Tuesday, August 05, 2008

THEY DON'T KNOW OR DON'T WANT TO KNOW?

Menjadi gay adalah sesuatu yang harus kita tutup-tutupi. Karenanya hari-hari kita disibukkan dengan jaga image dan kekhawatiran apakah orang-orang di sekitar kita mencium gelagat ke-gay-an kita. Kita sibuk dengan menebak, "Kira-kira, mereka tahu tidak ya?" Pertanyaannya, sebaik apa usaha kita menyembunyikan jati diri sehingga tidak ada sedikitpun kemungkinan orang di sekitar kita mengetahui ke-gay-an kita?

Mengenai hal ini, ada kisah menarik dalam serial "Ugly Betty" yang dapat kita ambil pelajaran. Dikisahkan, Marc sang asisten flamboyan (dan gay tentu saja) dipusingkan dengan kedatangan sang Bunda ke kantornya. Bagaimana tidak, dia harus berpura-pura memiliki pacar perempuan. Selama ini, Amanda-lah (sang resepsionis tengil) yang bertugas menjadi "pacar perempuan" Marc. Dikarenakan Marc terlanjur menjelek-jelekkan Amanda di depan sang Bunda, Marc pun berpura-pura telah putus dari pacar pura-puranya. Nah, Marc pun kalang kabut ketika tiba-tiba yang Bunda nongol di depan meja resepsionis. Naluri iseng Amanda bekerja. Pada ibunda Marc, Amanda berkata bahwa Marc sudah memiliki pacar baru. Untuk menyiksa Marc, Amanda tentu menyebutkan nama Betty (yang kebetulan lewat) sebagai kekasih baru Marc. Keisengan Amanda tidak berhenti di situ, ia mengangkat telepon Betty (yang tertinggal di meja resepsionis). Di seberang sana, Ayah Betty menelpon. Amanda pun menyambungkan telepon dari ayah Betty tersebut dengan ibunda Marc. Tentu saja, akhir dari perbincangan itu adalah janji makan malam di rumah Betty sebagai sarana mendekatkan kedua orang tua yang segera berbesanan tersebut.

Makan malam pun tiba. Dengan segala sandiwara Betty dan Marc berusaha meyakinkan bahwa mereka adalah pasangan yang bahagia. Namun demikian, semua mendadak kacau manakalah kakak dan keponakan Betty bergabung dalam acara makan malam tersebut dan berusaha membongkar sandiwara tersebut dengan melontarkan komentar-komentar nyerempet. Keadaan semakin kacau ketika Daniel yang oleh kakak Betty disebut sebagai mantan pacar Betty datang untuk menunjukkan artikel yang dibuatnya kepada Betty. Tidak berhenti di situ, ibunda Marc tak henti berkomentar tentang keluarga Betty. Mulai dari kakak Betty yang hamil di luar nikah, ayah Betty yang seorang imigran gelap, serta keponakan Betty yang bertingkah kemayu. Yang terakhir ini yang kemudian membuat Marc berang.

Di puncak kemarahannya, Marc meminta bundanya berhenti mengomentari keponakan Betty yang kemayu dan melihat anak laki-laki dihadapannya. Apa jawaban sang bunda? Ia bilang, "Marc, jangan berani kau mengatakan hal itu (bahwa Marc gay)." Marc mencoba meyakinkan ibunya bahwa begitulah dia sebenarnya, dia nyaman dengan hal itu dan ingin ibunya tahu siapa dia sebenarnya. Bunda menolak, "Ibu memilih tidak tahu daripada tahu dan kemudian kehilangan anak laki-laki favorit ibu." Sang ibu pun pergi meninggalkan kesedihan di hati Marc yang biasa tampil ceria.

Melihat adegan tersebut, penulis berkesimpulan bahwa mungkin saja orang-orang teredekat di sekitar kita mengetahui atau paling tidak mencium gelegat ke-gay-an kita. Kita bisa saja serapih mungkin menyimpan jati diri kita, namun demikian sedikit kecurigaan itu pasti ada di benak orang-orang sekitar kita. Namun demikian, setelah mereka tahu atau paling tidak sekadar curiga, apa yang terjadi kemudian? Sebagaian dari mereka mungkin akan mencari tahu lebih lanjut, ada yang mengabaikan kecurigaan dalam benaknya, dan ada juga yang memilih tidak mau menghadapi fakta bahwa kita adalah seorang gay. Biarlah dalam benak mereka kita adalah seorang anak laki-laki normal yang bertingkah kemayu. Bagi mereka, melihat kita mengakui jati diri kita adalah sesuatu yang menyakitkan dan karenanya mereka memilih tidak mengetahuinya.

Well, menjadi merdeka (dengan mengakui diri sebagai gay) ternyata tidak semudah kelihatannya. Mengapa? Karena ini tidak hanya berkaitan dengan kita tapi juga orang-orang di sekitar kita yang menyayangi kita sebagai seorang laki-laki normal dan tidak ingin terluka dengan membuka mata mereka dan melihat kita mengakui ke-gay-an kita. Hhmmm...

No comments: