Monday, August 25, 2008

LOVE OR LUST?

Banyak orang (terutama mereka yang mengaku straight) menanyakan, "Apakah benar dalam dunia gay dapat ditemukan cinta sejati?" Mereka ragu bahwa rasa suka dan sayang yang dialami kaum gay merupakan cinta yang sesungguhnya. Bukan tidak mungkin cinta yang mereka rasakan tersebut hanyalah luapan birahi semata. Bagaimana mungkin keagungan cinta dapat dirasakan oleh dua manusia sesama jenis yang notabene dikutuk oleh norma dan agama.

Mungkin cinta yang dimiliki kaum gay bukanlah cinta se-hidup se-mati seperti yang dimiliki Ross dan Jack dalam Film Titanic. Mungkin cinta yang dimiliki kaum gay tidak se-indah jalinan kasih Tita dan Adil dalam novel Eiffel I'm in Love. Dan mungkin cinta yang dimiliki kaum gay tidak se-melegenda Rama dan Sinta dalam dongeng Ramayana. Namun demikian, mereka berhak merasakan cinta yang sesungguhnya. Menjawab pertanyaan "Apakah cinta sejati ada dalam dunia homo?", jawabannya adalah "Ya, tentu saja ada." Pertanyaan selanjutnya kemudian adalah, "Kapan kita bisa mencari atau bahkan mengetahui bahwa cinta yang kita rasakan adalah sebuah kemurnian dan kesungguhan cinta sejati?" Tidak mudah menjawab pertanyaan yang satu ini.

Bukan tanpa sebab ketika ketulusan cinta dipertanyakan keberadaannya dalam dunia homo. Kisah percintaan homo kerap diwarnai petualangan, perselingkuhan, serta kebohongan. Entah berapa banyak kaum gay yang telah menjadi korban permainan cinta ini. Namun demikian, para pencari cinta sejati tidak akan kapok apalagi berhenti mencari cinta sejati dalam hidupnya. Sementara mereka (kaum gay) yang menikmati semua fasilitas perualangan dan permainan cinta dunia homo menjadikan hal tersebut sebagai pembuktian jati diri. "Lihat sudah berapa banyak laki-laki yang aku tiduri." Atau, "Coba cek daftar laki-laki yang pernah menjadi pacarku. I'm awesome or what?!" Tanpa mereka sadari, mungkin salah satu dari cinta yang mereka sia-siakan adalah sebuah kesungguhan dan ketulusan. Mereka tidak tahu apa yang telah mereka lewatkan.

Kalau mau jujur, pengaburan makna cinta oleh birahi semata bukanlah monompoli percintaan homo. Dalam dunia hetero hal tersebut kerap terjadi pula. Lebih parah, korban permainan cinta ini tidak hanya melibatkan sang lelaki dan san perempuan saja. Kalau tidak berhati-hati, petualangan cinta mereka dapat menyengsarakan pihak ke-tiga yang tidak berdosa misalnnya anak buah petualangan cinta mereka. Ketika kesucian lembaga pernikahan tidak lagi menghalangi seseorang untuk berselingkuh misalnya, apakah hal ini juga tidak mencemari kemurnian cinta hetero? Sekadar pemuasan nafsu tanpa melibatkan perasaan pun menjadi dalih kabur yang sulit dimengerti. Kita juga masih harus mempertanyakan alasan berpoligami yang dilakukan laki-laki hetero. Benarkah hal itu semata karena sunah ataukah nafsu semata?

Love or lust? Nampaknya, pertanyaan tersebut bukan monopoli kaum gay semata. Di era dunia serba bebas ini, siapa yang tidak mempertanyakan kemurnian cinta. Bukan hanya mereka yang sedang mencari cinta, bagi kita yang telah menemukannya pun terkadang kerap mengajukan pertanyaan, "Apakah cinta yang kita miliki dan bina selama ini adalah cinta sejati?" Ah, seandainya cinta yang kita miliki memiliki label yang menjelaskan kualitas serta tanggal kadaluarsanya, tentu kita tidak akan se-buta ini dalam mengenali cinta sejati.

No comments: