Thursday, October 16, 2008

TOO YOUNG TO BE GAY

Kalau dalam dunia gay kita tidak mengenal istilah berhenti, bertaubat,, sembuh, ataupun terlalu tua untuk menjadi gay, apakah ketika seseorang meletek kita mengenal istilah terlalu mudah atau terlalu dini?

Dalam sex-record seorang gay, menjadi orang pertama dalam memberikan pengalaman seksual (baca: meletekin) adalah sesuatu yang bagi sebagian gay dianggap membanggakan dan layak dipamerkan. Karenanya kita mengenal istilah berburu 'berondong' se-'berondong-berondong'nya. Semakin muda usia sang berondong maka semakin tinggi pulalah prestise yang akan didapat seorang gay yang berhasil meletekin 'berondong' tersebut.

Pertanyaannya, apakah ada standarisasi usia minimal seorang 'berondong' yang masuk katagori beleh dipeletekin? Mengingat kita juga mengenal istilah pedofili yang dianggap sebagai sebuah tindakan kriminal. Apakah kemudian seorang seorang gay yang meletekin 'berondong-berondong' belia bisa dikatagorikan pedofil manakala tidak didefinisikan secara jelas mana usia 'berondong' dan mana usia anak-anak.

Seyogyanya, pengalaman seks pertama seorang berondong didasarkan pada kerelaan melakukan tanpa ada sedikitpun unsur paksaan. Bila kriteria ini terpenuhi, sudah hampir dapat dipastikan bahwa pengalaman pertama tersebut akan dikenang sebagai sebuah fase baru dalam menentukan preferensi seksual sang 'berondong' kelak di kemudian hari. Selain itu, proses penerimaan oleh diri sendiri seseorang menjadi gay akan lebih mudah sehingga ia akan dengan sadar memilih dan menikmati gaya hidup homoseksual yang akan dijalankannya kelak.

Berbeda dengan kasus pedofil. Anak-anak korban pedofil sudah hampir dapat dipastikan akan mengalami trauma kejiwaan. Pengalaman seks pertamanya dengan laki-laki akan menjadi mimpi buruk yang akan menghantui sepanjang hidupnya. Mungkin saja ada beberapa korban pedofil ini yang kelak di kemudian hari akan memutuskan menjadi gay. Namun hal ini telah melalui proses yang sulit dan keputusannya tersebut akan dinilai sebagai sebuah trauma, bukan keputusan yang didasarkan pada kerelaan dan kesadaran preferensi seksualnya.

Kalau sudah begini, rasanya kita sebagai kaum gay harus memutuskan kesepakatan berasa usia dini seorang yang telah dikatakan memadai untuk mendapatkan pengalaman seks pertama dengan seorang pria. Berbiacara mengenai hal ini, kita dihadapkan pada sebuah realitas dimana tingkat perkembangan emosional, rasional, dan hormonal tiap anak berbeda. Mungkin saja anak A yang berumur 12 tahun dianggap telah matang secara seksual mengingat stimulus lingkungan sekitarnya yang memang lebih terbuka mengenai seksualitas. Anak seperti ini sudah memasuki tahap eksplorasi seksualitasnya. Karenanya, ketika kita menawarkan pengalaman seks pertama kita tidak akan dicap sebagai pedofil mengingat kedua belah pihak berada di posisi pencari dan pemberi pengalaman pertama. Berbeda halnya denga anak B misalnya yang telah berumur 15 tahun tapi dia masih terisolir dengan informasi seksual. Karenanya ketika kita menjadi pemberi pengalaman seks pertama, kita akan dianggap sebagai penjahat yang telah membawa sang anak pada tahap yang belum semestinya ia masuki. Karenanya sah saja kalau kemudian umum menganggap ini sebagai sebuah tindak kejahatan.

Jadi, bagi Anda yang berniat memberikan pengalaman seks pertama, sebaiknya berhati-hati jangan sampai tindakan tersebut dikatagorikan sebagai tindak kejahatan. Bermainlah secara halus dengan sedikit demi sedikit memberikan informasi dasar seputar seksualitas sesama jenis. Makan waktu memang tapi hal ini akan sebanding dengan sensasi yang akan Anda rasakan.

No comments: