Saturday, June 28, 2008

HE IS GAY HE IS GAY NOT

Salah satu kegiatan yang digemari para gay adalah ngeceng. Well, siapa yang tidak? Cafe, pusat perbelanjaan, konser musik, serta pusat keramaian lainnya adalah tempat-tempat dimana kita bebas mengagumi (atau bahkan mencaci) pria yang lalu lalang di depan kita. Suatu saat pandangan mata kita akan tertuju pada sosok yang sudah sejak lama kita idam-idamkan. Tinggi, hitam, botak, kekar, dan memiliki sorot mata elang. Ah... Namun demikian kita tidak berani melakukan first move karena ragu, "Dia gay bukan, ya?"

Kalau dalam dunia hetero keceng-mengeceng adalah semudah menjentikkan jari, maka tidak demikian halnya di dunia homo. Kita kadang tidak yakin benar bahwa orang yang kita kecengi memiliki kesamaan ketertarikan. Alih-alih mendapatkan teman kencan, kita bisa menanggung malu alang kepalang ketika salah ngecengin laki-laki. Lebih parah, kita bisa dilabrak oleh teman kencan wanita (kita biasa menyebut mereka slutty-horny-bitch!) laki-laki tersebut.

Ada beberapa tips yang bisa kamu coba untuk meyakinkan apakah laki-laki yang kamu kecengin itu ternyata gay atau tidak.
  1. Pastikan dia datang bersama siapa. Kalau dia datang bersama dengan geng cowok yang menurut kamu agak sedikit flamboyan, meski dia tidak flamboyan, itu adalah lampu hijau buat kamu maju terus. Kalau dia datang dengan satu atau lebih cewek, perhatikan gaya mereka berinteraksi. Kalau kamu yakin tidak ada kemesraan diantara mereka, berarti mereka adalah best friend. Ingat, gay adalah teman terbaik perempuan selain permata.
  2. Make an aye contact. Ketika kemudian pandangan kamu bertemu, bertingkahlah malu-malu. Beberapa saat kemudian, coba tatap dia lagi. Kalau dia masih menatap kamu, maka dia gay. Laki-laki straight cenderung cuek kalau dirinya diperhatikan sesama jenisnya.
  3. Ketika berpapasan, berpura-puralah menyenggol untuk mendapat perhatiannya. Katakan maaf atas kecerobohan buatanmu tersebut. Ini adalah gerbang awal untuk membuka perkenalan. Jangan buang-buang kesempatan emas ini.
  4. Berpura-pura mengenal dia di suatu tempat bisa dijadikan alasan lain untuk berkenalan. Misal, "Maaf, apakah kamu Dirga saudara teman SMA-ku dulu?" atau "Apakah kamu dulu pernah kuliah di Fikom Unpad?" One way or another, cari basa-basi lain yang menunjukkan bahwa kamu memperhatikan dia tapi juga tidak terkesan murahan.
  5. Sapa laki-laki tersebut. Kalau dia menanggapi sapaan kamu dan dia merasa nyaman dengan laki-laki asing yang mengajaknya ngobrol, ada kemungkinan dia gay. Pembicaraan ke arah yang lebih pribadi untuk meyakinkan. Tanyakan tetang pacar, tempat tinggal, hobby, serta tempat ia biasa main. Kalau dia welcome dengan semu pertanyaan tersebut, lancarkan jurus selanjutnya: Ajak dia nontoh bareng atau makan siang bareng. Kalau dia bilang, "Oke!" well you what to do next, right?
  6. Perhatikan penampilannya. Pria gay lebih cenderung memperhatikan penampilannya, mulai dari pakaian yang ia kenakan, tatanan rambut, maupun aksesoris lain semisal jam tangan, sepatu, ataupun tas. Sebuah artikel di salah satu majalah ibu kota pernah mengatakan bahwa tren laki-laki yang memperhatikan penampilannya (metroseksual) adalah sebuah transformasi baru laki-laki banci (baca: homo).
  7. Ketika kamu ngeceng laki-laki di toko kaset/cd, perhatikan kaset/cd yang ia pilih. Kalau laki-laki tersebut lebih tertarik pada kaset/cd para diva (lokal mapupun internasional) maka dia gay. Akan tetapi kalau laki-laki tersebut memilih kaset/cd musik-musik cadar, well forget him. Find another target.
  8. Ketika di mall kamu melihat banyak sekali laki-laki berdiri berjajar di dekat tangga atau balkon, maka sudah hampir dapat dipastikan mereka adalah gay yang sedang mencari mangsa. Pilih salah satu dari mereka untuk diajak kencan, tidak usah berpikir dua kali apalagi seribu kali.
  9. Ketika ada laki-laki yang mencoba menarik perhatian kamu dengan berbagai cara, perhatikan dia. Apakah dia sesuai dengan selera kamu? Kalau ya, tanggapi flirting yang ia berikan. Kalau tidak, tinggalkan. Ya, dia adalah laki-laki homo yang tidak perlu kita identifikasi lagi.
Mudah bukan? Satu tips paling penting yang terakhir. Ketika kamu ngebet banget dengan laki-laki yang kau kecengin, kau bisa mengabaikan fakta apakah dia gay atau tidak. Lakukan segala cara untuk mendapatkannya di tempat tidur. Ingat, peraturan gay internasional nomor 47: Untuk bisa tidur dengan kita, laki-laki yang kita tiduri tersebut tidak harus gay. Dia boleh pnya bacar perempuan, menikah, atau bahkan memiliki anak sekalipun. Who care?!

Friday, June 27, 2008

LELAKI & MASKULINITAS

Laki-laki itu harus jantan, laki-laki itu harus maskulin. Selama berabad-abad, label tersebut harus melekat pada diri seorang laki-laki. Mengapa? Karena laki-laki adalah pelindung bagi wanita yang tentu saja digambarkan lemah baik secara fisik maupun emosional. Karenanya, laki-laki pun hadir menjadi sebuah sosok yang dapat memberikan rasa aman. Bertarung (baik untuk mempertahankan diri dari musuh yang hendak merebut daerah kekuasaan ataupun melindungi diri dari ancaman binatang buas, misalnya) adalah simbolisme maskulinitas yang sangat dipuja dan disanjung di mata wanita.

Pertanyaannya kemudian adalah apakah maskulinitas adalah perangkat wajib yang harus dimiliki seorang laki-laki? Apakah ketika seorang laki-laki kurang memiliki sisi maskulinitas dalam dirinya hal tersebut dapat menyebabkannya menjadi kurang laki-laki? Dan benarkah seorang gay adalah laki-laki yang memiliki masalah dengan jiwa maskulinitas dalam dirinya?

Di abad millennium ini, sepertinya sisi maskulinitas dalam diri seorang laki-laki berbaur dengan sisi feminimitas yang baik secara sadar atau pun tidak melekat atau sengaja dilekatkan dalam dirinya. Kalau dulu berdandan adalah wilayah teritori kaum wanita, well sekarang kaum laki-laki tidak mau ketinggalan. Sebutan metroseksualpun kemudian menjadi sebuah gelar bagi laki-laki yang kerap memperhatikan brand busana yang dikenakannya. Diet dan fitness untuk mendapatkan bentuk tubuh idealpun menjadi agenda rutin harian. Salon bukan lagi tempat terlarang bagi laki-laki yang memang membutuhkan perawatan, baik kulit, rambut, muka, bahkan kuku.

Tidak cukup hanya dengan penampilan, perbauran sisi maskulinitas dan feminimitas ini merambah juga wilayah profesional. Sekarang tidak aneh lagi kalau kita menemui chef atau desainer adalah seorang laki-laki. Wilayah ini memang sudah sejak lama dihuni para lelaki yang agak keperempuan-perempuanan. Lain dulu lain sekarang. Saat ini para laki-laki yang berprofesi sebagai chef dan desainer mengklaim dirinya laki-laki maskulin. Memasak dan merancang busana bukan lagi diartikan sebagai aktifitas feminim karena toh banyak laki-laki yang berbakat dalam dua dunia tersebut dan mereka tetap laki-laki yang tidak harus kehilangan sisi maskulinitasnya.

Kabar baiknya, masyarakat sudah mulai mau menerima perbauran sisi feminim dan maskulin dalam diri laki-laki seperti ini. Kaum gay yang memiliki andil besar dalam mencampuradukkan sisi feminim dan maskulin seperti mendapat angin segar. Tidak ada lagi sebutan banci bagi laki-laki yang berdandan dan memperhatikan penampilannya. Mereka akan disebut sebagai metroseksual. Tidak ada lagi sebutan banci bagi laki-laki yang senang memasak dan merancang pakaian. Mereka akan disebut sebagai chef dan desainer profesional. Karenanya, kaum gay dapat tampil sebagai laki-laki sesungguhnya yang tidak harus menyembunyikan sisi feminim dalam dirinya dan menonjolkan sisi maskulin yang artifisial.

Jadi, apakah maskulinitas masih dibutuhkan dalam diri seorang laki-laki? Jawabannya antara ya dan tidak. Tidak karena dalam diri setiap laki-laki - baik yang straight terlebih yang gay - terdapat jiwa feminim yang butuh disalurkan. Ya karena wanita - juga laki-laki gay - butuh melihat sisi maskulin seorang laki-laki untuk membuatnya aman dan well bagi gay agar membuat mereka bergairah.

Kalian tahu apa yang ada dibenak laki-laki gay ketika melihat seorang laki-laki yang tampil sangat maskulin. Mereka ingin memberikan blow-job untuk menaklukan maskulinitas laki-laki tersebut. Jadi berhati-hatilah!

Wednesday, June 25, 2008

BANCI!

Awam menggunakan kata tersebut untuk menyebut seorang laki-laki yang kemayu, baik dalam hal bersikap ataupun berpenampilan. Kata tersebut juga diucapkan sebagai sebuah olok-olok bagi laki-laki yang tidak sepaham dengan yang mereka inginkan. Semisal, seorang pria perokok akan mengatakan "banci" pada seorang laki-laki yang tidak mau merokok. Seorang pria peminum akan mengatakan "banci" pada seorang laki-laki yang tidak mau minum. Seorang pria pecandu narkoba akan mengatakan "banci" pada seorang laki-laki yang tidak mau nyimeng.

Dalam dunia gay, apakah kata tersebut memiliki pengertian yang sama? Ternyata tidak. Dalam terminologi gay, kata "banci" memiliki pengertian tersendiri yang hanya dipahami oleh kaum gay itu sendiri. Lantas, apa pengertian "banci" dalam dunia gay tersebut? Paling tidak ada lima definisi.

Banci adalah laki-laki yang ribet diajak kencan semalam. Mulai dari ribet mengatur waktu dan tempat ketemuan, ribet menentukan syarat ketemuan, ribet menjelaskan beberapa hal yang ia sukai dan yang tidak ia sukai, serta ribet harus jaim di tempat umum. C'mon! Toh ini cuma kencan semalam, bukan ajakan untuk menikah atau semacamnya.

Banci adalah sebutan bagi seorang laki-laki yang rela menyakiti dirinya sendiri atau bahkan bunuh diri demi orang yang dicintainya walaupun orang tersebut tidak membalas cinta tersebut. Ia mati-matian berkorban demi orang yang disayangi sementara orang tersebut hanya menganggapnya teman kencan semalam with no feeling, no intents, and no intimacy.

Banci adalah seorang laki-laki yang meminta maaf sambil berurai air mata kepada pacarnya karena telah berselingkuh. Ia mengerahkan segala bujuk rayu untuk meluluhkan hati sang pacar. Ketika kemudian hati sang pacar tersebut mulai agak mencair, ia selingkuh lagi dengan orang lain. Sepertinya, laki-laki seperti ini tidak akan pernah berubah. Jadi jangan pernah percaya air mata buayanya.

Banci adalah mereka yang nyaman bersama dengan teman kencannya. Ketika kemudian kencan semalam menjadi jadwak rutin ketemuan setiap akhir pekan dan sang teman kencan menanyakan akan dibawa kemana hubungan ini, banci akan berkata, "Aku bukan tipe orang yang berpacaran. Sorry."

Dan banci adalah nama lain pria yang suka mencari pembenaran atas kesalahan yang ia lakukan. Ia akan mengatakan seribu satu alasan yang membenarkan mengapa ia tega menyakiti temannya, mengapa ia berselingkuh dibelakang pacarnya, dan mengapa ia mencibir gay lain yang tidak sreg dengan pribadinya.

Wait! Bukankah kelima perbuatan tersebut di atas kerap kita temui dalam dunia gay? Dengan kata lain, berdasar definisi tersebut di atas, kita dapat mengatakan bahwa semua gay itu banci? Well, think!

Tuesday, June 24, 2008

CINTA, SEKS, & PERSELINGKUHAN

Seorang teman pernah berkata bahwa cinta dan seks adalah dua hal berbeda yang tidak dapat disatukan. Kita tidak harus mengobral kata cinta untuk dapat meniduri orang yang kita sukai. Pun, tidak harus mencintai orang yang kita tiduri untuk bisa berhubungan seks dengan orang tersebut. Karena itulah seks yang dilakukan tanpa rasa cinta tidak dapat katagorikan sebagai perselingkuhan. Cinta kita hanya diperuntukkan bagi sang pacar yang telah sekian lama menjalin menjalin hubungan dengan kita. Perkara kita tidur dengan sembarang orang, itu bukanlah pengkhianatan karena kita tidak melibatkan rasa cinta di dalamnya.

Pertanyaannya: Benarkan tidur dengan sembarang orang tanpa rasa cinta membebaskan kita dari rasa bersalah perselingkuhan? Apakah benar kita selalu dapat mengontrol rasa cinta kita sehingga rasa itu konstan hanya untuk pacar bukan untuk partner kencan-semalam? Lalu, apa pula ukuran cinta dan seks yang sesungguhnya manakala kita melakukan seks ONS berkali-kali dengan orang yang sama? Apakah tidak mungkin repetisi yang kita lakukan menyertakan rasa cinta walaupun sedikit?

Well, let me prove you something. Ketika kita bersikeras bahwa seks-semalam yang kita lakukan bukanlah perselingkuhan, mengapa kita mati-matian menyembunyikannya? Mengapa pula kencan-semalam tersebut mati-matian kita sembunyikan dari pacar? Dan, pertanyaan pentingnya adalah apakah kita bisa menerima pacar kita melakukan ONS dengan laki-laki lain walau tanpa melibatkan rasa cinta sedikitpun?

Tough question, isn't it? Setiap kisah percintaan - termasuk antara dua orang gay sekalipun - mengharapkan sebuah kesempurnaan. Saling setia, saling jujur, dan saling percaya adalah tiga elemen wajib yang harus ada dalam semua kisah percintaan. Ketika salah satu dari ketiga elemen tersebut rusak atau cacat, sudah hampir dapat dipastikan kisah percintaan tersebut tidak akan berjalan sempurna.

Adalah perselingkuhan suatu penyakit yang mudah sekali menyerang kisa percintaan terlebih percintaan gay. Banyak sekali faktor dan variasi perselingkuhan di abad ini. Apapun alasan (semisal bosan, mencari petualangan, tidak terpuaskan di tempat tidur, dsb.) dan variasi (semisal hanya sekadar teman curhat, teman nongkrong, teman tidur, dsb.) tidak sedikitpun menjadi alasan pembenaran atas perselingkuhan tersebut.

Bukankah akan lebih mudah ketika ada persoalan dengan pasangan kita membicarakan hal tersebut dengan pacar kita? Bukankah akan lebih mempererat jalinan tali percintaan ketika kita dengan terbuka mengkritik kekurangan pasangan dan secara terbuka pula membuka pintu kritik atas kekuranga kita? Dan bukankah akan lebih indah ketika ada masalah kita tidak lari dari kenyataan dan membuat pelampiasan?

Every relationship, whether gay or straight, have same perspective about sex, love, and cheat. So, you can't make any excuse. Ever!

Thursday, June 19, 2008

PERTEMANAN DALAM DUNIA GAY

Teman adalah seseorang sangat kita butuhkan. Dia adalah tempat curhat, berbagai berbagai kisah baik sedih maupun senang. Padanya kita bisa menceritakan segalanya termasuk rahasia yang tidak bisa kita bagi pada sembarang orang bahkan orang tua sekalipun. Teman selalu ada untuk mendukung kita walaupun tindakan kita kadang terlihat bodoh dan konyol. Itulah teman. Tidak salah kemudian ketika kita menempatkan teman di atas segalanya tak terkecuali pacar. Ketika disuruh memilih antara teman atau pacar, dengan tegas kita akan menjatuhkan pilihan pada teman. Logikanya simpel, pacar suatu saat akan meninggalkan kita sementara teman akan selalu setia ada di samping kita dalam suasana suka maupun duka.

Pertanyaannya kemudian adalah, "Ketika diterapkan dalam dunia gay, apakah konsep tersebut sesimpel itu?" Apakah batasan pertemanan dalam dunia gay merupakan garis tegas yang tidak menyisakan sedikit ruangpun untuk berbuat bodoh semisal accidentally making love? Apakah pertemanan dalam dunia gay tidak mengenal penikaman dari belakang? Dan apakah kriteria teman dalam dunia gay? Well turn out, when it comes to gay, friendship never be so much easier.

Mengapa? Mari kita amati situasi-situasi berikut.

Dua orang gay bertemu di sebuha chat room. Mereka bertemu, berbasa-basi, dan kemudian berakhir di tempat tidur. Setelah selesai, mereka pun berpisah tanpa ada kontak untuk janjian bertemu lagi. Ketika kemudian salah seorang kenalan lain di chat room bertanya mengenai seseorang yang identitasnya mengarah kepada teman kencan semalam kemarin malam, kita pun mengiyakan bahwa dia adalah teman kita. See? Seseorang yang kita kenal cuman sekali bertemu kita anggap sebagai teman, bukan sekadar kenalan. Ya, dalam dunia hetero biasanya orang yang kita kenal sekali ketemu ini disebut kenalan, bukan teman. Ah, sepertinya pengakuan teman dalam dalam dunia gay begitu mudah.

Dua orang gay tertarik secara seksual satu sama lain. Mereka kerap bersama, ML, berbagai cerita, bahkan hunting pria lain. Salah satu dari mereka menyatakan cinta namun yang lain tidak (dengan berbagai alasan) tidak mau masuk ke dalam komplikasi percintaan. Terminologi teman tapi mesra (TTM) pun terasa sangat cocok dan membenarkan apa yang mereka lakukan. Tidak peduli ada salah satu pihak yang menderita, hubungan tersebut tetap berjalan. Ah, sepertinya seks bukanlah batasan tegas yang tidak boleh dilewati dalam dunia gay.

Dua orang gay berteman sangat dekat. Suatu hari seorang laki-laki hadir dalam kehidupan mereka. Tidak jujur dengan perasaan masing-masing, pria tersebut kemudian jadi milik bersama. Ketika sang pria lebih dekat ke salah satu diantara mereka, yang lain jealous dan merasa ditinggalkan. Satu hati pun terluka dan kau tahu apa yang dapat dilakukan seorang gay yang patah hati? Dia dapat melakukan segalanya termasuk menjelek-jelekkan sang teman dekat gara-gara kehadiran satu laki-laki tidak penting dalam pertemanan mereka. Ah, sepertinya pertemanan dalam dunia gay begitu rapuhnya.

Complicated, isn't it? Jadi, ketika seorang gay berkata "Laki-laki itu adalah teman saya." kita harus bertanya lebih lanjut "Teman seperti apa yang kau maksud?". Just to make itu clear.

Wednesday, June 18, 2008

MERCY FUCK

Suatu saat kita pasti pernah bertemu teman kencan yang tidak kita sukai. Bukan hanya karena dia tidak termasuk dalam tipe pria yang kita inginkan, tapi juga mungkin dia memiliki beberapa kekurangan (baik dari segi fisik maupun psikis) yang membuat kita il-feel. Namun demikian, toh kita tetap ML dengan orang tersebut. Alasannya bermacam-macam. Mulai dia yang agresif dan terus memaksa, tidak bisa menghindar, ataupun kasihan dan menghargai usahanya datang walaupun tempatnya jauh dari tempat tinggal kita. Well, kita menyebutnya hal tersebut sebagai mercy fuck.

Kalau kita terjebak dalam situasi seperti ini, apa yang sebaiknya kita lakukan? Tidak lain dan tidak bukan adalah dengan mencoba menikmati seks yang kita lakukan. Siapa tahu dia menguasai teknik-teknik baru. Siapa tahu Mr. P-nya berukuran jumbo. Siapa tahu dia mau melakukan segala yang kita inginkan di ranjang, riming misalnya.

Masih belum berhasil membangkitkan mood kamu untuk bercinta? Let's pretending that he is someone olse. Someone you really adore, someone you really want to make love to. Caranya, pejamkan mata, biarkan dia bekerja, dan bayangkan Collin Farrel sedang melakukan full service. Siapa yang bisa menolak Collin Farrel coba?

Ok, mungkin hal itu terlalu berlebihan. The bottom line is, ketika kita harus memberikan mercy fuck, paling tidak harus ada sesuatu yang kita nikmati. Dalam hal ini adalah seks. Dengan demikian, kita gak akan rugi-rugi amat memberikan mercy fuck. That's life.

Kalau selama ini kamu berpikir kerap menjadi orang yang memberikan mercy fuck, pernahkah terpikir di salah satu kencan, kamulah orang yang mendapatkan mercy fuck? Teman kencanmu melayani ajakan ML hanya karena kasihan atau semacamnya. Dalam kasus seperti ini, anggap saja kamu sedang beruntung. Apa peduli kamu tentang motif teman kencan kamu malayani ajakan ML. Yang penting, saat itu birahimu terlampiaskan. "What the heck!"

Wednesday, June 11, 2008

GAY SINCE YOU WERE BORN

Pada usia berapa kita menyadari bahwa kita menyukai sesama jenis? Jawabannya bervariasi. Ada yang sadar pada saat menginjak usia SMU atau kuliah, memasuki dunia kerja, dan ada pula yang baru ngeh ketika dia telah berumah tangga. Ya, itu adalah proses penyadaran yang benar-benar melibatkan pola pikir serta perilaku seksual. Tapi sadarkah kita bahwa sedari kecil, seorang gay telah membawa kebiasaan 'aneh' yang kelak di kemudian hari baru disadari sebagai ciri-ciri gay.

Lalu, apa saja kebiasaan-kebiasaan gay yang kita bawa sejak lahir tersebut? Paling tidak ada 6 kebiasaan.
  1. Menyukai permainan boneka atau permainan anak perempuan lainnya. Ini sudah pasti. Oleh karenanya kita sering di sebut banci. Pada saat itu kita pasti marah besar ketika teman laki-laki yang lain mengejek, "Banci!". Well, seiring berjalannya waktu, sebutan tersebut akan terdengar seperti nama panggilan atau bahkan pujian. Bagaimana tidak, mereka yang dulu disebut banci saat ini telah berhasil menjadi perancang kenamaan ataupun chef terkenal.
  2. Cerewet dan tidak mau mengalah dalam hal berbicara. Ingat ketika kecil dulu kita sering berdebat dengan teman mengenai bunga mana yang wanginya lebih semerbak atau siapa yang lebih cantik di antara kelima pretty souldier dalam serial kesukaan kita SailorMoon? Kalau wanita dikatakan mempunyai dua mulut, well laki-laki gay dikatakan memiliki empat mulut. Perhatikan teman-teman gay-mu. Mulut mereka tidak pernah berhenti berbicara bukan? Ada saja yang dijadikan bahan obrolan, mulai dari teman ketemuan yang menyebalkan kemaren malam, gaya ML yang semalam dipraktekkan, kenti terbesar yang pernah ditemui, sampai blacklist mantan-mantan yang kita haramkan untuk ditemui lagi.
  3. Tidak menyukai permainan yang menguras fisik. Mungkin kita bisa bermain layang-layang, kelereng, atau panjat pohon misalnya. Namun demikian halitu sekedar sesuatu yang bisa kita lakukan, bukan sesuatu yang kita enjoy melakukannya. Wow, seandainya dulu kita melakukan semua permainan berbahaya itu dan kita cedera atau ada bekas luka di kulit kita, itu pasti akan menjadi penyesalan terbesar dalam hidup kita bukan?
  4. Ingin selalu menjadi pusat perhatian. Ini diterjemahkan dengan mengukir prestasi di sekolah atau yang lainnya. Kita menikmati ketika banyak orang mengenal dan mengagumi kita. Menginjak dewasa, hal itu kita terjemahkan dengan berpakaian seatraktif mungkin, membentuk badan semenarik mungkin, dan bergaul seluas mungkin. Ya, kita menikmati menjadi pusat perhatian dulu dan sekarang.
  5. Penurut dan tidak pernah membangkang pada orang tua. Kita kemudian dinobatkan sebagai anak kesayangan orang tua. Orang tua mana yang tidak sayang pada anak yang penurut? Para tetangga pun kemudian memuji, "Alangkah senangnya memiliki anak sebaik itu. Tidak pernah membangkang atau pun bandel. Apalagi yang kurang dari anak seperti itu?" Well, ternyata gay adalah faktor yang akan meruntuhkan semua pujian itu. Satu-satunya cacat kita di mata mereka adalah kalau mereka tahu kita gay. Tidak mengapa. Thre's nobody perfect, right?
  6. Memiliki jiwa seni. Bisa dalam hal gambar, tarik suara, seni peran, ataupun jenis seni lainnya. Sebagaian dari kita tetap memupuk jiwa seni itu dan ketika menginjak usia dewasa memanfaatkan semua talenta tersebut sebagai mata pencaharian. Tidak mengejutkan kiranya kalau dunia entertaintment dipenuhi gay.
Pendeknya, semua gay terlahir dengan ciri-ciri khusus ke-gay-an yang dibawanya sejak lahir baik disadari ataupun tidak.

Monday, June 09, 2008

Friday, June 06, 2008

10 TINGKATAN GAY

"How gay are you?" Pernahkah teman atau bahkan kamu sendiri mengemukakan pertanyaan tersebut? Kalau belum, segeralah bertanya. Ini penting. Dari pertanyaan tesebut kita bisa mengetahui posisi kita dalam struktur hirarki peradaban gay. Berikut sepuluh chart struktur hirarki tersebut.

Peringkat 10: Gay Wanna Be
Kabar baiknya, semua pria di dunia ini memiliki potensi menjadi gay. Ketika mereka memuji ketampanan seorang pemain sinetron pria di TV, hal tersebut sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan potensi ke-gay-an lelaki tersebut. Selamat!

Peringkat 09: Gay Denial
Jenis pria yang satu ini mungkin sudah pernah melakukan seks dengan laki-laki lain. Satu-satunya yang menghalangi dia untuk menjadi gay seutuhnya adalah ketakutannya akan norma dan nilai yang ada di masyarakat. To be honest, mereka menikmati seks dengan pria.

Peringkat 08: Open Eye Gay
Ketika seorang pria telah melewati fase penyangkalan, matanya akan terbuka lebar melihat bagaimana dunia gay sebenarnya. It's not too scary, though. Jadi, kenapa tidak kita menerima kenyataan bahwa kita adalah laki-laki yang menyukai laki-laki. Toh tidak ada pihak yang dirugikan dengan fakta tersebut, bukan?

Peringkat 07: Having Fun Gay
Pada fase ini, seorang gay sudah dapat menikmati seks dengan pria dalam arti yang sesungguhnya. Dalam fase ini pula, mereka mengeksplor berbagai pengalaman baru dalam dunia gay, especially sex. Way to go!

Peringkat 06: Take Benefit Gay
Tingkatan ini bagi mereka yang memiliki naluri bisnis. So, mereka membisniskan seks dalam dunia gay. Ta da... Ternyata peminanya banyak juga. Sah sah saja hal ini dilakukan, baik secara profesional maupun amatiran. No one will ever judge.

Peringkat 05: Gay Proud To Be
Tahap ini dialami oleh mereka yang secara sengaja maupun tidak terungkap identitas ke-gay-annya oleh orang lain terutama keluarga. Ya, tidak ada yang dapat mereka lakukan kecuali meng-iya-kan dirinya gay dan dia bangga atas pilihanya tersebut. Ingat, gay bukan kriminal, drugs addict, ataupun pecandu alkohol yang harus disadarkan dengan hukuman atau sejenisnya.

Peringkat 04: Gay Extravaganza
Adalah tempat berkumpun para gay yang se-faham bahwa tidak ada lagi yang perlu disembunyikan dengan identitasnya. Mereka bebas berekspresi dan berkreasi. Dunia entertaintment adalah lingkungan yang saat ini sudah dapat menerima keberadaan gay pada tingkatan ini. Well, lingkungan lain akan menyusul.

Peringkat 03: Super Gay
Pria jenis ini tidak mempermasahkan lagi preferensi seksualnya. Dia gay dan dia nyaman dengan hal itu. Ia tidak peduli orang mengatakannya banci karena toh dia bisa melakukan seks dengan wanita dan kalau mau jujur ketrampilannya di ranjang mengalahkan pria hetero. Dia mungkin menikmati seks dengan wanita, tapi toh dia memilih seks dengan pria sebagai preferensi seksualnya.

Peringkat 02: Thankfull Gay

Menjadi gay yang mensyukuri ge-gay-an-nya bukanlah sesuatu yang mudah. Kebanyakan pria gay hanya menggali sisi ke-gay-an mereka untuk bersenang-senang, dalam hal seks misalnya. Menjadi gay yang bersyukur adalah dengan memposisikan diri sebagai seseorang yang diterima masyarakat karena kontribusinya yang berarti bagi lingkungna sekitar tanpa harus kehilangan jatidirinya sebagai gay.

Peringkat 01: Gay Exclusive
Ya, mereka adalah laki-laki yang secara sadar dan logis memilih menjadi gay dan tidak menginginkan selain itu. Pada tahap ini, mereka telah memikirkan pernikahan, membina rumah tangga, serta membesarkan anak yang mereka dapatkan dari hasil adopsi misalnya. Ah, apalagi yang kurang?

Wednesday, June 04, 2008

BORN TO BE OR MADE TO BE?

Para ilmuwan masih berdabat mengenai apakah gay disebabkan oleh gen/faktor keturunan ataukah perlakuancara mendidik orang tua terhadap anak. Berbagai penelitian telah dilakukan dan muncullah berbagai macam angka yang diyakini dapat menjawab pertanyaan tersebut di atas.

Ada yang memberikan prosentase lebih besar pada faktor genetik. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa semua perilaku seorang manusia didasarkan pada informasi yang terdapat dalam DNA masing-masing. Karenanya ketika seorang laki-laki memiliki ketertarikan secara seksual pada laki-laki, hal tersebut memang sudah tertulis dalam DNA laki-laki tersebut. Dalam proses pertumbuhannya kemudian, ada laki-laki yang cepat menyadari keunikan muatan DNA-nya tersebut, ada yang lambar menyadari ke-gay-annya, dan ada pula yang mati-matian mematikan potensi gay yang dimilikinya semenjak lahir tersebut. Hal ini tidak menjadi masalah, karena menjadi gay adalah sebuah pilihan bukan keharusan.

Ada juga yang memberikan prosentase lebih besar pada faktor cara orang tua mendidik anak. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa Tuhan tidak mungkin "iseng" memberikan kelainan ketertarikan seksual pada seorang laki-laki. Hukum alamnya, laki-laki haruslah menyukai perempuan. Titik. Perlakuan orangtuanya lah yang kemudian membentuk karakter anak secara seksual. Ada orang tua yang mendambakan anak perempuan sehingga secara tidak sadar mereka memperlakukan anak laki-lakinya sebagaimana ia memperlakukan anak perempuan. Inilah kemudian yang menjadi pemicu ketertarikan secara seksual seorang laki-laki terhadap sesama jenisnya.

Pertanyaanya: Manakah di antara kedua hipotesis tersebut di atas yang benar? Jujur, penulis tidak memiliki opini pasti mengenai hal ini. Tapi yang jelas, penulis berkeyakinan bahwa Tuhan tidak mungkin secara iseng menuliskan informasi mengenai gay pada DNA seorang laki-laki. Dia pasti memiliki tujuannya sendiri. Namun demikian penulis tidak berani menyalahkan Tuhan atas ke-gay-an seorang laki-laki. Pun penulis tidak berani menyalahkan orang tua yang telah "salah" memperlakukan dan mendidik anak laki-lakinya. Kalau sang anak tidak tahu kalau kelak suatu saat dia akan menjadi gay, bagaimana orang tua tahu kalau caranya mendidik telah menggiring anaknya menjadi gay? Tidak, sekali pun penulis tidak ingin menyalahkan siapapun.

Seperti telah di tulis pada artikel sebelumnya, menjadi gay adalah sebuah pilihan gaya hidup. Ia tidak ada kaitannya dengan faktor genetik, kesalahan mendidik, pembangkangan terhadap aturan dan norma sosial maupun agama. So, be proud of it!