Thursday, March 19, 2009

BE A MAN?

Jangan lupa, stay tune di chanel Global TV setiap hari Jumat pukul 19.00 wib. Ada acara spektakuler bernama "Be A Man" yang menampilkan 25 waria yang katanya akan ditempa menjadi laki-laki sejati melalui pembekalan berbagai pengetahuan kemiliteran seperti wawasan nusantara, dasar kemiliteran, kepemimpinan, pengenalan senjata, survival, dan terjun payung. Tak ayal, para waria tersebut harus rela kulit indahnya bergelimang lumpur dan keringat, kulit putih mulusnya gosong terbakar matahari, serta rambut panjang indahnya kusut masai tak sempat tertata. Semua demi apa? Tidak lain untuk mengejar predikat sebagai lelaki sejati. Sungguh sebuah cita-cita yang mulia.

Apakah pada prakteknya tujuan mulia tersebut dapat diaplikasikan? Jangan terlalu berharap karena apa yang akan kita saksikan pada episode-episode reality show tersebut tidak lain adalah sebuah adalah sebuah setting yang memang ditujukan untuk memancing kelucuan-kelucuan sarkastik khas para banci yang akan membuat kita terpingkal-pingkal. Sebuat saja ke-latahan yang kerap terloncat dari mulur para waria tersebut ketika mereka dikejurkan oleh sesuatu. Belum lagi tangis yang kadang menetes manakala mereka tertekan dalam sebuah kondisi yang mengharuskan mereka melakukan sesuatu yang memang tidak bisa mereka lakukan namun demikian sang trainer memaksakan hal tersebut. Mungkin hal tersebut bagi sebagian pemirsa televisi dipandang lucu dan mengundang gelak tawa namun tidak demikian halnya dengan yang dirasakan penulis.

Secara pribadi, penulis berpendapat bahwa tayangan reality show tersebut merupakan pelecehan bagi kaum waria. Bagaimana tidak, dalam setiap training yang diberikan, para waria tersebut diharuskan mengikuti ritual latihan yang mungkin bagi laki-laki normal pun akan dirasa berat. Ingat, trainer dalam acara tersebut adalah personil militer yang tentu saja memiliki standar TNI. Bagaimana bisa seorang biasa (terlebih waria) akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan model latihan seperti itu? Nah, disinilah unsur kesengajaan sangat kentara. Memang, latihan sengaja didesain sedemikian mungkin agar para waria tersebut tidak mampu atau bahkan histeris ketakutan ketika disuruh ini-itu dan diharapkan hal tersebut dapat memancing tawa pemirsa.

Adapun waria ketika mereka ditertawakan dan bahkan bisa mejeng di televisi nasional, mereka fine-fine saja. Bagi mereka, inilah salah satu cara mendapatkan popularitas seperti yang selama ini mereka harapkan. Syukur-syukur hal tersebut dapat menjadi pintu gerbang mereka memasuki dunia entertaintment yang menjanjikan kemewahan. Alih-alih merasa dilecehkan, mereka malah merasa harus bersikap seheboh mungkin agar dapat mencuri simpati tim penilai. Ah dasar waria...

No comments: