Friday, October 30, 2009

WONDERING HOW?

Ini mungkin akan terkesan vulgar atau semacamnya. Namun demikian, penulis merasa berkewajiban menyampaikan informasi sekaligus edukasi kepada pembaca setia blog ini khususnya dan semua kaum gay pada umumnya. Well, here it is...

Kepada para top, pernahkah anda merasa ilfeel (atau mungkin lebih tepatnya gairah seksual ngedrop) ketika sedang asik penetrasi, tercium aroma tidak sedap dari lubang anus partner seks Anda? Kepada para bottom, pernahkan Anda merasa sudah memberishkan lubang anus dengan sebersih-bersihnya namun tetap saja ketika penis partner seks Anda dicabut, ia berlumuran cairan feses. Tentu saja, ini adalah tragedi paling memalukan dalam sex-record seorang bottom dan untuk menghibur diri dia akan berkata, "Itu kan resiko anal-sex. Kau memasukkan penis ke lubang feses. Kok masih jijik ketika penismu bersentuhan dengan feses. Hello..." Tentu saja, menghibur diri tidak akan melahirkan solusi.

Sebenarnya, banyak faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi. Kita tidak bisa hanya mengahkan bottom karena ia tidak membersihkan lubang anusnya terlebih dahulu sebelum melakukan seks. Sekali lagi, tidak! Sebelum melakukan seks, seorang bottom sudah ngeh dengan yang harus dilakukannya terlebih dahulu (membersihkan lubang anus) demi tercapainya kenikmatan seks bagi kedua belah pihak. Namun demikian, besar dan panjangnya ukuran penis pasangan seks terkadang membuat insiden ini tersebut terjadi.

Kondisi perut sang bottom (misal sedang menderita maag ataupun mencret) memang sangat mempengaruhi kebersihan anus. Bisa jadi, ketika ia membersihkan lubang anus memang rectumnya telah bersih. Namun aktivitas penetrasi yang diluar dugaan kadang menyebabkan reaksi dalam perutnya yang berakibat keluarnya sejumlah feses yang kemudian bercampur dengan cairan pelicin sehingga ketika dicabut, kondom yang dipakaikan di penis sang top berubah warna.

Kunci untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan mengetahui teknik pembersihan lubang anus yang baik dan benar. Para bottom di level beginer kadang merasa cukup dengan melakukan ritual BAB (Buang Air Besar) sebelum melakukan seks. Ya, bukankah setelah buang air bisar, ia akan membersihkan lubang anusnya bahkan dengan menggunakan sabun? Seandainya mereka tahu bahwa di dinding anus terkadang masih ada sisa feses yang menempel di dinding rectum dan hal itu tidak bisa dibersihkan dengan ritual cebok konvensional.

Karena itulah para bottom di level intermediate melakukan ritual cebok dengan memasukkan jari ke lubang anus untuk memastikan tidak ada feses yang tersisa pada dinding rectum. Untuk lebih memastikan bahwa rectumnya telah bersih, mereka juga menyemprotkan air tepat pada lubang anus dengan tujuan agar ada air yang masuk ke lubang dan akan dikeluarkan lagi bersama dengan sisa fases yang mungkin masih ada. Hal ini tidak dilakukannya satu kali tapi harus berkali-kali demi kepastian kebersihan rectum.

Apakah hal tersebut sudah dapat menjamin kebersihan anus sang bottom. Ternyata insiden masih bisa terjadi mengingat penetrasi oleh penis yang memiliki ukuran panjang akan menyebabkan feses yang masih terdapat pada sigmoid colon (sebuah ruas di atas rectum yang menyimpas feses yang belum siap dikeluarkan) akan turun akibat persentuhan dengan batang penis tersebut. Kalau sudah begini, apa yang harus dilakukan?

Para bottom di level advance telah mengetahui solusinya. Dalam ritual pembersihan anus, mereka memasukkan selang kecil (sesuai ukuran kran) ke dalam anusnya kemudian melalui selang tersebut air dialirkan. Emang bisa? Tentu saja hal ini dilakukan dengan diawali ritual seperti pada level ingermediate. Setelah lubang anus mulai terbuka setelah dimasuki jari, tiba giliran selang yang mengambil peran pembersihan. Seperti berkumur pada saat membersihkan sisa busa pasta gigi, ritual ini akan membuat air yang dialirkan dari kran ke lubang anus berputar membersihkan kotoran pada rectum sebelum akhirnya keluar lagi melalui lubang anus yang memang telah terbukan karena dimasuki selang dengan cara diejankan. Tentu, ritaul ini pun perlu dilakukan berulang demi memastikan kebersihan anus.

Hal tersebut dilakukan bintang film porno gay. Ya, kandang kita sering bertanya apakah mereka tidak merasa jijik saat melihat para bintang film porno tersebut dengan lahapnya menjilati (rimming) lubang anus bintang film porno lainnya. Well, sekarang kita tahu alasannya. So, have a nice try...

Thursday, October 29, 2009

HE’S JUST NOT THAT INTO YOU

Banyak kejutan yang dapat terjadi pada ritual kencan buta yang kerap dilakukan kaum gay. Ketika sedang beruntung, ia bisa saja mendapatkan pasangan kencan yang dari segi penampilan jauh lebih baik dari dirinya yang bahkan dirinya sendiri pun dibuat minder karenanya. Kalau sedang tidak beruntung, bukan hanya seks yang tidak ia dapatkan namun penderitaan tersebut masih harus ditambah dengan perlakuan tidak menyengankan dari sang teman kencan. Ya, sedikit banyak, faktor keberuntungan berperan dalam petualangan seks kaum homo.

Berbicara mengenai faktor keberuntungan, hal ini tidak bisa dilepaskan dari keberadaan faktor X. Seperti dalam setiap rumus, faktor X ini mencakup beragam aspek seperti tingkat kehornian kedua belah pihak, kadar keterpaksaan salah satu pihak, serta dorongan daripada-tidak-ML-sama-sekali dari salah satu atau kedua belak pihak. Tentu saja, ketiga faktor X tersebut tidak bisa dilepaskan dari variabel 'penampilan menarik' yang dimiliki masing-masing gay yang lebih mendominasi penilaian dan ketertarikan seorang gay untuk melakukan seks. But sometimes the three X factor do really help.

Masalah muncul ketika kemudian kedua probability (untung dan tidak untung) ini bercampur. Kok bisa? Well, dalam dunia gay, semua serba bisa. Bagaimana bisa? Ya, secara esensial, mungkin kita mendapatkan seks dari pasangan kencan namun demikian dia tidak terlalu antisias melakukannya. Kalau sudah demikian, apalagi yang dapat kita rasakan selain merasa diri hanya sebagai pelampiasan seks semata. Even though you're having sex, he's just not that into you.

Paling tidak, ada 4 ciri yang menandakan bahwa seorang gay tidak terlalu tertarik dengan pasangan kencannya meski kemudian mereka melakukan seks. Saran penulis, do not take it too personal. Just do and enjot it. Berikut ke-4 ciri terbut.

Cenderung Diam
Meski karakter seorang manusia cenderung pendiam, namun ketika dia menyukasi seseorang dia akan berusaha mencari bahan obrolan. Lebih jauh, orang yang menyukai teman kencannya akan menggali detil informasi tentang teman kencannya tersebut. Ketika hal tersebut tidak dilakukan, maka persiapkan mental anda untuk menalukan seks sekadar seks. Alib-alih memunculkan ide pembicaraan, orang yang tidak terlalu menyukai teman kencannya akan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan singkat, to the point tanpa memberikan ruang kepada si penanya untuk bertanya lebih jauh.

Sibuk Ber-SMS Ria
Ini adalah bahasa tubuh yang amat kentara merefleksikan keengganan si empunya perilaku untuk berinteraksi dengan teman kencannya. Ia lebih memilih sibuk dengan temannya di seberang sana daripada melayani obrola teman kenyannya. Selain itu, perilaku ini dapat pula disimpulkan sebagai show-off bahwa yang bersangkutan adalah orang yang populer, banyak teman dan banyak dibutuhkan oleh orang. Menghadapi orang seperti ini harus dibalas dengan perilaku serupa agar matanya terbuka bahwa dia bukanlah satu-satunya pusat perputaran dunia.

No Kiss
Seperti telah disebutkan sebelumnya, gay bisa saja malkukan seks meski dia tidak terlalu suka dengan pasangan kencannya. Indikasi nyatanya adalah dengan tidak adanya ciuman sebagai fore-play. Untuk menjaga harga diri agar tidak jatuh di hadapan gay jenis ini adalah dengan tidak menuntutnya terlalu banyak. Ok, mungkin dia tidak mau bibirnya kita jelajahi namun demikian area selangkangannya akan selalu terbuka lebar untuk kita telusuri. Di sinilah kita bisa unjuk kebolehan dengan memberikan service oral terbaik agar meski tidak mau dicium bibir tapi dia mengakui kelihaian bibir dan lidah kita.

Mendiamkan SMS atau Telepon
Kepada mereka yang just-not-that-into-you, kita tidak diperbolehkan mengharapkan adanya kencan lanjutan. Jangan sekali-kali berkata, "Jangan kapok datang dan lain kali ke sini lagi, ya." Jangan! Mengapa? Jangan berharap SMS kita dibalas atau telepon kita diangkat karena bisa jadi sesaat setelah berpisah dia telah menghapus nomor kita. Jangan aneh ketika kemudian kita menelpn dia akan bertanya, "Ini siapa, ya?" Mengantisipasi kekecawaan seperti tersebut, sebaiknya kita juga melakukan hal yang sama. Segera delet nomornya dari phone-book HP.

Wednesday, October 28, 2009

ROMANTISME DUNIA GAY

Romantisme adalah menu utama dalam setiap kisah percintaan. Kita telah menyaksikan berbagai romansa percintaan yang dituangkan dalam legenda, film, novel, atau bahkan lagu. Mulai dari mereka yang rela menyerahkan jiwa raga demi sang belahan jiwa, pencarian ke ujung dunia demi membuktikan cinta, serta keyakinan akan bersatunya cinta di kehidupan selanjutnya demi melihat kenyataan bahwa di kehidupan sekarang hal tersebut tidak mungkin diwujudkan. Ya, ya, ya. Begitulah romansa percintaan hetero. Bagaimana halnya dengan percintaan homo?

Tidak seperti percintaan hetero yang didominasi romansa di luar logika, romantisme percintaan gay lebih membumi pada realita dan fakta-fakta yang terjangkau logika. Ketika Anda menjadi gay, jangan berharap sang pacar dapat pada malam minggu dengan membawakan sebuket bunga. Jangan pula mengidamkan statement "cinta sehidup semati" atau "tidak bisa hidup tanpa cinta" keluar dari pulut sangan homomu. Lalu, apa yang yang menjadi simbol romantisme percintaan gay?

Ketika seorang top berkata kepada pasangannya bahwa dia telah menyiapkan kondom plus pelicin sebelum mereka bercinta, di mata seorang bottom, tindakan tersebut dinilai romantis. Ya, Anda tentu tahu bahwa lebih sering seorang bottom menyediakan kondom dan pelicin dari pada seorang top meski dialah yang mengenakan peralatan seks tersebut. Karenanya, ketika seorang top melakukan hal tersebut, maka seorang bottom merasa dihargai dan dilindungi. Bagaimana tidak, ketika seorang bottom yang membawa kondom, hal tersebut melambangkan bahwa dirinya sendirilah yang berusaha melindungi diri dari terjangkitnya penyakit menular seksual sementara pasangan topnya bisa dinilai tidak peduli akan hal itu.

Pagutan mesra di bibir yang dilakukan seorang top ketika pasangan bottomnya ejakulasi juga dapat dinilai sebagai tindakan romantis. Ini menandakan bahwa setelah dirinya ejakulasi, seorang top tidak egois dengan meninggalkan begitu saja pasangan bottomnya. Mengapa ciuman pada saat ejakusi dinilai lebih romantis dibanding ciuman pada saat foreplay? Ini melambangkan kehadiran pasangannya pada momen-moment penting. Kalau dalam dunia hetero, mungkin hal ini diterjemahkan dari adanya sang suami disisi istri ketika melahirkan. Tidak persis sama memang, tapi begitulah kurang lebih.

Dalam percintaan hetero, ketika seorang lelaki ingin menjalin hubungan yang serius seorang perempuan, maka ia akan memperkenalkan diri kepada keluarga si perempuan. Nah di dalam percintaan hetero keseriusan tersebut ditunjukan dengan memperkenalkan sang pacar kepada teman satu genk. Ketika sang pacar bisa melebur dalam genk kita (atau sebaliknya) maka hal tersebut bisa dikatakan romantis. Terlebih ketika sang pacar mendapat credit-point dari teman-teman satu genk entah karena dia enak diajak ngomong, pendengar yang baik, atau bisa memberikan solusi atas curhatan temen-temenmu.

Tentu saja, strata teratas tindakan romantis yang dilakukan seorang gay adalah kemampuan dia untuk setia pada pasangannya. Mengingat kesetiaan adalah sesuatu yang jarang dan sulit dilakukan dalam dunia gay, hal ini membuat orang yang mampu melakukannya akan mendapatkan poin tertinggi dalam klasifikasi tindakan romantis yang dilakukan dalam percintaan hetero.

Bagaimana? Masih berpikir bahwa tidak tersisa ruang romantis dalam dunia percintaan kaum gay? Well, think again.

Saturday, October 24, 2009

NGELES

Itulah yang dilakukan seorang gay ketika ia menemui teman kencan yang tidak sesuai dengan harapan. Ya, daripada melanjutkan kencan tapi batin tersiska, lebih baik kencan dibatalkan saja. Melanjutkan kencan (baca: melakukan seks) dengan orang yang tidak sesuai selera sama saja halnya dengan diperkosa. Tentu saja, meninggalkan teman kencan buta begitu saja tanpa sepengetahuannya adalah sebuah tindakan tidak terpuji yang tidak seharusnya dilakukan bahkan bagi gay sekalipun. Berbasa-basilah sebelum akhirnya kamu meninggalkannya.

Mengingat berkata langsung di depan mukanya, "Sorry, lu terlalu jelek untuk mendapatkan gue." adalah sesuatu yang tidak mungkin, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk ngeles. Pertama, (dan ini adalah metoda yang paling sering digunakan oleh para gay) menyuruh seorang teman untuk menelpon dan mengabarkan seolah-olah ingin segera bertemu. Tentu saja, hal ini akan direspon oleh gay yang bersangkutan dengan, "Lho, katanya nggak jadi ke tempatku? Kok tiba-tiba gini, sich. Apa? Sudah sampai di gang depan? Ya, udah. Tunggu 15 menit, gue segera ke sana." Selanjutnya, kepada teman kencan yang tidak diharapkannya, sang homo akan berkaa, "Duh, sorry banget ya. Gue harus jemput temen yang datang dari luar kota. Dia sudah nyampe di depan." Mau tidak mau, sang teman kencan yang tidak diharapkan akan menurut ketika disuruh pulang.

Kedua, ketika bertemu di luar tempat tinggal (ini akan lebih mudah lagi), kita cukup berkata bahwa sang teman kancan yang tidak diharapkan tidak bisa datang ke tempat tingal kita (seperti yang kamu katakan di line telepon) karena ada saudara sedang berkunjung. Katakan saja, "Gak tahu nih, tiba-tiba abang gue dateng. Tadinya sih dia ada perlu di daerah sekitar sini tapi mampir dulu ke tempatku sekalian ngasih titipan dari Ibu." Kontan dia akan kecewa. Karenanya, kita harus memasang muka menyesal sambil dibumbui kata-kata, "Sorry banget ya. Ini ngedadak banget."

Ketiga, kalau kamu sudah kadung sampai di tempat tinggalnya, bilang saja bahwa kamu bukan tipe orang yang sekali bertemu langsung ML. Terdengar absurd memang, tapi tidak ada salahnya untuk dicoba. "Sorry ya, bukannya gue gak suka tapi aku orangnya tidak suka langsung ML begini." Sebagian gay akan menafsirkan ini sebagai tarik ulur untuk meminta jadian. Well, biarkan dia dengan alam pikirannya selama hal tersebut tidak merugikan kita. Ketika dia menawarkan untuk jadian, kamu cukup menjawab dengan, "Kita temenan saja dulu."

Di sinilah diperlukannya penguasaan acting bagi seorang gay. Ketiga alasan (ngeles) tersebut di atas harus didukung oleh intonasi, air muka, serta gerak-gerik yang menyakinkah. Tentu saja, di akhir pertemuan tidak dianjurkan untuk memberikan janji bertemu di lain kali agar dia tidak berharap. Ketika dia memintanya (untuk bertemu di lain hari), bilang saja insya Allah atau cukup dibalas dengan senyum.

Ah, menjadi gay rupanya tidak semudah yang dibayangkan bukan? Ya, ini lebih dari sekadang menghafalkan lagu-lagu-nya Mariah Carey, memperhatikan tarian yahudnya Beyonce, serta mengapresiasi gaya rambut terbaru Rihanna.

Tuesday, October 20, 2009

DILDO; DENGAN KEPALA, TANGAN, DAN KAKI

Apa yang dilakukan seorang gay setelah ML dengan teman kencan one-nite-stand-nya? Mengisahkan cerita ML tersebut kepada teman, tentu saja. Ya, beberapa gank gay menyebut hal itu sebagai reportase yang harus ia sampaikan kepada teman-temannya sebagai tanggung jawab moral. Terlebih jika sang teman kencan didapat dari rekomendasi teman, reportase tersebut menjadi semacam kewajiban sebagai salah satu bentuk tatakrama.

Pertanyaan selanjutnya, apa saja yang dilaporkan dalam reportasi tersebut? Banyak hal, mulai dari penentukan skala ketampanan (dari 1 sampai 10) sang teman kencan, tingkat kemahirannya di atas ranjang, atau (dan ini bagian yang paling menarik) ukuran alat kelamin pasangan kencan. Mengapa hal tersebut mesti dilaporkan? Well, dalam dunia homo, seks bukanlah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Gay membicarakan seks sama ringannya seperti membicarakan teknik rebonding yang paling jitu, artis siapa yang sedang selingkuh dengan siapa, atau factory outlet mana yang sedang mengadakan diskon gede-gedean. Sounds slut? Well, sorry for being honest.

Mengingat tidak selamanya ML yang dilakukan seorang gay dengan partener seksnya berakhir baik, ritual reportase menjadi sesuatu yang exciting. Di satu kesempatan, seorang gay bisa saja merasa sangat puas dengan seks yang didapatkannya. Di kesempatan yang lain, kencan yang ia rencanakan dengan calon partner seks berakhir berantakan karena ketidakcocokan satu sama lain. Di kesempatan yang lain lagi, seks yang terjadi tidak lebih dari sekadar ritual pelepasan hasrat birahi. Mengapa? Karena ekspektasi yang telalu berlebihan (dan tidak sesuai dengan kenyataan) tentang pasang kencan sementara libido sudah sampai di ubun-ubun. Karenanya, dalam reportase seks kepada temannya, sang gay akan berkata, "Tidak ada yang layak diceritakan. Dia tidak lebih dari dildo-dengan-kepala-tangan-dan-kaki."

Wow! Kalau seorang gay sudah berkata demikian, itu artinya ia telah mengalami bad-date. Alih-alih menikmati seks yang mereka lakukan, ia sibuk menghitung-hitung kekurangan pasangan kencannya. Ya, sang pasangan kencan tengah asik berpeluh dan mendesah, ia malah bergulat dengan alam pikirannya yang berkata, "Kapan semua ini akan berakhir?" Ketika kemudian semuanya berakhir dan sang pasangan kencan menyarankan untuk melakukan ini lagi suatu hari nanti, sang homo hanya akan berkata, "Ya, kapan-kapan." seraya dalam hati berkata, "Whatever...!" Dan selang beberapa menit setelah pasangan kencannya pergi, ia pun akan bercerita tentang dildo-dengan-kepala-tangan-dan-kaki kepada temannya.

Apakah ini sepenuhnya kesalahan sang teman kencan sehingga tanpa sepengetahuannya dia disebut sebagai dildo-dengan-kepala-tandan-dan-kaki? Not really. Ketika seorang gay melakukan seks lagi dan lagi dengan orang yang berbeda-beda, maka sedikit banyak ia akan meningkatkan standar kepuasan seksnya (baca: sexpectasy). Karenanya, ketika ia menemukan partner seks yang biasa-biasa saja (tanpa selling point tertentu), maka sang partner tersebut disebut tidak lebih dari sekadar dildo-dengan-kepala-tangan-dan-kaki.

Jadi, bagi lelaki homo di luar sana yang tidak mau disebut sebagai dildo-dengan-kepala-tangan-dan-kaki, berusahalah untuk selalu meng-up-grade penampilan fisik dan kemampuan di atas ranjang. Why? Because gays talk. Dan kamu tidak mau menjadi bahan obrolan atau mungkin lebih tapatnya gunjingan, bukan?

Monday, October 12, 2009

MISS YOU FOREVER, STEO

Apakah kamu penggemar boyband Boyzone dan kerap mengunjungi situs resmi mereka? Ada yang lain dalam tampilan situs tersebut sejak hari Minggu (10/11). Ketika kamu mengetikkan "boyzone.net" maka halaman yang tampil hanyalah warna hitam dengan tulisan singkat:

"We are truly sorry to confirm that Stephen tragically died yesterday whilst on holiday, with his partner Andrew, in Majorca. We are unable to give any other details at this time. Ronan, Keith, Mikey & Shane have said... "We are completely devastated by the loss of our friend and brother, Stephen. We have shared such wonderful times together over the years and were all looking forward to sharing many more. Stephen was a beautiful person in both body and spirit. He lit up our lives and those of the many friends he had all over the world. Our love and sympathy go out to Andrew and Stephen's family. We love you and will miss you forever, 'Steo'". The band and everyone involved with boyzone sends their deepest sympathies to Stephen's family and his many friends all over the world.

Ya, dunia musik internasional telah kehilangan salah satu penyanyi berbakatnya dan dunia gay telah kehilangan salah satu iconnya. Stephen Gately (salah satu personel Boyzone yang telah dengan berani mengungkap jatidirinya sebagai seorang gay beberapa tahun yang lalu) ditemukan tewas di apartemennya di Majorca Spanyol pada Sabtu dini hari (10/10). Tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan ataupun kandungan alkohol berlebihan ataupun obat-obatan terlarang. Stphen meninggal dengan wajar. Malam itu, ia dan suaminya (Andrew Cowles) dikabarkan hangout dengan teman-temannya sambil minum-minum. Dini hari mereka pulang ke apartemen dan di keesokan harinya Stephen ditemukan sudah tidak bernyawa.

Tidak ada yang dapat kita lakukan (baik sebagai penggemar Stephen sebagai salah satu anggota Boyzone ataupun pemuja Stephen sebagai icon kaum gay) kecuali menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Bersama kita doakan agar arwahnya beristirahat dengan tenang di surga-Nya. Dan di sini, kita akan mengenang semua karya serta keberaniannya. Ya, semua tidak akan kami lupakan, selamanya...

Friday, October 09, 2009

RESENSI FILM: THE LAIR

Sebelumnya, seorang teman pernah bercerita bahwa dia pernah melihat film serial yang mengetengahkan kisah vampir-vampir gay. Sayang, si teman bodoh ini (mungkin karena keseringan ditempong maka memori otaknya sedikit bermasalah) berkata lupa ketika ditanya apa nama serial tersebut. Ya, penulis adalah kolektor film (baik serial ataupun lepas) bertema gay. Da! Sebut saja Brokeback Montain, Harvey Milk, Another Gay Movie (1 dan 2), Queer As Folk (seaoson 1 sampai 5), serta Dante's Cove (season 1 sampai3). Jadi, ketika mendengar ada film serial baru (bercerita tentang vampir gay pula), penulis penasaran. Beberapa hari yang lalu, penulis mengunjungi sentra penjualan DVD terkenal di kota Bandung, Kota Kembang. Ketika sedang mencari season 4 serial Dante's Cove, tanpa sengaja penulis melihat serial berjudul The Lair. Tentu saja, covernya yang bergambar lelaki tampan bertelanjang dada membuat penulis curiga, "Pasti ini serial homo." Benar saja, ketika penulis membaca detil resensi di back-cover DVD, serial tersebut bercerita tentang pembunuhan berantai yang dilakukan oleh para vampir gay. Pada saat itu, penulis langsung berkesimpulan, "Mungkin serial inilah yang dimaksud oleh si teman bodoh itu."

Adalah The Lair, sebuah privat club khusus kaum gay. Tidak sembarangan orang tahu atau bisa masuk klub ini karena setiap lelaki yang datang akan dimintai undangan atau ditanyai siapa orang yang merekomendasikan klub tersebut. Seperti sudah dibayangkan sebelumnya, The Lair menyuguhkan minuman dengan pelayang bar lelaki tampan dan berotot, hiburan male-stripper yang juga tidak kalah tampan dan berotot, serta apalagi kalau bukan back-room sebagai fasilitas sex-party. Namun siapa sangka kalau pemilik (Damian yang diperankan oleh Peter Stickles) serta semua pengurus club tersebut adalah vampir.

Kalau vampir hetero membunuh mangsanya hanya dengan menghisap darahnya sampai habis, maka vampir homo terlebih dahulu menyetubuhi sebelum akhirnya menghisap habis darah sang korban. Karenanya, ketika suatu pagi ditemukan sesosok mayat lelaki telanjang pucat (dengan luka bekas gigitadi di leber) di sebuah jurang, kita sudah dapat menebak pelaku pembunuhan tersebut. Selanjutnya, Sheriff Trout (diperankan oleh Colton Ford and oh my God i'm horny just look at him with clothes) akan membongkar kasus tersebut dan dari semua bukti yang ada di tubuh korban (cap di punggung tangan) semua mengarah ke The Lair dan itu tidak terlalu penting.

Inti serial The Lair ini adalah tentang kisah obsesi cinta Damian pada seorang wartawan koran kota bernama Thom (diperankan oleh David Moretti). Damian mempercayai bahwa Thom adalah reinkarnasi kekasih pertamanya 20 abad yang lalu. Tentu saja, Thom tidak bisa menerima logika tersebut meski Damian mati-matian meyakinkannya. Masalah menjadi complicated manakala kekasih Thom yaitu Johnathan (di season 1 diperankan oleh Jesse Cutlip dan di season dua perannya digantikan oleh Ethan Reynolds) meninggal dan berubah menjadi vampir. Untuk membebaskan kekasihnya tersebut, tidak ada jalan lain bagi Thom kecuali meminta bantuan Damian. Tentu saja, Damian tidak akan membantu Thom dengan cuma-cuma. Ya, Damian menginginkan Thom menjadi kekasihnya sebagai imbalan untuk menolong Jonathan. So far, sampai season 2 serial tersebut hanya menceritakan tentang itu.

Menonton seiral ini, jangan berharap menyaksikan aksi baku hantam atau kecanggihan spesial efek seperti dalam film vampir Underworld, Van Helsing, ataupun Blade. Baik cerita maupun setting The Lair dibuat simpel kalau tidak bisa disebut kacangan. Namun demikian, kata kita akan dimanjakan oleh wajah-wajah lelaki tampan dengan dada bidang dan enam persegi yang tergurat rapih di perutnya. Ya, siapa yang membutuhkan jalinan cerita menarik ketika kita dapat menyaksikan David Moretti mandi di shower. Siapa juga yang membutuhkan spesial efek canggih ketika kita dapat menyaksikan adegan sex-party yang diadakan di back-room the lair atau adegan ranjang beberapa pemain lainnya.

Yang menarik (pagi penulis) tentang serial yang satu ini adalah dilibatkannya beberapa bintang film porno dalam film tersebut. Correct me if I'm wrong tapi paling tidak penulis kenal betul dengan Dylan Vox (berperan sebagai Collin, tangan kanan Damian) dan Frankie Valenti (berperan sebagai Tim, sang asisten ahli botani yang diam-diam memandam rasa terhadapnya) yang kerap membintangi sejumlah film porno. Awalnya penulis tidak percaya dan mungkin itu hanyalah kemiripan wajah saja. Karenanya, penulis melakukan cross-check dan benar saja, mereka memang bintang film porna. FYI, selain kolektor film seperti disebutkan di awal tulisan, penulis juga mengoleksi beberapa judul film porno. "What? Every gay have to have some!" Jadi, jangan ragukan lagi tentang pengetahuan gay-porn-star penulis. Sure, I know them.

Jadi, apakah penulis merekomendasikan serial tersebut untuk ditonton? Hell yeah.

Wednesday, October 07, 2009

STOP TALKING START FUCKING

Seorang teman pernah bercerita bahwa dia harus mununggu selama hampir dua jam sebelum akhirnya ML dengan teman kencan yang ia dapatkan dari chat-room. Penulis bertanya, "Ngapain ajah selama dua jam tersebut?" Sang teman bercerita bahwa waktu dua jam tersebut diisi dengan basa-basi nggak penting seperti kuliah atau kerja dimana, anak ke berapa, sering nonkrong dimana, teman homonya ada berapa, dan bla bla bla gak penting lainnya. Tidak jarang pula, ketika tidak ada lagi bahan pembicaraan, mereka saling diam.

Penulis tidak habis pikir, untuk sekadar seks yang kita tahu sama tahu saling meninginkannya, perlukah kita menunggu selama itu? Mungkin sebagian orang berpendapat harus ada intro atau basa-basi sebelum kita mesuk ke inti persoalan. Ah, cukuplah basa-basi itu menjadi bahan obrolan di chat-room tadi. Kalau sudah ketemu, tidak usahlah berbasa-basi lagi.

Sebuah fakta tentang pembicaraan antara dua orang yang baru kenal adalah bahwa basa-basi tersebut akan sangat bisa menjadi ajang pamer dan berbangga diri atau media interogasi. Bagaimana tidak, dalam basa-basi tersebut tidak jarang berusaha meninggikan harga dirinya. Berbusalah mulutnya menceritakan bahwa dirinya jarang ketmuan sama orang, ia bukanlah termasuk orang yang sex-oriented, dia banyak dikejar-kejar orang yang minta jadian, dan lain sebagainya. Lebih buruk lagi kalau orang yang bersangkutan bertingkah SKSD (sok kenal sok dekat) dengan memberondong kita berbagai macam pertanyaan seperti kuliah di mana, kerja di mana, asli dari mana, anak keberapa, nanti ada yang marah tidak, dan lain sebagainya.

Basa-basi obrolan ini akan semakin membosankan manakala teman sebelah kamarnya tiba-tiba nimbrung. Kalian tahu kalau dua sahabat gay bertemu dan ngobrol (terlebih curhat) akan menghabiskan waktu berapa lama? Ya, jawabannya adalah akan sangat lama. Berdasarkan pengalaman penulis, kalau hal tersebut terjadi segeralah angkat kaki dan kalau kamu masih penasaran dengan lelaki tersebut, buatlah janji ketemu di lain hari dan pastikan kali ini temannya tidak akan nimbrung.

Tips lain dari penulis. Untuk menghindari semua basa-basi yang memang beneran basi tersebut, ketika kalian sudah berada di kamar berdua, duduklah saling berdekatan. Biarkan paha dan badan kalian saling bersentukan kalau memang tidak ada pihak yang berinisiatif mengajak bercinta. Dari persentuhan tersebut, gairah tependam akan segera membeludak dan setelahnya kalian tahu apa yang harus kalian lakukan selanjutnya, bukan?

Monday, October 05, 2009

INSYAF SATU MELETEK SERIBU

Pernahkah kamu bertemu di chat-room dengan orang yang sama, lagi dan lagi? Kalau hanya dengan satu orang tentu tidak terlalu menjadi bahan pemikiran, tapi kalau beberapa tentu lain persoalan. Dengan yakin kamu masih bisa mengenali nama, lokasi, tinggi serta berat badan, serta foto yang dipasang baik di Friendster maupun FaceBook-nya. Ya, bahkan kamu masih ingat bahwa dua hari yang lalu chatting dengan orang tersebut. Kamu pun mulai berpikir, "Kemana semua stok gay terbaru itu?"

Pernahkah kamu datang ke sebuah acara party atau event (gay, tentu saja) dan merasa telah menenal (well, meniduri mungkin lebih tepatnya) semu lelaki yang hadir di sana? Ya, gay yang duduk di pojok sana pernah beberapa kali datang ke tempatmu, gay yang sedang ngobrol dengan temannya itu adalah salah satu nominasi hot-kisser tahun ini, gay yang sedang curi-curi pandang ke arahmu itu adalah lelaki yang memaksa minta jadian sama kami, dan gay yang memakai kaos merah itu adalah zakar terbesar yang pernah kamu oral and even more. Kamu pun mulai berpikir, "Sepertinya sudah saatnya dilakukan program pertukaran gay antar-kota, deh."

Pernahkah kamu mendengar kabar atau bahkan menerima undangan pernikahan seorang teman gay dengan seorang perempuan? Ya, minggu ini kamu mendapat undangan dari seorang teman yang kamu kenal dari tempat club khusus gay yang menikahi seorang wanita teman kerjanya. Sebulan yang lalu kamu juga mendengar kabar bahwa temannya teman gaymu menikah di luar kota dan tinggal di sana bersama istrinya. Sementara empat atau tiga bulan yang lalu kamu bertemu dengan seorang gay yang acara pernikahannya kau hadiri dan sekarang ia menggendong anaknya. Kamu pun mulai berpikir, "Apakah ini berarti jumlah gay akan semakin berkurang?"

You must be kidding me! There's no way its going to happen. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pernikahan tidak akan menghalangi seorang lelaki dari berlaku homo. (Mengenai hal ini, penulis telah membahas di artikel sebelim ini) Karenanya, jumlah gay tidak akan pernah berkurang melainkan bertambah lebih dan lebih banyak lagi. Kalaupun hal tersebut terjadi, penulis yakin bahwa jumlahnya jauh lebih kecil dari banyaknya para junior kita yang mulai meletek. Jadi percayalah, kita tidak akan kehabisan lelaki. Yang perlu kita lakukan hanyalah berusaha lebih keras lagi dan memperluas area pencarian untuk menemukan gay-gay baru yang belum pernah kita tiduri.

Atau sekaranglah saatnya kita melakukan seks dengan lelaki straight? Hhmmm... Worth to try.