorang gay tampil maskulit, kita tidak bisa menutup mata atas sisi feminim yang ia tunjukan dalam berbagai tindak perilakunya. Lihat saja hobby mereka memasak, merawat aneka tanaman, menyukai lagu-lagu dari diva nasional maupun internasional, serta mudah tersentuhnya emosi mereka ketika menonton adegan-adegan romantis dalam film yang tak jarang membuat mereka menangis. Orang-orang kemudian menyebutnya banci atau dalam terminologi gay disebut ngondek.

Pertanyaanya kemudian adalah, "Apakah semua semua gay ngondek?" Absolutelly! "Really?" Yeah! Memang, ada beberapa gay tidak mengekplorasi sisi feminim dalam dirinya. Inilah kemudian membuatnya sangat menjaga perilaku di depan umum. Tidak jarang ada di antara mereka yang menyangkal bahwa ia memiliki sisi feminim dalam dirinya. Well, it's ok. Tidak ada yang perlu dipaksakan dalam hal ini. Hanya saja, mari kita mencoba bertanya pada diri sendiri. Ketika kita menyukai sesama jenis, bukankah itu merupakan sebuah ekspresi feminim yang tanpa sadar kita nikmati?

Masih ada yang menyangkal? Ok. Statement berikut mungkin akan membantu. "Semua gay memiliki sisi feminim dalam dirinya. Itu pasti. Itu absolut. Yang menjadi relatif adalah kadar dan intensitas tiap gay mengekspresikan sisi feminim dalam dirinya. Ada sebagian gay yang mengeksplor sisi feminim (ngondek)-nya secara all out. Ada sebagian gay yang menjadikan ritual ngondek hanya ketika berada dalam komunitas tertentu. Dan ada pula gay yang secara malu-malu dan mati-matian menekan hasrat ngondeknya tersebut. Well, apapun kapasitas dan intensitasnya, semua gay tidak bisa tidak disebut ngondek.

So, selamat ngondek!

1 comment:

E'NOK said...

capung ah bo kita ngondek bareng EMMBERRRRRR!!! HIHIHIHI